vii || promises

527 103 5
                                    

Lagi lagi, Dejun berada dibawah air.

Dia bernafas dengan baik, bahkan bisa merasakan kakinya menapak kedalaman lautan saat berjalan, samar samar terdengar suara bising entah darimana, Dejun menoleh mencari sumber suara, mencari darimanakah suara pekikan serak seperti sedang menangis itu datang.

Lalu tiba tiba ia seolah ditarik lebih dalam, seolah dia tersedot kedalam palung mariana, Dejun mencoba meraih permukaan atas dengan lemah, tubuhnya tidak berdaya.

Lalu dirinya berada di tempat lain.

Tempat ini kacau.

"....kau tau kan ini berbahaya?"

Dejun menoleh mendapati dua orang berjas putih familiar berdiri berdampingan, satu perempuan, satu lagi laki laki, Dejun menelengkan kepala mencoba melihat wajah mereka. Yang terlihat hanyalah siluet tulang rahang si perempuan yang naik seolah tersenyum.

Perempuan itu mengusap bahu si lelaki dengan lembut. "Ada janji yang harus aku tepati, kak," perempuan itu berkata lamat lamat. "Saat aku melihat senyumannya yang pudar beriringan dengan jatuhnya tubuh itu kedalam lautan aku sadar ada hutang yang harus kubayar."

Ini, ingatan seseorang.

Ini bukan mimpi.

Dejun dengan takut-takut melangkah mendekat kepada dua orang itu mencoba melihat sosok wajah mereka, dua orang itu menoleh.

Pria itu, terlihat benar benar familiar.

Lalu lagi lagi Dejun jatuh seolah ditarik kedalam palung, menampakkan kilatan kilatan memori yang tidak dapat dia gapai, entah milik siapa, Dejun berusaha makin keras menggapai satu persatu fragmen yang dilewatinya.

Namun yang dapat ia dengar dengan jelas hanya satu.

"...aku berjanji."

Janji.

Kata yang benar benar mengerikan.

_________

"Hei."

Saat terbangun dia mendapati dirinya terbaring di tempat familiar, dinding bercat kuning tua dengan parabotan yang terlihat tidak asing, Dejun menyipit mencoba mengingat dimana dirinya, lalu mendesis, kepalanya masih terasa nyeri. "Aku dirumah?"

"Yep dan aku adalah baby-sitter mu untuk sehari."

Suara itu seolah mengembalikan kesadaran penuh Dejun dan memaksanya memutar kepala untuk melihat lebih jelas oknum yang baru saja bersuara, membuatnya mengernyit keheranan. "Guanheng?" sebut Dejun, masih menatap oknum yang tersenyum lebar di samping kasur miliknya. "Kenapa kau yang ada disini? Gracia?"

Underwater || X.JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang