H.

4.7K 557 128
                                    

“Yah,” Gio memanggil sang ayah yang sibuk berkutat dengan laptopnya di singgahsananya ㅡalias di meja kerjanya yang jaraknya beberapa meter dari tempat duduknya.

Iya, saat ini Gio sedang berada di ruang kerja pribadi milik sang ayah. Meskipun biasanya ia sangat malas mampir ke tempat yang suasananya keliatan suram lantaran nggak ada suasana santai-santainya tersebut. Padahal, tepat disudut ruangan terdapat perpustakaan mini yang di lengkapi dengan berbagai jenis bacaan di rak buku. Akan tetapi, isi rak buku itu semua hanyalah tentang bisnis bukan komik, atau pun sejenis novel.

“Kenapa kak?”, sahutan itu terdengar ada jeda beberapa menit dari panggilan sang anak, membuat Gio mendengus dan merebahkan dirinya diatas sofa empuk yang sebelumnya ia duduki.

"Weekend nanti aku nemenin Merinda ke puncak ya."

"Berduaan aja?"

"Nggak sih, sama temen-temen kampusnya juga."

"Oh, berapa hari?"

"Minggu palingan balik, yah. Lagian kayanya tuh jumat malem berangkatnya deh."

"Hati-hati ya, kak. Emangnya siapa yang nyetir?"

"Aku, tapi ada supir penggantinya kok."

"Kamu yakin?"

Gio mendengus kesal lantaran ayahnya selalu bersikap berlebihan seperti ini.

"Iya yakin, ayah tenang aja ok?"

Sementara sang ayah menghembuskan napasnya kasar, "kalau misalnya si Mer lebih butuh supir pake mang Wawan aja sih, kak."

"Nggak usah, itu acara mereka tau, yah. Nanti malah ganggu, mereka kaya nggak enak gitu. Lagian gapapa, aku juga mau refeshing dikit."

"Yaudah, terserah kakak aja kalau gitu."

Setelahnya Gio hanya mengangguk patuh, meskipun ayahnya kembali sibuk dengan kerjaannya tersebut.

Ia merasa nggak biasanya ayahnya itu memberikan ijin dengan gampangnya. Beda dengan sebelumnya yang butuh perjuangan banget.

"Yah..."

Setelah hening beberapa menit lamanya, suara Gio kembali memanggil sang ayah.

"Kenapa lagi, kak?" Sahutan terdengar kembali dari sang ayah, kali ini sedikit memperhatikan sang anak yang sedang membuka random buku yang entah buku bacaan apa.

“Papa kapan pulang?”.

“Lusa juga udah balik, kak.”

“Lama banget sih!”. Protes Gio yang membuat sang ayah nyaris tertawa.

Ayahnya tau kalau sosok anak semata wayangnya itu sangat manja sama sang papa. Tapi, biasanya kalau udah bersikap kaya gitu ya pasti ada hal yang nggak beres.

Setelah sibuk dengan kerja dadakannya, sang ayah berjalan menghampiri Gio yang masih betah rebahan diatas sofa. Lalu menduduki bagian sofa yang kosong ㅡtepat di bagian dekat kepala anaknya.

“Lusa itu dua hari lagi loh, kak. Bukan dua bulan lagi.”

“Ih, tetep aja lama. Nggak bisa pulang nanti malem aja?”.

Really Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang