Episode 3: Jam Tangan

314 20 12
                                    

Lita mengamen di sekitar jalanan besar. Banyak orang yang memberi uang ada juga yang mengusir Lita. Lita beristirahat di bawah pohon setelah mengamen dari jam 8 pagi sampai 12 siang. Dia pergi membeli nasi bungkus yang dijual di pinggir jalan. Saat dia makan, seseorang berperawakan tinggi dan berusia agak tua mendatangi Lita.
"Halo dik," sapa orang itu.
"Paman siapa ya?" Tanya Lita.
"Paman kehilangan dompet, sepertinya terjatuh disini bisakah adik membantu saya mencarinya?" Orang itu memohon.
"Baiklah paman," Lita dan orang asing itu mencari dompet di sekitar pohon. Tak lama kemudian Lita berhasil menemukan dompet itu.
"Paman! Inikah dompetnya?" Lita menunjukkan dompet yang dipegangnya.
"Ya benar! Terima kasih ya," orang itu mengambil dompet dari tangan Lita.
"Sama-sama paman," Lita menyunggingkan senyum.
"Oh ya, ini hadiah untukmu," orang itu mengeluarkan jam tangan keren berwarna biru.
"Telima kasih, tapi kenapa paman membelikannya padaku?" Lita mengernyitkan dahi.
"Karena anak baik pantas mendapatkannya, sini paman bantu pasang," orang itu mengambil tangan Lita dan memasangkan jam itu di pergelangan tangan kirinya.
"Wow! Kelen sekali," Lita melihat jam tangan yang manis sekaligus keren ketika dipasang ditangan mungilnya.
"Sekali lagi telima kasih, aku pamit dulu," Lita membungkukkan badan dan beranjak pergi.
"Sama-sama, hati hati ya," orang itu tersenyum melihat kepergian Lita.
Tanpa Lita sadari, orang itu tersenyum lebih lebar.
"Lita, kau sekarang dalam pengawasanku. Aku berjanji kau tidak akan menderita lagi. Putriku," dia segera pergi dari tempat itu.
.
.
.
Flashback........
Ken pergi makan siang bersama Taro. Seseorang menghampirinya dari arah barat.
"Tuan, apa yang ingin anda bicarakan?" Bawahannya bertanya.
"Tentu Daichi," Ken bangun dari kursinya.
"Taro, ayah mau bicara sebentar di sana. Kau makan dulu ya," Ken mengusap kepala Taro.
"Ya ayahku yang tampan," Taro berkata.
Ken mencubit pipi Taro saking gemasnya, sementara Daichi tersenyum melihat interaksi ayah dan anak itu.
Ken dan Daichi pergi ke taman yang dekat dengan kantin.
"Aku punya permintaan untuk kau kerjakan," Ken langsung ke pokok pembicaraan.
"Apa itu?" Daichi memasang telinganya baik-baik untuk mendengarkan permintaan yang membuatnya terlonjak.
"Bantu aku carikan seorang anak untuk ku adopsi," Ken memohon.
"Apa yang telah terjadi pada anda?" Daichi meminta penjelasan.
"Putraku, Taro dia akhir-akhir ini sering mengeluh tidak punya teman di rumah. Dia ingin adik perempuan untuk menemani hidupnya. Dia juga mengatakan kalau dia bermimpi bertemu dengan seorang gadis kecil yang manis," Ken menceritakan.
"Jadi begitu, akan kulakukan," Daichi berkata.
"Terima kasih," Ken tersenyum.

