Mungkin ini menjadi pagi yang cerah bagi Park Jimin. Baru saja sampai di sekolah, retinanya sudah menangkap sosok pujaan hati"Haai, Jin hyung... mau aku bantu bawakan?"
"eh-oh? Jimin? Sangat mau, ini lumayan berat!" Seokjin berhenti melangkah, membagi beban bawaannya separuh kepada Jimin,
Maka dengan senang hati Jimin membawa tumpukkan buku tersebut.
"Masih pagi sudah membawa buku saja, hyung.." Jimin berbasa-basi, Seokjin mengangkat bahu "Sudah nasib, jadi ketua kelas"
Mereka berbincang santai, menaiki anak tangga dan melewati beberapa siswa lain. Kebetulan kelas mereka sama-sama di lantai tiga, jadi sekalian lah.. modusnya.
[ 12-C ]
Mereka sampai, anak-anak kelas Seokjin sudah terlalu biasa dengan kehadiran Jimin. Karena hampir setiap hari anak itu pasti ada saja- entah membantu Seokjin atau membantu beberapa guru juga membawa barang. Selama dia tidak berbuat onar atau membawa masalah, tidak apa-apa.
"Terimakasih Jimin, kau selalu lebih membantuku daripada anak-anak kelas hahahaha.." ujar Seokjin tak lupa dengan tawanya, aduh senangnya sudah melihat tawa pujaan hati di pagi hari
"ga masalah, hyung.. ikhlas dari hati kok" anything for you lah hyung.
knock knock!
"Permisi..."
Sebuah suara setelah ketokan pintu kelas tersebut membuat seisi kelas menoleh, termasuk Seokjin dan Jimin
"Oh?! Hoseok ada apa?" Seokjin bertanya dengan ramah, selalu, memang ketua kelas yang baik. Sedangkan penghuni kelas lain kembali sibuk dengan urusannya masing-masing.
"Aku mencari Yoon-
"Ini"
Hoseok menoleh, menemukan seseorang berperawakan lebih kecil darinya muncul dengan sebuah flashdisk.
"Loh? sejak kapan seorang Min Yoongi duduk di barisan paling depan?" Hoseok bertanya, lebih tepatnya mengejek. yah, dia hafal sekali, Yoongi tidak mungkin mau duduk paling depan. Dia akan memilih duduk di barisan paling belakang dan pojok.
"tanya saja dengan manusia menyebalkan yang menjabat ketua kelas disini,"
"Yak! Yoongi-ah, aku berniat baik tahu! supaya kau tidak kebiasaan tidur bahkan di jam pelajaran" Seokjin bersedekap, tidak terima disebut menyebalkan oleh temannya sendiri, sedang Jimin sebagai penonton disana hanya tersenyum gemas melihat tingkah laku seokjin
"Terimakasih untuk niat baiknya, tapi aku tidak perlu."
"Ya, kau perlu Yoongi."
"Aku tidak-"
"Heyy, sudah sudah jangan mulai peperangan di pagi hari, hahahaha.. kalian ini lucu sekali" Untunglah ada Hoseok sebagai penengah disini, sedangkan Jimin hanya mengangguk dan sekedar membenarkan ucapan Sunbaenim nya itu.
"Ya sudah, Yoongi-ah aku bawa ya flashdisk nya. Jimin? mau balik kelas bareng?"
"Eh, Iya hyung.." Fyi, Hoseok berada di kelas [ 12-A ] , sedangkan Jimin kelas [ 11-E ]. Jadi, kelas mereka bersebelahan.
"Byee Jim, Hoseok!.."
Jimin membalas tak lupa melambaikan tangan dengan senyum lebarnya, sedang Hoseok sudah berjalan lebih dulu menuju kelasnya.
"si bantet itu suka padamu ya"
Seokjin menoleh, menatap Yoongi yang sekarang sedang.. persiapan tidur?
"Hah? mana ku tahu?""itu bukan pertanyaan, itu pernyataan. Jimin suka padamu.. hoaahm" Yoongi menguap, kepalanya sudah menyentuh lipatan tangannya di atas meja.
"ya.. tapi aku sudah menganggap-Yak! Min Yoongi! ini masih pagi, dan kau sudah mau tidur?!"
"berisik."
.
."Jim, menurutmu bagus yang mana? ini atau... yang ini?" Jimin mengernyitkan dahi heran. Apa ini? tumben sekali Taehyung-teman seperjuangan(?)- melihat-lihat foto bucket bunga, ia berniat membeli bunga?
"Setan apa yang merasukimu, Taehyung?"
"ck, sialan. aku serius nih, minta pendapatmu!" alis tebal Taehyung menukik, menahan kesal pada Jimin.
"Ya aku juga serius, kenapa kau tiba-tiba mau membeli bunga?" Jimin mengambil handphone Taehyung, melihat-lihat beberapa foto bucket bunga pilhannya.
"gimana-gimana?" Taehyung tersenyum penuh harap, sedangkan Jimin memutar bola mata malas dan mengembalikan handphone kawannya itu.
"Pilihanmu payah" -memang manusia ini tidak berbakat memilih hal-hal seperti itu.
Jimin melanjutkan ucapannya dalam hati, takut-takut Taehyung malah mengajaknya baku hantam nanti
Tak ada tanda-tanda Taehyung hendak protes atau mengomel padanya, saat menoleh kembali ia hanya dapat menghela napas.
Taehyung cemberut, sedih sih sudah pasti. Pilihannya ternyata tidak sebagus itu.
"Lebih baik sekalian saja beli bucket bunga segar di Florist"
Dalam sepersekian detik, wajah murung tersebut berubah cerah dengan senyum lebarnya "Oh! begitukah? hm, benar juga bunga asli lebih baik"
"Untuk apa sih kau sibuk mencari bunga?" Jimin bertanya, membuat Taehyung teralih dari pikirannya sendiri tentang bunga apa yang akan ia pilih nanti.
"hadeh, Jimin. lusa kan sudah Valentine's Day!"
"...lalu?" Taehyung menggeleng pelan, Jimin itu pintar, tapi yang seperti ini malah lemot?
"tentu saja ini, untuk Kukis-ku tersayang~"
-Post it: Secret Admirer-
To Be Continued
.
.
.a/n:
HALOOO! saya bawa book baru lagi menambah hutang lagi, sementara book sebelah masih gantung. wkwkwkya maaf, tangan ini selalu gatel buat ngetik ide baru 😭
udah ah, gatau mau ngetik apalagi soalnya.
Gudbye!
20/01/17
KAMU SEDANG MEMBACA
Post-it : Secret Admirer [On Going]
FanfictionJimin menyukai Seokjin, tapi Seokjin sudah menjadi milik Namjoon! Ah, sial. Jimin patah hati mendengarnya. Tunggu, tiba-tiba saja ada notes yang selalu menyemangati hari-hari Jimin. Dari siapa? Jimin punya penggemar rahasia? Minyoon/Jimsu! Top! Jimi...