Sebelas

3.2K 291 22
                                    

Bila Laura yang mulai mencoba untuk perlahan belajar melupakan Devano, maka di tempat lain waktu pernikahan Devano sudah ditetapkan. Semuanya berjalan terlalu cepat, hingga Devano tak punya kuasa untuk mengendalikannya. Antusias yang diberikan masyarakat begitu tinggi membuat Devano semakin sulit untuk lepas dari belenggu pernikahan yang telah direncanakan. Karena nama baik perusahaan dan keluarganya ikut dipertaruhkan bila ia nekad membatalkan.
Kini, seluruh hidupnya sukses di kendalikan oleh mamanya.

"Bagaimana laporan dari pengacara tentang Laura?" Devano bertanya kepada Dani. Dirinya berharap penuh Laura mau menerima pemberiannya sebelum dirinya menikah dengan Maya. Karena bila dia telah menikah, maka persoalannya jadi lebih rumit lagi. Devano tidak ingin Laura nantinya tidak mendapatkan apa-apa. Paling tidak ia bisa menebus sedikit kesalahannya.

"Mereka bilang, ibu Laura tetap menolak pak." Jawab Dani lugas.

Mendengar laporan dari sang asisten membuat Devano memijit kepalanya pelan. Dirinya sedikit tidak suka mendengar kekeraskepalaan Laura

"Kenapa seperti itu? Tidak bisakah mereka mengurus satu wanita saja? Apa perlu saya mencari pengacara lain?!" Bentak Devano keras. Tekanan yang dialaminya membuat Devano kesulitan mengontrol emosinya.

Dani hanya diam menerima kemarahan sang atasan. Ia takut salah bicaa sehingga mengakibatkan atasannya tersebut semakin murka.

"Katakan kepada mereka untuk menyelesaikan secepatnya. Saya kasih waktu paling lambat minggu ini mereka sudah menyelesaikannya. Kalau tidak saya akan mengganti firma hukum yang lain. Paham kamu!"

"Paham pak." Jawab Dani cepat, berusaha untuk tidak semakin memancing kemarahan pimpinannya tersebut.

Setelah itu ia segera keluar meninggalkan Devano, untuk mengerjakan yang diperintahkan.

***

"Keluar kalian! Saya sudah bosan melihat wajah kalian semua! Sampai kapan pun saya tidak akan menerimanya sebelum Devano sendiri yang bicara dengan saya!"

Untuk kesekian kalinya Laura kembali mengusir para pengacara utusan Devano. Dirinya bosan mendengar permintaan mereka yang menginginkan Laura menandatangani dokumen pemberian Devano.  Lagipula Laura ingin Devano mengerti, bahwa yang diingikan dirinya adalah kehadiran Devano, bukan kekayaannya.

Laura tidak suka bila Devano terlalu memandang rendah dirinya. Seolah-olah keberadaannya selama lima belas tahun ini mendampingi Devano sama sekali tidak tulus.

"Bu, tolonglah kooperatif. Kita di sini hanya menjalankan tugas." Ucap salah satu pengacara yang tidak diketahui Laura namanya. Dan memang dirinya sama sekali tidak mau tahu.

"Salah saya coba dimana, pak?" Jawab Laura sedikit tersinggung atas ucapan pengacara barusan.

"Ibu memang tidak salah. Hanya saja tugas kami di sini untuk menjalankan perintah dari klien kami. Pak Devano takut bila ibu tidak menerimanya, maka ibu dikhawatirkan akan mengganggu pernikahan mereka dalam waktu dekat ini."

"Devano, mau menikah dalam waktu dekat ini?" Serunya tak percaya. Laura tidak menyangka, belum sampai berapa lama mereka berpisah, Devano telah memutuskan untuk menikah. Ia memang tahu Devano akan menikah melalui pemberitaan media. Namun ia tidak menyangka waktunya akan secepat ini.

"Iya, bu. "

"Kapan?" Sakit. Itulah yang dirasakan Laura sekarang. Sebanyak apapun Laura berusaha melupakan Devano, tapi tetap saja mendengar kabar tersebut membuat Laura kembali terluka. Laura merasa dirinya harus benar-benar mati dulu baru bisa melupakan nama pria itu dari hatinya.

"Menurut info yang kami dengar, pernikahan pak Devano akan digelar satu minggu lagi dari sekarang." Beritahu pengacara tersebut.

Laura merasa terluka Devano akan menikah secepat itu. Ternyata sudah tidak ada lagi kesempatannya untuk bersama dengan Devano.

LAURA & DEVANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang