🌹5

1.6K 146 5
                                    

Hari mulai pagi, sinar matahari mencoba menerobos celah tirai pada jendela kamar seorang gadis dan itu tidak menjadikannya merasa terganggu sama sekali, gadis itu masih asyik berkelana didunia mimpinya, hingga terdengar suara getar yg tidak ada hentinya sejak tadi

Drettt…. Drettt…

“aish, siapa sih yg menelponku sepagi ini. Mengganggu tidur cantikku saja” rosé mulai menggerutu sambil mencoba meraih benda pipih di atas buffet yg berada disamping tempat ridurnya, matanya masih terpejem rapat

“yoboseyo,,” rosé menjawab panggilan masuk tersebut, masih dengan mata terpejam dengan suara serak khas orang bangun tidur

” yoboseyo,,, selamat pagi by, apa kau baru bangun?”

terdengar suara seorang laki disebrang sana dengan nada cerianya, sontak rosé membuka matanya dan melihat ponselnya membuat seluruh kesadarannya terkumpul dengan sempurna secara sekaligus
ia mengerutkan keningnya, merasa asing dengan nama kontak yg tertera di layar ponselnya _Bunny_?

“Ah,,,” rosé baru ingat tadi malam ia resmi memiliki kekasih. Ia kekasih, kekasih paksaan. Ia baru ingat, semalam jungkook memaksanya untuk memberikan ponselnya dan menyimpan kontaknya dengan nama yg menurut rosé sangat membuatnya geli untuk sekedar membacanya

Tapi laki² itu terus mengancam, jika sampai ia tahu rosé mengganti nama kontaknya ia akan melakukan hal yg tidak akan pernah rosé duga
Entahlah, rosé tidak terlalu peduli dengan nama konak itu. Ia fikir tidak ada gunanya memperdebatkan nama kontak itu, bahkan untuk memperdebatkan hubungan mereka sekarang pun jungkook tidak menanggapinya

“kau ingatkan hari ini aku akan menjemputmu? Cepat bangun dan dandan yg cantik, 30 menit lagi aku menjemputmu” racau jungkook dengan nada penuh perintah

“mak,,,,,,,” tuuuttt……. Panggilan berakhir “sudmu apa? Aish, jinjja…” rosé membelalakkan matanya tidak percaya, bahkan ia belum menjawab, tapi laki itu sudah memutuskan sambungan telponnya

Gadis itu menghempaskan benda pipih itu ke atas kasur
“Arrggghhhh…” ia menjambak rambutnya kasar sambil menghentak-hentakkan kakinya yg masih tertutup sempurna dibalik selimut

“my god, dosa apa aku sampai harus memiliki hubungan dengan laki² gila seperti dia” rosé benar jengkel, ia masih tidak habis fikir dengan nasib buruknya ini. Ah, entahlah, apakah ini bisa dikatakan nasib buruk atau justru keberuntungan yg tertunda, mungkin belum terlihat

Tidak peduli dengan apa yg dikatakan laki² gila tadi, rose kembali menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal miliknya “lebih baik aku lanjutkan tidurku, terserah apa kata dia” dan ia kembali memejamkan matanya
.
.
belum sampai 30 menit Rosé memejamkan mata, sudah terdengar suara bel apartementnya yg cukup nyaring
Belum lagi benda pipih yg tadi sempat ros hempas sembarangan kini terus bergetar dan berdering tepat dibalik selimutnya

"Aarrrggghhh... Apa lagi ini? Mengganggu saja" Rosé memaksakan diri untuk bangun meskipun dengan langkah yg seperti orang uring²an dengan menghentak-hentakan kakinya kelantai ia tetap memilih membukakan pintu terlebih dahulu, tanpa menghiraukan tlponya yg terus berdering

Orang yg diluar kembali menekan bel tanpa sabar, dengan langkah berat Rosé menuruni tangga kamarnya menuju lantai dasar

"Sebentar.." teriaknya

Apartementnya bisa dibilang cukup kecil. Hanya ada satu ruang terbuka sebagai ruang tengah dengan sofa panjang bludru berwarna abu yg menghadap langsung ke sebuah meja persegi 4 kecil dan sebuah tv yg menempel di dinding diatas sebuah meja kecil pula, disamping tangga terdapat sebuah pintu ruangan yg Rosé gunakan khusus sebagai perpustakaan pribadinya dan tempat menyimpan alat² musik kesukaannya. Sebuah dapur yg menghadap langsung keruang tengah yg hanya terhalang beberapa kursi makan menghadap pantry dapur. sementara pintu utama, tepat berada disamping dapur dan berbanding lurus dengan tangga menuju kamar gadis itu. Dan tentunya sebuah kamar + kamar mandi di lantai 2 yg hanya dibatasi oleh sebuah kaca transfaran dan dihiasi sebuah gordyn berwarna abu muda

Blind Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang