Chapter 8

395 49 22
                                    

Sepulang sekolah, aku memberanikan diri menemuinya di ruang OSIS. Hari ini, ruangan OSIS begitu sepi–dan aku yakin hanya ada Akashi-kun di sini. Aku ingat kalau Akashi-kun masih perlu mengurus beberapa hal sebagai OSIS, jadi ia akan menetap di ruang OSIS sendirian.

"Akashi-kun! Kita perlu bicara."

Aku membuka pintu ruangan OSIS keras-keras. Aku sudah memikirkan semuanya masak-masak, dan aku yakin keputusanku yang ini adalah yang terbaik.

Benar ... ini adalah yang terbaik, untuk hubungan kami dan Akashi-kun.

Tidak, bukan untuk Akashi-kun. Tetapi, untuk diriku sendiri. Aku harus mengucapkan terima kasih kepada Chihiro-kun yang telah membuka mataku. Sebab, yang terpenting dalam hidupku adalah aku sendiri ... bukan siapapun. Aku harus memikirkan kebahagiaanku sendiri.

"(Name) ... hm? Ada perlu apa?" Tanpa basa-basi, Akashi-kun melirik malas ke arahku dengan sepasang netra dwiwarna miliknya. "Aku sibuk. Pergilah dan temui aku di lain waktu–"

"Tidak, Akashi-kun. Lebih cepat lebih baik." Aku menyela perkataannya, membuatnya mengernyit tajam. Kuberanikan diri untuk tetap menatapnya tanpa berpaling sedikitpun. "Aku minta waktumu, lima belas menit saja cukup."

"Ini terakhir kalinya aku mengganggumu. Kumohon. Biarkan aku bicara denganmu, sekarang ini. Hanya Akashi-kun dan aku, sebentar saja."

Aku membungkukkan badanku dalam-dalam, menunjukkan seberapa seriusnya aku sekarang ini. Aku memohon dengan sungguh-sungguh padanya. Aku meliriknya sedikit, ia tampak tertegun, ia terdiam tanpa suara selama beberapa saat.

"Ya sudah. Tutup pintu itu, lalu masuklah dan duduklah di situ." Akashi-kun menyingkirkan tumpukan kertas di atas mejanya dan melipat kedua tangannya di atas meja.

Aku mengucapkan terima kasih padanya dan menutup pintu, kemudian aku duduk di kursi tepat di hadapan Akashi-kun seperti perintahnya.

"Anu, Akashi-kun ... terima kasih sudah mengizinkanku untuk bica–"

"Tidak perlu basa-basi. Langsung ke intinya saja."

Sedetik setelah Akashi-kun memotong ucapanku, aku spontan menundukkan kepala, tak kuasa menerima tatapan tajamnya itu. "Ah, baik. Maafkan aku."

"Aku telah mengetahui semuanya ... Akashi-kun."

Satu kalimat terucap dari bibirku tepat setelah aku kembali menengadahkan kepalaku guna menatap wajahnya kembali. Aku tak mau dianggap sebagai pecundang yang penakut oleh Akashi-kun ... maka, kuberanikan diri untuk menatapnya lekat-lekat, sekaligus menunjukkan ketegasan dan keseriusanku.

"Oh ya?" tanya Akashi-kun sembari menyeringai sinis. Sepasang netra miliknya menatapku dengan tajam. Namun, aku telah mempersiapkan diri untuk saat ini–oleh sebab itu, aku tetap menatapnya dan tidak kembali menundukkan kepala. Menyadari tatapanku yang tidak berubah sedikitpun, Akashi-kun kemudian melanjutkan kalimatnya, "Apa yang kau ketahui?"

"Soal hubunganmu dengan Momoi ... juga kesepakatan yang kau buat dengan Chihiro-kun."

Jantungku berdebar-debar kencang. Wajahku memanas, kalimat yang kuucapkan sedikit bergetar. Aku mendadak gelisah ketika mengungkapkannya, terutama ketika hawa Akashi-kun yang sangat mengintimidasi menyelimuti sekujur tubuhku.

"Ah ... Chihiro rupanya memberitahukan semuanya padamu ya, (Name)," jawab Akashi-kun sembari terkekeh sarkas. Ia tampak tidak menyangkal, itu berarti ia memang melakukannya. "Lalu soal hubunganku dengan Satsuki, darimana kau mengetahuinya?"

"Ketika kita pergi bersama waktu itu ... setelahnya aku membuntuti Akashi-kun dan melihat Akashi-kun memeluk Momoi."

"Hmm, rupanya aku agak ceroboh karena tak menyadari kehadiranmu, (Name)."

Kimi no Uso « Akashi Seijuuro x Reader » (Kuroko no Basuke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang