©prrplehyacinths________
Dejun yang merasa heran saat melihat kakaknya masih dirumah, dengan apron yang terpasang rapih ditubuhnya dan kaus biru lengan pendek polos pada keesokan harinya.
Dia, Kun, kakaknya, menyambut Dejun dengan senyum ceria merekah seraya melipat kain yang biasa ia pakai untuk mengangkat panci agar tangannya tidak melepuh. "Pagi! Aku bikin sarapan!"
Heh? Dejun menatap bingung seraya hanya mengangguk membalas senyuman Kun, pelan pelan melangkah mendekati meja makan dan menyeret bangku keluar meja, melotot melihat masakan yang sudah matang dimeja makan.
Ini cukup untuk porsian makan besar dengan keluarga besar mereka berdua.
"Kak..." Dejun termangu dikursinya, meneliti satu persatu piring berisi lauk pauk dan sayur diatas meja makan. "Ini semua-"
"Yep, untuk kita makan bersama," Kun tersenyum lagi, mematikan kompor mengangkat panci berisi makanan kesukaan Dejun diatas meja, makin membuat mata pria itu berbinar binar.
Siapa yang tidak gemas melihat kedua manik mata itu berbinar binar? Kun tersenyum melihat betapa antusias Dejun kemudian mengambil piring dan sendok, meraup nasi dan lauk pauk, Kun terkekeh. "Makan yang banyak, lalu aku antar kamu ke kampus, hari ini aku masuk sore."
Dejun mendongak. "Benarkah?"
Kun mengangguk. "Setelah itu aku free."
Dejun menelan makanannya dengan cepat sebelum ia kembali berbicara antusias mendengar kakaknya mengambil waktu kosongnya, hanya untuk mereka berdua, setidaknya itu harapan Dejun. "Berarti nanti kita bisa menghabiskan waktu bersama? Berdua?"
Rasanya Kun ingin tetap dirumah saja tanpa harus bolak balik mengurus dokumen di tempat kerjanya jika adiknya begini.
Sebagai seorang dokter spesialis di rumah sakit pusat, tentu itu akan membuat jadwal Kun padat, tapi karena mereka bilang dia tidak punya janji dengan pasien hari ini maka dia akan menghabiskannya dengan Dejun, berdua saja, tanpa Gracia keparat.
Entah kenapa dia jadi ingin membuktikan pada perempuan itu kalau Kun bisa menjaga adiknya sendiri, seolah kegiatan normal ini adalah sebuah kompetisi.
Kun melirik kalender, enam belas Januari.
Teringat kata Gracia yang secara spesifik menyebutkan tiga hari kemudian, dia terus memutar otak memikirkan kata-katanya.
Tapi semuanya buyar saat Dejun meminta tambahan sup iga dan Kun hanya tertawa, mengiyakan permintaan adiknya, dan menikmati pemandangan Dejun yang lahap makan.
Setelah itu dia mengantarkan anak itu kuliah dengan mobilnya, melepas anak itu pergi menatap wajah cerahnya melambaikan tangan kepadanya. "Janji ya! Nanti kakak menjemputku!" Dejun berseru ceria.
Tentu saja dia berjanji.
Kaki Kun meraih pedal gas, menekan sistem voice command di mobilnya. "Tolong beritahukan kepada rumah sakit aku akan mampir ke rumah sakit untuk mengurus dokumen nanti sore, tapi selebihnya aku serahkan kepada Minghao untuk menggantikanku jika ada pasien."
_________
Dejun tidak pernah merasa segugup atau separanoid ini dihidupnya, dia merasa selalu mendapati seseorang atau sesuatu mengikutinya kemanapun dia pergi, dan benar saja, satu sampai tiga orang ditemukannya bersembunyi di lorong kampus.
Dan mereka sama sekali tidak terlihat seperti Kun, atau Gracia, atau bahkan Guanheng yang jahil.
Dia mencoba untuk acuh, menatap kearah lain mengabaikan keberadaan mereka yang mengganggu alam bawah sadarnya entah karena apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Underwater || X.J
FanfictionDitanggal delapan januari 2019, Xiao Dejun berniat menenggelamkan diri di laut sebelum seseorang mengaku sebagai pengelana waktu datang dan menghancurkan rencananya. "Namaku Gracia dan aku datang dari masa depan untuk menyelamatkanmu."