Chapter 6

637 81 18
                                    

"Maafkan aku, (Name)."

Hanya satu kata itulah yang diucap puluhan kali sejak pria berambut abu-abu itu masuk ke dalam rumahku.

Sejujurnya, aku tak mengerti. Mengapa Chihiro-kun tampak sangat sedih? Apa dia berduka atas kemalanganku karena mengetahui fakta tentang Akashi-kun?

"Chihiro-kun, kenapa kau meminta maaf padaku?" Aku menarik napas dalam-dalam, netraku memandang lurus netra kelabunya. "Aku benar-benar tak ingat kalau kau memiliki kesalahan padaku."

Kulihat Chihiro-kun yang masih temenung, ia menundukkan wajahnya. Mungkinkah ia tak mau melihat wajahku?

"Tetsu-nii sedang mengambil teh untukku dan untukmu. Masih ada jeda waktu jika kau ingin bicara berdua saja denganku."

Aku berusaha memancingnya bicara dengan kalimat tersebut, meski aku tahu Tetsu-nii takkan datang ke sini. Ia telah berkata padaku, kalau ia akan membiarkanku bicara berdua saja dengan Chihiro-kun.

Entah Tetsu-nii begitu peka atau bagaimana, tapi dia bilang kalau mungkin saja sesuatu yang akan dibicarakan Chihiro-kun adalah sesuatu yang sangat serius.

"(Name) ... ."

Nada bicara Chihiro-kun yang terdengar lirih membuatku merasa perih. Sebenarnya, ada apa? Mengapa aku tak mengerti ini?

"Kau ... sudah mengetahui Akashi yang sebenarnya?"

Topik yang dibawa oleh Chihiro-kun ini membuatku bergeming. Mengapa ketika aku sudah mulai tenang ... lagi-lagi, masih saja ada yang mengingatkanku.

Akashi-kun berpacaran dengan Satsuki.

"Ya." Ah, nada suaraku terdengar bergetar. Aku yakin, Chihiro-kun mengetahui itu. "Dari mana kau tahu hal itu?"

"Sebenarnya aku melihatmu yang tengah mengawasi Akashi." Chihiro-kun berkata dengan hati-hati, kulihat dia menelan ludahnya sendiri karena gugup. "Dan, ya aku melihatnya. Dia ... dia pergi dengan perempuan berambut merah muda itu, benar?"

"Momoi ... ."

Aku menghela napas panjang. Sebisa mungkin aku menahan diri ini supaya tak mengeluarkan air mata. Aku yakin, semisal aku menangis, Chihiro-kun dan Tetsu-nii akan sangat khawatir.

"Akashi bilang kalau dia mau berpacaran denganmu karena rekan basketnya, bukan?" Chihiro-kun terdiam sejenak. Jika kulihat dari wajahnya, ia tampak enggan melanjutkan kalimatnya.

"Lanjutkan, Chihiro-kun. Jangan buat aku marah karena kau menggantungkan kalimatmu."

Sejujurnya aku merasa malas karena topik ini, sebab Akashi-kun dibicarakan dan ini PASTI akan menyinggung nama Momoi.

Namun, karena Chihiro-kun sudah telanjur mengambil topik ini, aku pasti akan sangat marah jika pada akhirnya ia takkan melanjutkannya.

"Sebenarnya ... itu aku." Nada suara Chihiro-kun menjadi sangat lirih.

Kedua mataku membulat, mendengar perkataan serupa khayalan yang diucapkan olehnya. Apa katanya? Chihiro-kun?

"Jangan bercanda, Chihiro-kun. Aku bisa marah." Kupaksa sebisa mungkin supaya suaraku tak terdengar gemetar dan ragu. Seluruh badanku menggigil hanya karena penjelasannya itu.

Chihiro-kun menunduk sebentar, sesaat ia menatapku kemudian. Cahaya di matanya berpendar pudar, digantikan dengan mata yang tampak menunjukkan kekosongan.

"Apa aku terlihat seperti pembohong, (Name)?"

Jika bisa, aku ingin menangis pada detik ini juga. Mengapa dia menyuruh Akashi-kun untuk menjadi kekasihku? Mengapa dia sampai membuat Akashi-kun rela menjalin hubungan denganku?

Aku ... tak mengerti.

Air mataku tak terbendung, setitik demi setitik mulai mengalir. Chihiro-kun buru-buru mengusap air mataku dengan tangannya. Isak tangisku sebisa mungkin kutahan, tak ingin membuatnya khawatir lebih jauh lagi.

"Apa ... apa tujuanmu?" Aku menepis tangan Chihiro-kun yang masih mengelap air mataku, kugantikan dengan tanganku sendiri yang membersihkan air mata. "Kenapa kau membuatku harus percaya pada Akashi-kun bahwa ia mencintaiku?!"

"..."

"Jawab, Chihiro-kun. Jika sejak awal ... aku mengetahui kalau Akashi-kun memang tak mencintaiku ... aku takkan pernah berharap seperti ini, bukan?"

Aku tak kuasa menahan tangis. Kini air mataku benar-benar mengalir, kala kenyataan yang kuterima sungguh menyakitkan. Persetan dengan Chihiro-kun yang khawatir atas tangisanku.

Menangis justru membuatku semakin tenang.

"Maafkan aku. Aku terlalu egois." Chihiro-kun beranjak dari kursinya duduk sekarang. Ia duduk di sampingku, seraya membawaku dalam pelukannya.

Berulang kali ia membisikkan kata 'maaf' di telingaku, sembari sesekali ia mengusap lembut rambutku. Mengapa ... mengapa? Meski aku marah pada Chihiro-kun, aku tak bisa memaksanya menjauh.

Walau sosok yang memelukku bukanlah Tetsu-nii atau orang yang kucintai, sedikit demi sedikit ia berhasil membuatku tenang.

"Kau sudah cukup tenang, (Name)?"

Suaranya yang bercampur antara lirih dan tenang membuatku tak bisa marah padanya. Aku hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Aku melakukan ini semua karena ingin membuatmu bahagia."

.

.

'Bahagia?'

.

.

'Dengan membuatku merasa dikhianati seperti ini?'

.

.

TBC

maaf pendek, yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

maaf pendek, yah.
Maafin rashi yang menelantarkan book ini.

Doakan Rashi agar cepet update, amin

/kabur

Kimi no Uso « Akashi Seijuuro x Reader » (Kuroko no Basuke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang