Penampakan dua orang tengah menjambak rambut satu sama lain bukanlah pemandangan yang Guanheng sangka akan menyambutnya di detik ia menginjakkan kaki didepan apartemen Kun, beriringan dengan wajah bingung Dejun yang juga baru muncul dari ruangan semula.
Keduanya menatap heran, di sisi lain mereka tidak mengenali perempuan berambut pirang yang tengah menjambak rambut Gracia hingga perempuan itu mengerang lengking. "Hei!! Apa yang kau lakukan!? Lepaskan!!"
"Wanita tidak tahu diri! Bisa bisanya kau keluar dari pintu ini tanpa rasa malu, hei!! Kamu tidak tahu siapa aku hah?!"
Dejun hanya mematung kebingungan dengan situasi yang tengah dihadapinya saat ini, bertukar tatapan dengan Guanheng menimbang nimbang apakah mereka harus memisahkan mereka berdua atau membiarkan mereka bergulat dengan tenang.
Pemikiran bodoh.
Pada akhirnya dengan susah payah mereka memisahkan dua orang itu, Dejun yang menahan Gracia dan Guanheng yang menarik perempun pirang itu menjauh dari jangkauan rambut Gracia, mereka berdua menatap satu sama lain memicing. "Apa apaan tadi?" Dejun menatap Gracia mengernyit, perempuan itu hanya diam mendengus, mencoba menyingkirkan helai-helai rambut yang menghalangi pandangannya.
"Si pirang itu yang lebih dulu menjambak rambutku jadi jangan lihat aku," Gracia memalingkan wajah. "Salahkan dia yang salah paham."
"Salah paham?"
"Hei anak anak muda, dengar ya, aku ini kekasih sang pemilik rumah, melihat seorang wanita berambut lepek keluar dari rumah ini apa aku tidak marah? Hah? Mana mungkin aku tidak marah mengetahui bahwa kekasihku ini memiliki selir? Perempuan ini yang tidak malu!" si rambut Pirang menyergah membela dirinya sendiri membuat Gracia membelalak murka dan Guanheng, juga Dejun melotot heran.
Selir.
Kata itu lebih dari cukup untuk membuat Gracia lolos dari cengkraman Dejun dan kembali menjambak rambut pirang perempuan itu.
"AKH- HEI!!! PEREMPUAN SIALAANN-"
"Siapa yang kamu bilang selir hah?! Apa harga diriku terlihat serendah itu dasar monyet tidak tahu diri!!"
"Ap-monyet?! Monyet katamu?! Jalang tengik!! Sini kau!!"
Yah, singkat kata keributan itu lebih dari cukup untuk membuat Dejun malu minta ampun, karena sesosok nenek yang sempat-sempatnya memarahi mereka seraya mengangkat tongkat kayu. "BERISIIIKKK!!"
Mereka berempat kembali masuk dengan keadaan rambut yang awut-awutan.
_________
Kun sendiri menghabiskan waktunya dirumah sakit, berbincang dengan Jackson tentang teknologi masa depan dan segala tetek bengek yang berhubungan dengannya.
Jackson menjelaskan tentang segala hal yang menyebabkan berbagai hal terjadi kepada mereka akhir akhir ini. "Sebenarnya aku kagum dengan tempat tinggal yang kau pilih," Jackson berkomentar seadanya selagi Kun melakukan pekerjaannya, memeriksa tubuh Jackson. "Tempat itu jauh dari jangkauan jarak pendeteksi yang bisa mereka raih, maka dari itu mereka lambat mendeteksi keberadaan aku dan Gracia yang sudah lalu lalang disini lebih lama dari yang mereka duga."
Yah, semaju apapun suatu teknologi pasti ada saja yang menjadi kekurangannya.
Kun mengabaikan panggilan yang berkali kali membuat meja nakas Jackson bergetar, awalnya mereka melirik, bertukar pandang, lalu melanjutkan pembicaraan, beberapa menit selanjutnya mereka acuh.
Pada menit selanjutnya bukan ponsel Kun yang berbunyi melainkan ponsel Jackson, dan, Kun memerhatikan air wajah pria itu yang segera mengeras menatap kontak panggilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Underwater || X.J
FanfictionDitanggal delapan januari 2019, Xiao Dejun berniat menenggelamkan diri di laut sebelum seseorang mengaku sebagai pengelana waktu datang dan menghancurkan rencananya. "Namaku Gracia dan aku datang dari masa depan untuk menyelamatkanmu."