Episode 4: Nomor Telpon

288 17 8
                                    

Lita pulang dari kegiatan mengamen, dia memperhatikan jam tangan baru yang dimilikinya.
"Bagaimana cala pakainya?" Lita menekan tombol pada jam itu dan menampilkan tulisan aneh. Lita menggeser layar jam itu, banyak aplikasi yang tidak ada dibumi.
"Aku bingung," Lita hampir menangis ketika ada telpon dari nomor yang tidak diketahui.
"Halo?" Lita mengangkat telpon.
"Halo Lita, ayah rindu padamu," jawab penelpon dari seberang.
"Pa..paman si..siapa?" Lita ketakutan.
"Ayah tahu kamu pasti bingung cara menggunakan jam barumu kan? Ini permulaan dimana kau akan mendapatkan keluarga baru," si penelpon berkata.
"Paman tidak bohong kan?" Lita bertanya dengan polos.
"Tentu tidak, tapi kau jangan memanggilku paman. Panggil saja ayah agar kita semakin dekat," si penelpon meyakinkan Lita.
"Tapi bagaimana ayah tahu namaku?" Lita tanya lagi.
"Mana mungkin orang tuamu tidak mengetahui nama anaknya, tapi ayah tidak bisa menjemputmu sekarang karena ayah sibuk kerja," kata penelpon.
"Aku ingin ketemu ayah," Lita sedih.
"Bersabarlah sayang, ayah akan membebaskanmu dari keluarga yang kejam itu tapi kita akan melakukannya secara perlahan," kata penelpon.
"Baiklah jika ayah berkata begitu," Lita tersenyum.
"Oh satu lagi, jika Lita mau tahu cara kerja jam itu nanti akan ada kertas yang melayang ke arahmu dan memberitahukan cara menggunakan jam itu. Sudah dulu ya sampai jumpa sayang," telpon pun ditutup.
"Mana keltasnya?" Lita memandangi sekelilinginya dan benar ada kertas melayang di atas kepala Lita.
Kertas itu berhenti melayang dan Lita mengambilnya, ternyata penelpon misterius itu tidak bohong.
"Cala menggunakan jam tangan," Lita membaca petunjuk di kertas itu (jadi Lita udah bisa baca dan bicara cuma dia nggak bisa mengucap huruf 'R' dengan lancar dan nggak bisa menulis).
"Aku mau coba," kali ini Lita bisa mengoperasikan jam tangan seperti ponsel pada umumnya. Dia menyimpan nomor telpon misterius itu dengan nama kontak 'Ayah'.
"Ayah cepat jemput aku," Lita berharap.
.
.
.
Malam hari..........
Lita duduk di kamar dengan wajah lebam dan penuh luka di sekujur tubuh. Seperti biasa rutinitasnya sehabis pulang dipukul ibunya, dilukai dengan pisau dan ditendang oleh saudaranya. Dia menangis pilu, suara tangisan yang mengisyaratkan penderitaan yang harus dilalui bocah lima tahun.
Dia tiba-tiba merasakan seperti ada orang di belakangnya, memeluknya dengan erat. Lita berbalik dan mendapat sambutan berupa ciuman di kening dan pipi.
"Ayah disini," kata orang itu.
"Ayah,,,," Lita memeluk orang itu dan menangis dalam dekapannya.
"Ssshhhh sudah jangan nangis," orang itu berusaha menenangkan Lita.
"Kapan ayah membawaku?" Tanya Lita di sela tangisannya.
"Pasti ayah akan membawamu tapi bukan sekarang karena keluargamu, mereka tidak akan membiarkan kamu pergi kan? Jadi ayah akan mencari cara untuk menyingkirkan keluarga kejam itu agar ayah bisa membawamu pulang ke rumah," janjinya.
"Benalkah? Nanti lumah kita dimana?" Tanya Lita.
"Rumah kita berada jauh dari sini, nanti ayah akan memberitahu ibu dan kakakmu kalau kamu akan menjadi keluarga kami," jawab si pria.
"Aku punya ibu dan kakak?" Lita sumringah.
"Ya, ibu dan kakakmu sudah tahu tentangmu. Kakakmu laki-laki dia sudah menunggumu," pria itu tersenyum tapi tidak tampak karena dia berdiri di tempat gelap.
"Ayah, aku ingin tahu sepelti apa kelualga baluku. Ayah tahu aku suka sama ultlaman, aku mau tinggal sama meleka," cerita Lita.
Pria itu merasa senang, karena Lita mengetahui Ultraman.
"Yah ibu dan kakakmu sangat baik, mereka tidak sabar mau bertemu denganmu. Dan soal Ultraman, apa yang Lita lakukan jika ketemu Ultraman?" Tanya si pria.
"Aku ingin mengucapkan telima kasih kalena sudah melindungi bumi, dan aku ingin tinggal sama meleka. Aku mau jadi pahlawan," Lita menjawab dengan senyum manis.
"Benarkah? Bagus sekali, ayah bisa  mengabulkan impianmu," perkataan pria itu membuat Lita senang.
"Selius? Kapan?" Lita senang sekali.
"Bersamaan dengan ayah membawamu ke rumah kita," jawabnya.
"Akan kutunggu," Lita berkata.
"Ayah, aku ingin tahu bagaimana ultlaman bisa ada di bumi. Celitakan," Lita memohon.
"Ya ayah akan ceritakan, tapi peluk dan cium ayah dulu," Lita melakukannya dan pria yang dipanggil ayah memulai cerita pengantar tidur bagi Lita. Hingga cerita selesai, Lita sudah tertidur di pelukannya. Dia pun membaringkan Lita ditempat tidur dan menciumnya.
"Aku akan datang setiap malam," pria itu bangkit dan menghilang meninggalkan Lita yang tertidur.
.
.
.
"Sayang, kau kemana?" Seorang wanita menghampiri suaminya.
"Aku dari bumi, mengunjungi gadis kecil," jawab sang suami.
"Oh dia ya? Bagaimana keadaannya?" Tanya istrinya.
"Dia sehabis terkena pukulan keras, lalu tubuhnya penuh luka akibat sayatan pisau, dan dia ditendang seperti hewan," jawaban suaminya membuat wanita itu memendam amarah.
"Keluarga yang kejam! Kita harus secepatnya membebaskan Lita dari kurungan itu," sang istri emosi.
"Ayah! Ibu! Cepat bawa dia kesini! Aku tidak tahan jika harus mendengar hal menyedihkan tentangnya," seorang bocah lelaki datang ke arah orang tuanya.
"Tenang saja, ayah akan mengusahakannya," kata ayah.






Kini Lita dapat terhubung dengan ayah barunya, tapi di episode selanjutnya bakal makin seru.
Ikuti kelanjutannya😁

Misteri Nomor Telpon Dari Galaksi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang