Lima belas

6.1K 462 56
                                    


Lima tahun kemudian....

Di sebuah rumah mewah, terdengar suara teriakan anak-anak berlarian. Yang satu bocah laki-laki dan yang satu bocah perempuan. Kedua saudara kandung itu terlihat tertawa bahagia. Seolah mereka tercipta dengan penuh kebahagiaan. Dan kedua bocah menggemaskan itu adalah keturunan Devano Admadja.

"Papi!" Mereka berteriak heboh saat melihat ayahnya menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Dengan semangat keduanya berlari menaiki tangga dengan tak sabar agar dapat menghampiri ayahnya.

Maya yang sedari tadi melihat aktifitas anak-anaknya, tertawa senang melihat bagaimana lucunya antusias kedua anaknya itu terhadap suaminya.

Namun tawa Maya langsung lenyap saat melihat bagaimana tanggapan Devano terhadap buah hatinya tersebut. Suaminya itu hanya tersenyum sekedarnya. Bahkan sekedar untuk menggendong keduanya saja, suaminya itu terlihat enggan.

Menyaksikan bagaimana raut kekecewaan kedua buah hatinya itu terhadap Devano, membuat senyum Maya luntur seketika. Ada nyeri tak kasat mata di hatinya melihat ketidak acuhan suaminya itu.

"Aku akan berangkat ke Kanada malam ini. Mungkin akan memakan waktu seminggu. Kuharap kamu dan anak-anak baik-baik saja selama kutinggalkan." Seperti biasa Devano selalu memberitahukan keberangkatannya kalau sedang tugas keluar negeri. Hanya saja cara penyampaiannya terdengar kaku, jauh dari kesan hubungan suami-istri. Bahkan Devano tak merepotkan Maya untuk menyiapkan segala keperluannya.

Usai menghabiskan sarapannya, Devano menyempatkan diri menyapa anaknya sebentar sekaligus pamit. Maya melihat dengan jelas ada kesedihan di raut kedua buah hatinya, saat papi mereka kembali pergi lagi meninggalkan mereka untuk kesekian kali. Sayangnya Devano seperti sama sekali tidak mempedulikannya.

Setelah itu Devano segera meninggalkan rumah menuju kantor. Sebelum pergi, Maya sempat menawarkan diri untuk mengantarkan suaminya itu ke bandara malam nanti. Namun dengan tegas Devano menolak niat baiknya tersebut. Membuat Maya hanya bisa menyimpan kekecewaannya dalam hati.

Selepas kepergian Devano, Maya kembali merenungi nasib pernikahannya. Ternyata harapannya dulu sama sekali tidak terbukti. Berhasil mengikat Devano dalam pernikahan selama lima tahun ini, tidak membuat pria itu menganggap Maya sebagai istrinya. Bahkan setelah kelahiran kedua anaknya, Devano masih tetap mempertahankan sikap dinginnya kepada Maya. Cinta yang diberikannya kepada Devano sama sekali tidak di anggap oleh pria itu. Dan itu rasanya sakit sekali. Hingga membuat Maya terkadang ingin menyerah saja. Kalau tidak karena ingat kedua anaknya ingin rasanya Maya meninggalkan pria dingin itu. Ia sudah tidak tahan lagi dengan semuanya.

Ada kalanya Maya merasa ini semua adalah karmanya. Karena dia sadar dirinya membuat suaminya berpisah dengan wanita yang dicintainya. Namun penyesalan tetaplah penyesalan. Karena itu tidak akan merubah apapun.

***

Quebec, Kanada.

"Arman, tolong panggilkan anak-anak!"

Seorang wanita terdengar berteriak dari arah dapur. Dengan mengenakan celana training abu-abu dipadu dengan sweater hitam, wanita itu bergerak cekatan di dapur. Rambutnya yang dipotong pendek di ikat rapi untuk tidak menggangu aktifitas memasaknya.
Melihat dari penampilannya, tak akan ada yang menyangka wanita itu adalah Laura. Wanita yang dulunya sangat menjaga penampilannya. Bahkan kesan cantik dan mewah begitu melekat dalam dirinya. Namun, kini dia dapat berubah menjadi seorang ibu rumah tangga biasa kebanyakan.

Ternyata waktu berhasil membuat Laura berubah menjadi Laura yang baru.

"Dady!"

Laura menoleh ke belakang saat mendengar teriakan putrinya yang berlari di kejar oleh suaminya mengelilingi ruang makan hingga membuat kegaduhan. Suara tawa ketiganya terdengar begitu lepas. Sehingga membuat siapa saja yang melihat ikut tertawa merasakan kebahagiaan mereka.

LAURA & DEVANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang