"Makan." Titah seseorang yang Nana kenal baik suaranya.Nana yang hampir terlelap langsung terbangun begitu suara itu menginterupsi. Menampilkan wajah yang datar, tatapan mata mereka beradu.
"Kak Jaemin?"
Jaemin acuh tak acuh seperti biasa, menarik kursi di sebelah ranjang Nana.
Nana hanya melongo diam, menatap Jaemin dan kantong kresek hitam yang laki-laki itu bawa.
"Itu untuk dimakan. Bukan dilihatin." Tegur nya.
Nana bangkit kini duduk di atas ranjang. Memposisikan senyaman mungkin. Tatapan bingung nya tidak lepas dari Jaemin. Gimana tidak bingung?
Tidak ada satu pesan pun yang laki-laki itu kirimkan, bahkan, Nana yakin laki-laki itu tidak tahu ia ada di poliklinik saat ini kecuali dirinya yang memberitahu.
"Mark yang telpon gue." Bilangnya seakan menjawab seluruh pertanyaan yang terlontar di otak Nana.
"Kak Mark yang beritahu kakak, kalau aku disini?" Tanya nya, Jaemin memilih diam.
Kini laki-laki itu memainkan ponselnya. Tampak benar-benar acuh tak acuh pada Nana, padahal status Nana adalah seorang pacar yang butuh perhatian karna sedang sakit.
"Makan."
Ternyata tidak sepenuh nya acuh tak acuh. Masih ada rasa peduli darinya untuk Nana.
Tidak ada alasan untuk Nana untuk tidak tersenyum. Menyadari sedikit perhatian ia dapat dari Jaemin saja, sudah patut ia syukuri. Senyumnya terus mengembang, mengambil kantong kresek hitam yang ternyata berisi sekotak nasi kuning.
Nana yakin, nasi ini laki-laki itu beli di kantin fakultasnya mengenali bungkusan dan lauk-pauk yang tersaji.
"Kakak enggak makan?" Tanya Nana, menyodorkan nasi nya ke arah Jaemin.
Jaemin hanya menggelengkan kepala. Entah sibuk apa pada ponselnya.
"Akhirnya kakak beliin aku makan. Padahal, kemarin aku tolak." Nana terkekeh pelan sebelum mengunyah satu suapan penuh nasi nya.
Ditemani Jaemin, nafsu makannya entah kenapa jadi meningkat seperti ini. Bucin.
Jaemin hanya melirik, enggak merespon dalam bentuk apapun. Ia sibuk membaca materi yang seharusnya ia pelajari hari ini, namun terlewatkan karna harus absen untuk mendatangi Nana yang saat ini sedang sakit.
"Sebenarnya aku sempet aja sih tadi, kalau buat sarapan dulu." Nana kembali berbicara, padahal ia tahu tiada respon yang akan ia dapat. "Tapi kayaknya aku bakal telat kalau buat dulu. Aku aja bangunnya ngepas."
Tidak ada respon dari Jaemin, matanya yang terfokus pada ponsel tidak lagi sesekali melirik Nana.
"Oh iya–" Nana menepuk pelan jidatnya. Atensi Jaemin tertarik untuk yang satu ini."—aku lupa bilang, tadi aku berangkat dianter Yangyang. Si buluk tuh terlalu santai nganterin aku. Untung enggak telat."
Pandangan mereka bertemu, tapi tidak lama karna Jaemin yang memutus pandangan dengan kembali fokus membaca. Nana mengulum senyum, sudah terbiasa.
"Walaupun kakak enggak peduli aku bilangin, tetep aja aku ngerasa harus bilang kalau aku tadi pergi sama Yangyang."
Nana mengangguk sendiri, kembali menyuapkan penuh satu sendok nasi ke dalam mulutnya. Tanpa sadar, bahwa saat ini ia menjadi pusat perhatian Jaemin.
Jaemin menghela napasnya pelan, menyimpan ponselnya di saku jaket. Menegakkan duduk, tangannya terulur ke sudut bibir Nana.
Gadis itu termangu beberapa saat.
"Selesai makan gue tungguin di parkiran." Bilangnya mengusap sudut bibir Nana yang terdapat sebutir nasi, bangkit dari duduknya kemudian pergi.
Ia meninggalkan Nana yang masih termangu di tempat.
Susah payah menelan nasi yang ada di mulutnya, Nana terbatuk sebentar sebelum minum.
Ia menghirup napas panjang, tanpa sadar wajahnya memerah karna malu.
Demi apapun, perlakuan Jaemin sungguh tiba-tiba.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Status | Jaemin✔️ [TELAH DITERBITKAN]
Fiksi PenggemarHanya sebuah status, tanpa perasaan lebih. Ada yang sama sakitnya dengan tak dianggap, atau lebih? Book2 from Mantan | Renjun Status | Jaemin Dyudyu, 2019 Cerita nct lainnya dari Dyu Mantan - Renjun BoyFriend - Jisung Pacar - Haechan Rich - Chenle...