Di ruangan Daichi...........
Ken segera pergi ke ruangan Daichi begitu dia menerima laporan dari Daichi, sementara Taro di tinggal bersama ibunya karena dia ingin bertemu ibunya.
Daichi membungkuk hormat melihat atasannya datang.
"Jadi benarkah....." perkataan Ken terpotong oleh Daichi.
"Benar, aku telah menemukan seorang anak perempuan yang manis. Tapi dia tidak tinggal disini melainkan dibumi," Daichi menekan tombol dan menunjukkan gambar seorang anak perempuan di monitor.
"Manis sekali, siapakah dia?" Ken penasaran dengan gadis itu.
"Namanya Lita Andrea Peterson, umur 5 tahun. Dia tinggal bersama orang tua dan punya tiga saudara, sayangnya kisah hidupnya menyedihkan. Dia dipaksa bekerja sebagai pengamen di jalan maksudnya dia sudah mencari uang dari hasil meminta pada orang lain dengan cara menyanyi. Bahkan Lita tidak diperbolehkan sekolah, orang tuanya bekerja di sebuah club malam sementara ketiga kakaknya kembar dan masih duduk di bangku sekolah. Tapi keluarga ini hanya menghamburkan uang saja. Selain itu mereka juga tidak di sukai oleh tetangga mereka karena kesombongannya serta sering menyiksa Lita tanpa belas kasihan," Daichi memaparkan kisah hidup Lita berdasarkan informasi yang di dapatnya.
"Kurang ajar! Orang tua macam apa yang membiarkan anak mereka terlantar sementara mereka hanya bersenang-senang. Dan apa gunanya saudara Lita!? Mereka malah tidak membantu adiknya, ini tidak bisa dibiarkan!" Ken emosi melihat kehidupan Lita yang sangat menyedihkan.
"Tuan tenanglah, aku sudah menyiapkan ini," Daichi menunjukkan sebuah jam tangan.
"Untuk apa benda ini?" Ken bertanya.
"Jam ini akan membantu anda untuk memantau gadis kecil itu dari jauh, anda juga bisa menelpon dia kapan pun anda mau. Aku sudah menyiapkan semua," jelas Daichi.
"Terima kasih, kau selalu dapat diandalkan," Ken menepuk pundak Daichi.
"Terima kasih, aku akan menyuruh seseorang untuk pergi ke bumi dan memberikan jam tangan ini ke gadis kecil itu," baru saja Daichi akan menekan tombol panggil, sudah di hentikan oleh Ken.
"Aku saja yang pergi ke bumi, dia calon putriku bukan? Jadi aku harus membangun hubungan langsung dengannya. Aku akan menyelamatkan Lita dari cengkraman besi yang membuat hidupnya menderita, dan aku sudah menyiapkan nama Natalia untuk kusematkan padanya ketika kubawa ke negeri cahaya," Ken berkata dengan tegas.
"Apakah tidak terlalu berbahaya jika anda pergi sendiri ke bumi?" Daichi nampak khawatir.
"Jangan takut, aku hanya sebentar saja. Aku akan mencarinya," Ken berpamitan.
"Baiklah hati-hati," kata Daichi.

Bumi..........
Sudah lama sekali sejak kunjungan terakhir Ken ke bumi. Dia menghela nafas.
"Bumi masih seperti dulu," Ken bernostalgia.
Ken segera pergi mencari gadis itu dan menemukannya di jalanan. Hatinya sungguh teriris melihat gadis kecil yang seharusnya hidup bahagia malah menjalani hidup yang keras. Rasanya dia ingin segera membawa Lita ke negeri cahaya dan membesarkan anak itu. Tapi dia tahu, jika dia membawa Lita pergi tiba-tiba calon anaknya itu akan lari ketakutan. Jadi dia harus terhubung dengannya terlebih dulu. Ken memperhatikan gadis itu sedang istirahat di bawah pohon. Ken hampir meneteskan air mata kala dia melihat tubuh kecilnya yang kurus, bajunya lusuh dan wajah yang pucat belum lagi dia hanya memakan nasi bungkus. Lita tidak layak menjalani hidup seperti ini, dia harus segera membawanya ke negeri cahaya. Maka dia menyiapkan rencananya dengan meletakkan dompetnya di tempat yang sekiranya dapat di lihat Lita dan segera menghampirinya.
"Halo dik," sapa Ken
"Paman siapa ya?" Tanya Lita.
"Paman kehilangan dompet, sepertinya terjatuh disini bisakah adik membantu saya mencarinya?" Ken menjalankan aksinya
"Baiklah paman," Lita dan Ken mencari dompet di sekitar pohon. Tak lama kemudian Lita berhasil menemukan dompet itu.
"Paman! Inikah dompetnya?" Lita menunjukkan dompet yang dipegangnya.
"Ya benar! Terima kasih ya," Ken mengambil dompet dari tangan Lita.
"Sama-sama paman," Lita menyunggingkan senyum.
"Oh ya, ini hadiah untukmu," Ken mengeluarkan jam tangan keren berwarna biru yang sudah dititipkan Daichi padanya.
"Telima kasih, tapi kenapa paman membelikannya padaku?" Lita mengernyitkan dahi.
"Karena anak baik pantas mendapatkannya, sini paman bantu pasang," Ken mengambil tangan Lita dan memasangkan jam itu di pergelangan tangan kirinya. Tangan kecilnya sangat kontras dengan tangannya yang besar. Dia bisa melihat reaksi Lita yang bahagia.
"Wow! Kelen sekali," Lita melihat jam tangan yang manis sekaligus keren ketika dipasang ditangan mungilnya.
"Sekali lagi telima kasih, aku pamit dulu," Lita membungkukkan badan dan beranjak pergi.
"Sama-sama, hati hati ya," Ken tersenyum melihat kepergian Lita.
Ken gemas melihat gaya bicara Lita yang terkesan lucu.
Tanpa Lita sadari, Ken tersenyum lebih lebar.
"Lita, kau sekarang dalam pengawasanku. Aku berjanji kau tidak akan menderita lagi. Putriku," Ken segera pergi dari tempat itu.





Yuhuuuuu bagian paling panjang dalam sejarah aku sebagai author!!!! Penasaran kan sama interaksi Ken dan Lita?
Ikuti kelanjuatannya😊😊

Misteri Nomor Telpon Dari Galaksi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang