AKRAB

38 5 0
                                    


***

Malam semakin kelam. Bintang pun mulai nampak bertaburan di langit malam Kota Pinang. Suasana sejuk yang menyelimuti tubuh ini tak mampu mendinginkan suasana hati yang tengah kesal karena motor yang harusnya aku gunakan untuk malam mingguan dengan Lidya sekarang terkena musibah. Sebanyak 2 buah paku menancap tegas di ban depan motor ku.

"Duh pake acara bocor segala pula, ini motor emang gak bisa di ajak kerja sama. Ini pasti gara-gara ibu gak ngerestuin aku pergi malam Minggu sama cewek nih..." Ucapku karena kesal dengan apa yang ku alami saat ini.

Aku melihat jam di tangan telah menunjukan pukul 20.13, itu artinya aku telah telat 13 menit dari janji awal ku dengan Lidya. beberapa kali aku coba menghubungi Lidya namun tidak ada jawaban. entah dia sedang kesal atau sedang sibuk berdandan aku pun tidak tau. Namun yang pasti aku tau, dia bakal marah besar saat bertemu dengan ku nanti. Percayalah.

"Alhamdulillah udah sampai di depan perumahannya nih. Motor titip benerin di bengkel itu aja ah biar pulangnya gak dorong" Diriku membatin sambil berjalan mengarah ke bengkel yang letaknya tak jauh dari gapura perumahan Lidya.

•••

"Kamu ngapain datang kesini hah?" Tanyaku ketus.

"Emangnya gue udah gak boleh malam mingguan di rumah pacar sendiri?" Jawab Edo sambil mengeluarkan senyum paling menjijikan.

"NAJIS ! Kita udah gak pacaran lagi ya EDOG !"

"Jangan gitu dong Lidya, biasanya juga kalau aku datang kamu langsung peluk sama cium. Kok sekarang gini sih..." Ucap Edo sambil terkekeh kecil.


"Ini  bocah mesum banget sih ah !!" Diriku membatin.

"Mending sekarang kamu pergi..." ucapku kesal sambil mendorong-dorong Edo keluar dari perkarangan rumahku.

"Pergi dari sini !..."

"Ya aku bakal pergi. Tapi kiss dulu dong haha" Ucap Edo sembari memegangku kuat dan memajukan wajahnya ke hadapan ku.

"NAJIS ! LEPASIIIN ! EDO LEPASIN !..." Teriak ku sambil mendorong-dorong Edo namun karena postur badannya yang besar membuat ku hanya bisa teriak pasrah.

"Sini dong sayang...hahahaha"

"Mana jagoan lo si Vio itu hah? Mana dia?"

"EDO PLEASE LEPASIN ! AKU GAK MAU EDO...PLEASE LEPASIN AKU !" Teriak ku mengeluarkan air mata.

"Well Lidya, Gue suka banget pas lo lagi mohon-mohon gini haha..."

"Bibir Lo merah banget sih, Tumben..." Ucap Edo sambil mengelus bibir ku.

"EDO JANGAN...PLEASE..."

"Cup cup cup. Jangan nangis dong. Tenang aja Lidya, Gue gak bakal gigit kok haha" Ucap Edo sambil mendekatkan wajahnya dengan ku, hingga aku pun sudah bisa merasakan hembusan nafasnya.

"Please Pio. Datang sekarang..."

Bruuuk!!!

Sebuah hantaman kepalan tangan mendarat di pipi kanan Edo yang membuatnya langsung tumbang. Aku yang semulanya memejamkan mata dan hanya bisa pasrah, pelan-pelan mulai membuka mata dan ku lihat sesosok laki-laki dengan stelan kaos dan celana jeans hitam serta rambut yang di biarkan berantakan.

"Pio ?..." Ucapku dengan nada gemetar karena takut.

"lid kamu gak apa-apa kan? maaf ya tadi motor aku bannya boc..."

PIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang