SALAH

147 15 6
                                    

"jumpa pertama itu momen krusial, kalau gagal membangunnya, momen tersebut jadi sial"

°°°

"Aku yang minta maaf walau kau yang salah,aku yang menahan walau kau ingin pisah..." sebuah nyanyian yang belakangan ini sangat sering ku dengar, Lebih dari Egoku, Yang nyanyi kita sebut saja Mawar.

Untuk pertama kalinya aku merasa senang dan bersemangat sekali untuk sekolah hari ini, terlepas dari mata pelajaran hari ini yang membuat otak ku kapasitasnya berkurang jadi 5 Mb.

"Karena kamu penting, lebih penting, dari semua yang ku punya...."  Tak terasa dari tadi berjalan sambil nyanyi-nyanyi gak jelas, sampailah aku pada sebuah gerbang sekolah yang cukup megah, yang bertuliskan SMA HARAPAN BANGSA.

"Bismillahirrahmanirrahim..."

•••


"Hmm ruang Bu Rita dimana ya kira-kira" diriku membatin.

sambil berkeliling dan mengagumi betapa besar dan luasnya sekolah ini, fasilitas lapangannya lengkap, ada basket, futsal, badminton, bahkan lapangan sepakbola juga ada.

"Gila !! ini sekolah apa perumahan orang kaya ya?" ucapku yang tak sengaja di dengar oleh satu orang, orang yang dari tadi mengikuti ku kemana pun aku berjalan.

"kamu anak baru itu kan?"
"Kenalin nama aku Lidya. oh ya aku disuruh sama Bu Rit untuk mengantarmu ke ruangannya, yuk ikut aku" ajaknya kepadaku yang masih kaget entah dari mana dia datangnya dan ambigu dengan apa yang dia ucap.

"Bu Rit..?"

•••

Tepat di depan ruangan yang pintunya tidak tertutup, di dalamnya terdapat seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk mengisi sebuah berkas di mejanya, itu lah Bu Rit maksud ku Bu Rita.

Tok tok took

"Assalamualaikum Bu Rita, ini Lidya mau nganter si eh...siapa nama kamu?"

"nama aku? Vio"

"Nah iya si Vio bu...saya udah boleh balik ke kelas belum Bu?" tanya Lidya.

"Lidya kamu tolong anterin nak Pio ke kelasnya ya" Pinta Bu Rita

"Oh baik bu..." jawab Lidya kepada Bu Rita

"Nak Pio kesini sebentar..." Ucap Bu Rita seraya menyerahkan sebuah berkas kepadaku.

"Kamu nanti biar Lidya ya yang nganterin ke kelas barumu, selamat datang di SMA Harapan Bangsa ya" Ucap Bu Rita ramah.

"Baik Bu...Saya permisi dulu"

•••

"Hmm coba aku lihat berkasmu itu" Lidya merampas berkas informasi sekolah yang di berikan Bu Rita untuk ku.

"Oh kamu kelas 11 IPA 4...sama dengan aku dong, gak nyangka kita sekelas ya, Pio"

"Ha Pio?"

"Iya Pio...aku liat dari mukamu sih cocokan Pio panggilannya, Imut soalnya kayak orangnya juga"

"Apaan sih!?" Diriku membatin.

"Oh iya di depan nanti belok ke kiri ya di depan pintu ada tulisan 11 IPA 4...aku mau ke toilet dulu, sekalian izinin aku ya Pio" kata Lidya sambil buru-buru lari ke toilet.

"Oh okee okee..." ucapku sambil berjalan menuju ke kelas.

•••

Tinggal beberapa langkah sebelum aku masuk ke kelas baru ku, memulai hari ini di kelas dan sekolah baru, tapi kaki ini rasanya berat dan gugup melangkah masuk.

dari koridor sudah terdengar suara ribut dari dalam kelas 11 IPA 4, ada yang main domino, ada yang main bola-bolaan dari botol dan juga ada yang iseng gangguin temennya yang sedang ngerjain tugas.

tok tok tok

seketika kelas hening ketika aku mengetuk pintu kelas tersebut. semua pandangan tertuju padaku, aku hanya bisa berdiri diam sambil memandangi ekspresi mereka yang penuh tanda tanya.

niat hati ingin balik badan dan pergi ke kanti, namun dari arah belakang ada yang menepuk pundak ku.
"hey, ngapain berdiri doang disini, yuk masuk" ternyata Lidya yang sudah selesai menyelesaikan urusannya di toilet.

"loh kamu udah selesai dari toilet? cepet banget?"

"ya cepetlah, aku cuman benerin baju doang kok... yaudah yuk masuk" ajak Lidya kepadaku.

"eh...belum ada guru juga, aku tunggu di luar aja ya?" bisik ku kepada Lidya.

"eh gak apa-apa kali...santai aja, yuk duduk di samping aku aja, kosong kok bangkunya" Lidya menarik tangan ku sampai ke tempat duduk yang dia maksud.

"Beneran bangku ini kosong Lid?" tanyaku memastikan sambil mencuri pandang melihat seisi yang memandangi ku dengan penuh tanda tanya.

"Iya kosong...soalnya gak ada yang mau duduk disini sih" jawab Lidya dengan cepat.

aku merasa tenang karna aku tidak perlu repot-repot lagi mencari bangku yang kosong untuk ku tempati, atau bahkan mengambil kursi di gudang untuk jadi tempat duduk ku disini.

Tak lama kemudian ada seorang wanita paruh baya yang masuk ke kelas sambil membawa sebuah buku catatan. wanita tersebut pun melihatku dan bertanya "Kamu murid baru itu ya? cobak sini maju ke depan"

"kenapa bu?" Dengan sigap aku mendatangi panggilan tersebut.

"ibu cuman mau ngasih tau kalau kamu jangan lupa bayar SPP ya...ibu cuma keliling buat nagih uang SPP anak-anak ini yang bayarnya suka nunggak...."

"Sama satu lagi..."

"Apa bu?"

"Mentang-mentang masih pagi, warung kamu jangan di buka juga, Tutup cepetan"

"Warung?"

"Resleting kamu itu loh nak..."

"Hahahahaha" Tawa seisi kelas memecah

------------------------------------------------------


-Bersambung-

PIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang