Epilog

517 35 5
                                    

Akashi P.O.V

"Hei, (Name). Yang lain sudah pergi-biarkan aku menetap di sini sebentar lagi, ya?"

Aku meletakkan sebuket bunga di makammu. Satu jam sudah berlalu sejak pemakamanmu, orang-orang yang tadi menangisi kepergianmu sudah kembali ke rumah masing-masing. Sekarang, hanya tersisa kau dan aku lagi-ah, juga diriku yang lain.

Meski kau sudah tiada, aku masih bisa mengingat jelas terakhir kali kau tersenyum padaku dan memanggil namaku.

"Tetsuya begitu sedih. Meski begitu, ia tidak menangis lagi-apa ia memang sudah ikhlas sejak awal?"

Aku tersenyum pahit seraya menyentuh nisan (Name). Mungkin ada orang yang memandangku sebagai orang gila-karena berbicara padamu yang tidak ada lagi di sini. Tapi, peduli setan.

"Berbeda denganku, (Name). Alasanku tidak menangis, sebab-air mataku sudah kering ketika menangisimu di hari kepergianmu." Tawa getir aku keluarkan, yang kuucapkan memang benar. "Kalau kau melihatku yang sekarang-bagaimana reaksimu?"

"Haha. Aku masih berharap kau akan senang melihatku, kemudian memanggil namaku lagi dan kita menjadi sepasang kekasih. Aku pasti akan memperlakukanmu sebaik mungkin."

Aku terus bercerita banyak hal padanya, andaikan dia masih hidup-aku takkan mengulangi kebodohan yang sama. Aku benar-benar menyesal. Aku merasa jijik pada diriku sendiri, aku benar-benar manusia hina yang kotor. Semuanya datang terlambat, ketika ia sudah tiada, barulah aku menerima perasaanku sendiri.

"Yang disebut penyesalan, tentunya hanya bisa disesali ... jika aku bisa bertemu denganmu lagi, dengan senang hati aku akan mengucapkan aku mencintaimu dengan tulus. Lalu, aku takkan menyakitimu lagi."

Ah-gawat, rasanya aku akan kembali menangis. Aku sudah tak ingin menunjukkan sisi lemahku lagi di hadapanmu, tapi-aku lebih lemah dari yang kukira. Kepergianmu memberikan pukulan yang besar bagiku, (Name).

Hei, diriku yang lain. Ayo keluarlah, sekarang saatnya kau berbicara dengannya.

Apa kau sudah menyampaikan semua yang ingin kau katakan? Aku masih bisa menunggu sampai kau puas berbicara padanya.

Tidak. Aku sudah cukup bicara dengannya. Sekarang giliranmu, diriku yang lain.

... baiklah jika kau bilang begitu.

Cepat keluarlah, kau juga harus mengatakan sesuatu padanya, 'kan? Keluarlah dari sana, Akashi Seijuuro.

...

Haha, kau tak perlu sampai menyuruhku begitu, diriku yang lain. Baiklah, aku ambil kendali atas tubuhku dulu, ya.

Pada dasarnya ini memang tubuhmu. Aku hanyalah kepribadian lain darimu. Jangan banyak omong lagi, lebih baik gunakan waktumu untuk bicara padanya.

Baiklah, baiklah. Sekarang aku akan berbicara padanya.

Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian menyentuh nisannya. Hari ini cuacanya mendung, tampaknya langit pun berduka atas kepergianmu, (Name).

"Halo, (Name). Ini aku, Akashi Seijuuro-yang asli, jika harus dibilang." Sapaan ringan aku tujukan padamu, sembari memasang senyuman tipis di wajahku. "Rasanya sudah lama sejak terakhir kali aku bertemu denganmu, ya? Aku merindukanmu. Namun sayangnya, sekarang-aku takkan bisa melihat wajahmu lagi, haha."

"Aku sudah banyak berdosa padamu. Kau tahu? Akashi yang menyakitimu-adalah diriku juga. Jika kau membenci dia, maka kau juga pasti membenciku-sebab, aku adalah dia, dan dia adalah aku."

Sama seperti diriku yang lain, aku menceritakan banyak hal padanya-menceritakan diriku sendiri yang selama ini melihatnya disakiti 'olehku' dalam kegelapan. "Aku hanya mengamati, tanpa berbuat apapun kecuali pada saat itu."

"Aku ... hanyalah pecundang. Tolong maafkan aku ... aku menyesali segala tindakanku."

Aku tak bisa melanjutkan ini lebih lama lagi-ini menyakiti diriku sendiri. Sudah saatnya aku kembali-tapi, tentunya aku akan mengunjungimu lagi. Hatiku masih terasa sakit, jika diteruskan-aku akan kembali menangis.

Kita benar-benar payah, Akashi Seijuuro.

Kita yang sudah berbuat dosa padanya ... dan kita sendiri yang tak sanggup menerima konsekuensinya.

Namun, tak apa ... setidaknya kau takkan disakiti siapapun lagi di sana, (Name).

"(Name) yang kami cintai. Kami berdoa untuk kebahagiaanmu di sana. Rasa cinta kami padamu ... takkan pernah berubah."

Tragedi yang telah terjadi saat ini biarlah menjadi pelajaran untuk kau dan aku, Akashi Seijuuro.

Haha, tentu saja. Kita harus introspeksi diri ... jangan sampai kita menjadi bajingan sekali lagi.

.

.

.

.

"Jika suatu saat kami bertemu denganmu lagi, kami takkan pernah berbohong dan menyakitimu lagi, (Name)."

"Sebab, kebohongan kami ... hanya membawa kesedihan untukmu. Yang berikutnya, kami takkan mengulangi kebodohan kami."

.

.

.

.

End

.

.

.

.

Setelah beberapa tahun ... AKHIRNYA TAMAT JUGA AHAHAHA MAAF BANGET RASHI HIATUS MULU BUAT NGELANJUTIN BOOK INI ...

Jujur aja Rashi sempet lupa sama alurnya lagi, ini aja udah ngalor ngidul dengan bebas. Semoga hasilnya masih bisa diterima dan memuaskan yaa! Maaf kalo ada yang kurang nyambung ashshshs mungkin suatu saat akan Rashi revisi

Rashi ragu masih ada yang baca ini atau nggak. Tapi seenggaknya Rashi mau menuntaskan hutang, dan akhirnya Rashi menamatkan book Kimi no Uso inii! YAYYY~

Di chapter akhir-akhir kebanyakan fokus ke sudut pandang Akashi, sebab Rashi pengen nunjukkin gelud antara dirinya sendiri dan perasaan Akashi selama ini. Transisi antara dua Akashi di chapter ini semoga nggak membingungkan ya hehee. Maaf kalo susah dipahami ;;;;;

Akhir kata, Rashi berterima kasih pada kalian yang udah bersedia ngikutin book Rashi ini sampai akhir. Terima kasih juga buat dukungannya selama ini, RASHI BENER-BENER SAYANG KALIAN, READER-TACHI. MAKASIH BANYAK ♡♡

Sampai jumpa di karya Rashi yang selanjutnya! Kalau nggak keberatan, boleh banget cek book Rashi yang lain, manatau minat baca heheee

See ya!

🎉 Kamu telah selesai membaca Kimi no Uso « Akashi Seijuuro x Reader » (Kuroko no Basuke) 🎉
Kimi no Uso « Akashi Seijuuro x Reader » (Kuroko no Basuke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang