Tiga

3.1K 245 6
                                    


Dirinya tak ingin bila pria itu benar-benar pergi meninggalkannya. Devano adalah pegangan hidupnya. Laura tak bisa hidup tanpa pria itu.

"Vano, tunggu! Jangan tinggalkan aku..." Laura memohon agar Devano mendengarkannya. "Aku minta maaf. Aku janji tak akan mengulanginya lagi bila perkataanku tadi membuatmu marah. " Ucap Laura mengiba dari belakang.

Laura nyaris menubruk Devano, saat pria itu tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Ia langsung tersenyum saat Devano berbalik menghadap dirinya. "Maafkan aku ya," bujuk Laura pelan. Laura memilih merendahkan dirinya dibandingkan harus melihat Devano benar-benar meninggalkannya. Segala kesakitan yang diberikan Devano tidak seberapa bagi Laura, asal Devano tetap bersamanya.

Tidak ada reaksi dari Devano, Laura memberanikan diri untuk memegang tangan Devano.

"Jangan berani menyentuhku!" Dengan kasar Devano menepis tangan Laura. Devano takut dirinya akan luluh melihat tangisan Laura.

Penolakan kasar Devano membuat Laura semakin sedih. Dirinya bingung dengan perubahan sikap prianya itu yang terlalu drastis. "Ada apa denganmu, sayang?" Lirihnya bingung, menyuarakan isi hatinya. Bahkan tanpa sadar Laura kembali mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Devano.

Namun belum sempat itu terjadi, dengan kasar Devano mendorong Laura menjauh darinya. "Sudah kubilang jangan sentuh aku! Tapi kenapa berani sekali kamu memancing amarahku!"Teriaknya emosi. Untung saja lorong apatemen saat itu sepi. Sehingga tidak ada yang melihat perdebatan mereka.

Laura yang masih syok akibat perbuatan Devano berusaha mengendalikan air matanya. "Maafkan aku..." ucapnya terbata.

"Aku tidak butuh maafmu, Laura." Ucap Devano terdengar lelah di pendengaran Laura. " Aku hanya ingin kamu tidak lagi muncul di hadapanku. "Menjauhlah dari hidupku."

Laura langsung menggeleng panik."Tidak. Aku tidak bisa, sayang..." tolak Laura bersikeras. " Aku akan rela bila kamu bersama wanita lain seperti selama ini." Laura berusaha menahan tangisnya membujuk Devano. "Tapi jangan pernah meninggalkanku. Aku benar-benar tidak sanggup, Vano."

Bukannya iba, Devano terlihat muak mendengar ucapan Laura. Padahal hanya Tuhan yang tahu bahwa dia juga sama terlukanya dengan Laura. Bahkan mungkin lebih parah lagi.

"Keputusan ada di tanganku, Laura. Kalau kubilang berakhir maka semuanya akan berakhir."putusnya dingin.

"Aku tidak bisa, sayang..." Laura menangis bersikeras menolak keputusan Devano. Dirinya benar-benar tidak bisa jauh dari Devano. Pria itu adalah segalanya baginya.

Melihat tangisan Laura membuat Devano semakin bimbang. Ingin rasanya dia menarik Laura untuk menenangkan wanitanya itu. "Aku tidak peduli." Jawabnya ketus. "Mulai hari ini kita tidak ada lagi hubungan. Jangan pernah temui aku lagi, Laura. Untuk selamanya." Putus Devano final

Setelah mengatakan itu Devano segera meninggalkan Laura dengan cepat. Namun langkah pria itu kembali terhenti saat Laura berteriak di belakangnya.

"Vano, aku menganggap tidak mendengar semua yang kamu katakan! Seperti yang sebelumnya aku akan tetap disini menantimu, Vano! Aku tidak ingin kita berpisah. Tidak akan!" Teriak Laura kencang di sepanjang koridor.

Laura berharap kata-katanya membuat Devano berbalik kepadanya, sayangnya Devano tetap melanjutkan langkahnya hingga masuk ke dalam lift tanpa mau menoleh lagi.

Dan itu membuat Laura jatuh menangis melihat sikap penolakan Devano. Sekali lagi Devano berhasil membuatnya kecewa.

Padahal seandainya ia tahu, Devano juga sama sedihnya dengan dirinya. Karena begitu masuk ke dalam lift, Devano menatap nanar dirinya pada pantulan cermin di dinding. Mengutuk sifat kepengecutannya yang menghancurkan keduanya.

LAURA & DEVANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang