"Lo lupa kalau Kak Tanaya gak suka sama lo?"
Oke,baiklah. Pernyataan yang berbentuk pertanyaan dari Dion sudah cukup memberi tahuku tentang sesuatu. Semuanya jelas. Kak Tanaya suka Kak Nusa,Kak Nusa tak berperasaan sama,Kak Nusa pindah Divisi lebih cepat,dan meninggalkan aku dicekik habis oleh Kak Tanaya.
Mungkin itu berlebihan,tapi siapa tahu,kan?
"Gue gak takut,Yon. Selama ada lo,gue masih bisa ngerasa aman,kan? Lo bisa lakuin lebih dari Kak Nusa,kan? Toh sebenernya Kak Nusa gak ngelakuin apapun selama ini buat ngelindungin gue." Ujarku setelah hening beberapa saat.
Dion diam. Matanya bertemu tatap denganku.
"Gak masalah kalau lo gak bisa. Gue yakin gue bisa jaga diri. Selama ini juga gue bisa,iya kan?"
Dion menghembuskan nafasnya kasar. Setelah meletakkan sendoknya,ia menepuk bahuku dua kali sembari tersenyum. "Gue percaya lo bisa,dan gue janji buat lindungin lo kalau nantinya ada apa-apa. Dan mungkin ini cuma pesimisme dan pikiran negatif gue sendiri. Maaf ya?" Ujarnya.
Ah,dia selalu bisa menarik senyumku dengan senyumnya.
"Dah,sekarang lo makan gelato lo itu! Abis itu kita ke ruangan editing. Gue pengen lihat demowan demowati yang kemarin gue liput." Katanya sambil menggosokkan kedua telapak tangannya. Ia menyeringai seperti seorang foodie yang melihat sekarung makanan gratis.
Dan sekali lagi,frasa demowan demowati-nya membuatku tergelak lepas.
----
Sekarang kami berada di ruangan ber-ac yang bernama ruang editing. Ruangan dimana orang-orang kreatif dan memiliki segudang ide untuk dituangkan dalam video mereka. Percayalah,impianku di dunia broadcast adalah untuk ini. Setidaknya,paling utama.
"Hai,dek! Sini lah,ngapain bengong gitu?" Ujar salah satu editor.
Aku hanya tersenyum sembari melangkah,tentunya bersama Dion. Setelah bersalaman,kami berbincang-bincang sebentar sebelum akhirnya menanyakan hasil liputan kami kemarin.
"Oh,kalo yang demo udah tayang tadi malem! Ini saya baru aja mau balik." Ujar karyawan tersebut. Rendi namanya. "Kalian gak lupa kan kalau liputan itu harus kejar tayang?" Lanjutnya.
"Wah,iya sih,ya? Ntar keburu basi kalo bari diedit sekarang. Ya udah,nanti saya streaming aja deh! Makasih ya,Kak." Sahut Dion langsung.
Kami melangkah keluar ruangan. Dion berjalan sangat cepat. Huh,persetan dengan Tanaya. Sekarang aku mengejar Dion dulu saja.
Rupanya Dion menuju ke halaman. Aku menghampirinya dan tertawa kecil. "Lo kenapa deh? Malu ya?" Kataku meledeknya.
"Malu banget tau,Sat! Gue lupa sumpah! Kok gue bisa lupa? Aih!" Cerocosnya.
"Dan bodohnya gue,gue juga ikutan lupa!" Aku tertawa. Bukannya merutuki diri sendiri karena pelupa,justru malah bangga. Yah,inilah kami dengan segala kekurangan kami.
-------
Kami berjalan santai menuju ruangan briefing setelah mendapat pesan dari Kak Tanaya. Semarah apapun kami—ralat—semarah apapun dia pada kami,dia masih butuh kami kan?Kubuka pintu kaca transparan itu perlahan. Deritnya membuatku muak. Sial!
Di dalamnya,sudah ada Kak Nusa dan Kak Tanaya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Akankah aku mati hari ini? Ah tidak-tidak! Kenapa otakku tertuju pada novel horor,sih?
"Bagus kalian udah disini." Ujar Kak Nusa begitu aku dan Dion menghempaskan diri di kursi. Ia tersenyum.
"Memangnya ada apa?" Tanya Dion menanggapi.
Kulihat Kak Nusa mengedikkan dagu ke arah Kak Tanaya. Selanjutnya,Kak Tanaya menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap ke arahku.
"Sebenarnya 2 hari lagi kita akan dapet tugas buat liputan di luar kota. Tapi mengingat lusa kalian sudah pindah divisi,jadi saya tawarkan ke kalian dulu,mau diterima atau tidak. Jujur saya sendiri agak keberatan dengan job kali ini. Selain karena Nusa akan pindah divisi hari ini juga,partner saya ya tinggal kalian," Ujarnya.
Ia menghela nafas sebelum melanjutkan,"bukan saya meremehkan kemampuan kalian,tapi jujur saya gak yakin saya bisa handle kalian nantinya. Apalagi fisik kalian juga gak sekuat orang dewasa. Jadi ya seperti di awal tadi,saya mau menawarkan ke kalian,apa tugas ini mau diterima atau tidak."
Terjadi hening cukup lama. Apa tadi Kak Tanaya baru saja berdrama? Aku tak keberatan dianggap remeh,karena itu hanya 'anggapan' dan bukan kenyataan.
"Ehem,lalu,kalau kita menolak,apa ada tim lain yang bakal nge-back up?" Tanyaku.Kak Tanaya memilin jarinya. Kalau dari buku psikologi yang pernah kubaca,itu artinya dia sedang gusar.
"Mungkin saja ada,pimpinan belum kasih clue yang jelas. Cuma nawarin itu and then I told you 'bout it."
"Apa kakak juga udah tanya-tanya ke Katim lain tentang ini?" Sahutku lagi. Jujur saja aku ingin menolak mentah-mentah. Kau tahu? Besok aku masuk divisi impianku! Aku tidak akan melewatkan itu demi berpanas-panasan lagi. Tiga jerawatku sudah cukup banyak!
"Briliant! Ninggar bener,apa lo udah tanya ke Katim lain? Siapa tau ada dari mereka yang bersedia nerima job itu." Kak Nusa menyahut.
"Gue juga setuju sama usul ninggar. Jujur gue sama ninggar udah ngebet buat masuk divisi editing,gue yakin Ninggar sepemikiran." Timpal Dion sambil menyenggol bahuku. Aku mengangguk.
Kak Tanaya nampak berpikir lagi. Oh,kenapa orang ini senang sekali berpikir! Katanya dia juga keberatan bekerja dengan kami? Bukankah itu maksud dari ucapannya tadi?
"Oke,aku juga berharap begitu. Akan kuusahakan." Finalnya.
Kami bernafas lega.
--------
Bugh!
Suara itu muncul begitu aku menghempaskan tubuh di ranjang. Penat? Sudah pasti! Tak kusangka penat hari ini sama seperti dengan rasa penat saat aku membawa motor sendiri. Padahal aku dijemput oleh mamaku!
Menghembuskan nafas lelah,aku bangkit dan berniat untuk mandi. Baru sebatas niat,karena akhirnya aku menidurkan diri lagi. Ah! Entahlah!Saat aku memejamkan mata,indera pendengaranku menangkap suara mama yang tengah berbincang dengan seseorang. Siapa tamu yang dateng waktu maghrib gini?! Ah,persetan!
Tapi tiba-tiba pintu kamarku diketuk. Karena aku yakin bahwa itu Nawang,aku pun berjalan ke kamar mandi yang terletak di kamarku dengan tenang.
921 words.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life On 50%
Teen Fiction"Masalah pertemanan kadang rumit,berteman gak usah dibawa serius. Semua yang membuatmu nyaman,itulah temanmu,sahabatmu." Dion berkata dengan tenang. Senyum tulusnya menenangkanku yang tengah gentar menghadapi masalah kehidupan. "Gak semua temen 100%...