{ 7. }

3 0 0
                                    

《 ATAP_ BINTANG 》

////

Bel penanda kelas usai di bunyikan lima menit yang lalu, dengan tubuh gemetar dan grogi. Hairin, gadis berwajah mungil itu duduk di kursi depan kelas dengan Kepala yang penuh dengan berbagai pertanyaan bagaimana cara menghadapi Ilgo yang akan mengantarkannya pulang nanti.

"Bagaimana ini? Gak bisa ngamen kalo gini, apa aku nyuruh dia pulang aja yah, atau gak nyuruh dia anter ampe terminal aja kali ya" Isi Kepala Hairin, yang tengah duduk menunggu kedatangan pria yang selama ini ia takuti.

"Atau gak.. Dia anter sampe angko__"

" Woiii!!! "

Hairin tersentak dari lamunannya.

Pria dengan wajah menjengkelkan kini berdiri di hadapannya dengan sebuah karton kecil di tangannya. Karton kecil yang di pegang pria itu mengarah ke wajah hairin. " Lo! " Ia sedikit menjeda kalimatnya, " Siia....HUH! cuma dua puluh hari, gue anterin lo sampe depan rumah lo, gue sebenarnya ogah, gak mau sama sekali, pasti lo juga tau tap_tapi... Ayah gue masang JPS di handphone gue. Dan beliau tau rumah lo, dan gue harus anterin lo sampe ke depan rumah lo. So, lo jan ada protes ana anu atau apalah, pokoknya jan ada satu kata yang keluar dari mulut lo, lo cukup jalan  nunjukin arah rumah lo, diam, gak boleh sok - sokan mau ngajak gue ngobrol. Pokoknya diam aja! OK! " Hairin tak bisa berbuat apa-apa mendengar cerocos yang keluar dari mulut Ilgo, dia hanya diam dan mengangguk-anggukkan kepalanya saja.

" Ok, jalan "

Hairin jalan duluan, mereka berdua sudah di luar pagar sekolah. Hairin melihat ke arah Ilgo yang sudah mulai risih, resah dan kesel, dalam hati hairin ingin sekali mau mengatakan ke Ilgo kalo dia harus ngamen dulu baru dia pulang ke rumah. Tapi, karena peraturan yang telah di keluarkan oleh Ilgo tadi, membuat Hairin ragu dan tak berniat untuk mengatakannya.

"Ke arah mana? Malah bengong, udah tau panas gini ashhh.... "

"Ah iyaiya lewat situ " Hairin dan Ilgo mulai berjalan ke arah di mana hairin menunggu angkot ke terminal.

Jalan menuju ke tempat itu lumayan jauh, Ilgo mulai gerah. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut mereka berdua, karena memang itu adalah peraturan yang di buat Ilgo.

Kini mereka sedang di dalam angkot. Ilgo dan hairin duduk berhadapan di kursi paling ujung, angkot yang mereka tumpangi penuh. Ilgo yang belum pernah menaiki angkot sama sekali terlihat kelimpungan, sesak dan risih. Hairin yang melihat Ilgo seperti itu merasah tak enak hati. Tapi, apa boleh buat dia hanya bisa melihat tak bisa berbuat apa-apa.

Sudah sangat gerah, seluruh keringat di tubuhnya meluncur seperti air. Ilgo, seperti membutuhkan oksigen, dadanya sudah sangat sesak, rasanya sangat pengap dan sulit untuk menerima oksigen dengan baik di dalam sini. Ilgo tak mau melihat ke arah keliling orang yang ada di dalam angkot, sebab. Di dalam situ terlihat berbagai macam orang dengan barang bawaan mereka yang bikin sesak. Ia memilih melihat ke arah luar, tak lama dari itu, dia melirik ke arah Hairin sekilas. Gadis berwajah mungil itu tampak serius dan fokus mengahadap ke pinggirnya sambil melihat jalan di mana tempat mereka akan turun.

Di samping Hairin, ada seorang Abang-abang bertato yang bergaya seperti preman, Mata pria itu tampak melihat ke arah kaki hairin terus menerus. Ilgo yang menangkap pandangan pria itu, sebenarnya dia ingin cuek, dan tak mau perduli. Namun, pria itu benar-benar tak berpaling dari kaki hairin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ATAP BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang