Chapter 07

16.1K 2.2K 50
                                    


Nana buru-buru membuka pintu rumahnya ketika sang mama baru saja berteriak bahwa ada yang datang.

Ia sudah tersenyum senang, pasalnya ia tau siapa yang akan datang. Yah, siapa lagi kalau bukan Jaemin? Pacarnya itu tadi menghubungi kalau dia sudah di jalan hendak ke rumah.

Pasti pacarnya itu tidak ada kelas hari ini. Mengingat setiap tidak ada kelas ataupun kelasnya berada di jam lebih lama dibanding Nana, laki-laki itu akan menjemputnya untuk diantar ke kampus. Hal-hal seperti ini kadang membuat Nana merasakan jadi pacar sesungguhnya.

Kapan lagi pergi bersama Jaemin jika bukan antar-jemput? Terhitung jarang atau mungkin tidak pernah laki-laki itu mengajaknya jalan keluar sekedar makan bersama, kadang Nana merasa dirinya tidak memiliki seorang pacar.

Makanya, jangan heran Shuhua sering mengejeknya pacaran rasa jomblo.

"Cepet banget sampainya?" Tanya Nana ceria, sebelum membuka pintu.

Ketika pintu terbuka, senyum lebarnya pergaulan luntur terganti dengan senyum kikuk. Ia pikir tebakannya benar. Tapi ternyata, tebakannya salah kali ini.

"Kak Jeno?"

Jeno tersenyum manis tanpa tau kehadirannya tidak diharapkan sang pemilik rumah.

"Hai" sapa Jeno masih dengan senyumnya yang tak luntur.

Nana tersenyum, "ada apa, kak?"

"Mau main aja sih, sebenarnya." Jeno mengusap tengkuknya sedikit salah tingkah, "hari ini kamu ada kelas?"

Nana mengangguk segera, "ada–tapi sekitar setengah jam lagi."

Jeno pun ber-oh ria. Kepalanya mengangguk dua kali, merasa sangat beruntung karna kedatangannya tidak menyusahkan.

"Enggak disuruh masuk, nih?" Tanya Jeno masih dengan senyumannya membuat Nana kini sedikit salah tingkah dan membuka pintu rumah nya lebar-lebar.

Senyumnya yang manis menyapa manik mata Jeno, "ayo kak masuk, kebetulan mama masak banyak, kita makan bareng-bareng."

Tolong ingatkan Jeno, bahwa Nana adalah kekasih sahabatnya. Dan tolong juga, ingatkan Nana bahwa hatinya masih tertambat di Jaemin. Senyum yang saling mereka lemparkan entah kenapa suka membuat mereka lupa diri.

Jeno yang sudah tampan lebih tampan dengan senyum manisnya, membuat Nana suka lupa diri. Hatinya terus mengagumi, walaupun jantungnya berdetak hanya untuk Jaemin.

Begitu juga dengan Jeno, perasaan nya yang memang sudah ada untuk Nana kini meluap ketika senyuman cantik Nana menyapa diri. Kalau begini terus, semakin lama ia akan melupakan sosok Jaemin yang merupakan kekasih sang tambatan hati sekaligus sahabatnya.

Baru saja Jeno melangkah masuk, Nana yang hendak menutup pintu kembali menangkap kedatangan Jaemin dengan mobil nya.

"Kak Jaemin!" Panggil Nana dengan senyum mengembang. Perhatian Jeno terfokuskan pada sosok Jaemin yang sudah turun dari mobil.

Tatapan mata mereka beradu, entah kebetulan apa mereka harus bertemu dalam keadaan yang tidak baik.

•••

Suasana di meja makan biasa saja tidak begitu mencekam. Entah itu karna sang pemilik rumah tidak menyadari, atau para tamu terlalu pandai menutupi.

Nana hendak mengambil sambal yang letaknya ada di dekat Jeno dan Jaemin, tapi tidak sampai karna tangannya yang tidak cukup semampai.

Menyadari itu Jeno dengan segala perhatiannya menyendokkan sedikit sambal dan memberikan nya ke piring Nana.

"Jangan makan sambal banyak-banyak, nanti sakit perut." Bilang Jeno padanya, menanggapi itu Nana hanya cengengesan.

Jeno tersenyum tipis, namun tidak lama karna netranya yang bertubrukan dengan netra Jaemin. Entah sudah keberapa kali, yang pasti tatapan yang diadu oleh mereka bukan tatapan bersahabat seperti biasa.

"Udah lama loh, kalian enggak kesini sejak Mark ke Kanada." Bilang nyonya Lee seraya meletakkan gelas minumannya.

Jaemin dan Jeno lantas memutus pandangan mereka. Memerhatikan nyonya Lee yang tengah menatap keduanya bergantian.

"Kalau Jaemin sih, udah biasa tapi cuma antar-jemput Nana."Tatapannya tertuju pada Jaemin dan Nana, yang sudah senyum-senyum sendiri. Lalu beralih pada Jeno yang tersenyum tipis, "Jeno baru ini main lagi."

"Akhir-akhir ini Jeno sibuk tante. Tapi nanti Jeno usahakan main-main kesini. Sekalian, sama Renjun sama Haechan."

"Oh iya!" Nyonya Lee berseru semangat, "Renjun sama Haechan juga! Aduh, pasti ganteng-ganteng sekarang."

Jangan heran kenapa nyonya Lee begitu bersemangat, tidak lupakan? kalau Mark Lee si anak sulung adalah sahabat mereka? Dahulu sebelum Mark pergi ke Kanada untuk melanjutkan Study nya, beberapa kali atau mungkin cukup sering mereka bermain di rumah Mark.

Saking seringnya, tidak menutup kemungkinan Nana yang merupakan adik Mark tertarik oleh salah seorang sahabat kakaknya, yang kini menjadi kekasihnya.

Menanggapi itu Jeno hanya tersenyum begitupun Jaemin yang kini tersenyum.

•••

Status | Jaemin✔️ [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang