11. The Min's Cake

303 41 5
                                    

Hari minggu ini mungkin terasa sedikit berbeda. Terutama untuk Park Jimin yang biasanya selalu menggunakan waktu di hari minggu untuk bermalas-malasan seharian, atau tidur seharian. Entah sedang kerasukan setan jenis apa, saat ini Jimin sedang olahraga pagi.

Awalnya Jimin memutuskan untuk jogging keliling komplek perumahannya saja, namun setelah melihat sepeda milik tetangganya yang menganggur di depan rumah, ia jadi berpikir untuk meminjam dan berkeliling menggunakan sepeda itu.

Bersyukur juga Jimin memiliki tetangga yang baik dan santai, katanya pakai saja sepuas hati karena sepeda itu jarang dipakai pemiliknya. Sesekali dikeluarkan hanya untuk dibersihkan.

Goes, goes, goes. Terlalu asik menggowes, Jimin tidak sadar ia sudah bersepeda lumayan jauh. Tidak begitu hapal dengan daerah sekitar, tetapi ia tahu kalau berangkat dan pulang sekolah selalu melewati daerah sini.

Sepedanya bergerak lebih santai, Jimin putuskan untuk berkeliling. Kalau tersesat ya tidak apa-apa, dia masih memiliki ponsel yang ada fitur maps nya.

Saat sedang asiknya melihat-lihat, matanya terpaku pada satu bangunan yang terlihat unik. Ya, unik menurutnya karena penampilannya berbeda daripada yang lain. Terlihat paling mencolok, dengan pink pastel sebagai warna dindingnya.

"The Min's Cake" Jimin bergumam, menyebutkan nama yang tertera di plang depan toko tersebut.

Setelah berdiam cukup lama, Jimin putuskan untuk mampir. Ia berpikir untuk mencoba satu atau dua menu walaupun tidak begitu suka makanan manis, bersyukurlah pemilik toko ini memiliki bangunan yang menarik mata. Dengan begitu, Jimin pikir hari ini ia adalah pelanggan pertama. Di lihat dari toko yang masih terlihat sepi, seperti baru dibuka.

"Ah, selamat datang! Wah, pelanggan pertama pagi ini!" Seorang wanita menyambut dengan hangat, melihat wajahnya yang berseri-seri tersebut membuat Jimin ikut tersenyum. Aura wanita tersebut sangat positif.

"Mau pesan apa?"

Jimin yang ditanya demikian lantas kebingungan, ia hampir tidak pernah ke toko kue atau sejenisnya, mentok-mentok hanya saat ingin memberi coklat valentine kepada Seokjin yang gagal diberikannya.

Seolah paham melihat gelagatnya, wanita itu terkekeh, "mau kuberi rekomendasi?" Tanyanya, Jimin mengangguk.

"Donat oreo dan teh madu, mungkin akan cocok untukmu? Bagaimana?"

Jimin duduk di meja nomor 1 (tak sengaja membaca nomor mejanya). Ia hanya mengambil tempat yang tak jauh dari kasir, dan sedikit ke dalam. Dari posisinya Jimin dapat melihat meja-meja lain yang mulai diisi beberapa pelanggan sampai ke pintu keluar dan jendela di sebelahnya, ia masih dapat melihat sepeda tetangga terparkir di sana. Yang dilakukannya sekarang hanya duduk melihat-lihat atau bermain ponsel. Mengingat harga pesanannya yang lumayan membuat Jimin bersyukur membawa dompetnya.

Karena donat yang dipesan ternyata belum selesai dipanggang, Jimin diminta untuk langsung duduk di meja dan menunggu seseorang yang akan mengantarkan pesanannya.

"Permisi, maaf lama menunggu.."

Mendengar ada suara dan nampan berisi makanan yang di taruh di atas meja, Jimin mematikan ponselnya dan mendongak melihat kepada— "loh, Yoongi.. sunbae?" Yang mengantarkan ternyata adalah seniornya sendiri.

**

"Aku baru tahu, ternyata sunbae memiliki toko kue."

"Lebih tepatnya, toko ibuku." Yoongi meralat. Setelah pertemuan tak disengaja tadi, tak lantas Yoongi langsung duduk di satu meja yang sama menemani Jimin. Sebelumnya, sambil berkata tunggu sebentar Yoongi buru-buru kembali ke ruang dapur yang terhalat pintu dengan ruangan luar, mengembalikan nampan dan melepas celemek yang ia pakai. Sebenarnya saat memberi service kepada Jimin pun ia tidak boleh memakai celemek dapur yang kotor, Yoongi terburu-buru takut pelanggan kecewa karena menunggu lama.

"Yaa, sama saja.." Jimin menyantap donatnya, "sunbae yang membuat donat ini?" Lanjutnya, bertanya.

Yoongi mengangguk, "iya, apa ada tanggapan tentang rasanya.. mungkin?"

Mendengar itu Jimin diam sebentar, tangannya mengambil cangkir teh madu dan meminumnya. "Lumayan, sepertinya memang cocok sebagai donat yang direkomendasikan." Cangkir berisi teh yang sisa separuh tersebut di taruh kembali di atas meja, menimbulkan bunyi tak yang tak begitu nyaring.

"Kau tidak suka?"

"Bukan tidak suka atau ada yang kurang, hanya saja ini memang bukan seleraku. Aku tidak begitu menyukai makanan manis," satu gigitan terakhir Jimin ambil, dan donat tersebut akhirnya habis. Sungguh ia merasa perutnya penuh, donatnya memang cuma satu tetapi ukurannya cukup besar tidak seperti donat kebanyakan yang biasa ia lihat, "tapi kalau orang itu suka manis, pasti akan sangat menyukainya– atau mungkin jadi makanan favoritnya."

"Oh, begitu.. baiklah, terimakasih Jimin." Jimin mengangguk, "sama-sama, sunbae-nim."

Selanjutnya mereka mengobrol santai, seperti kawan lama yang baru berjumpa. Yoongi atau Jimin sendiripun tak menyangka bahwa obrolan mereka tidak terputus sama sekali, nyambung. Mulai dari membahas toko kue Yoongi yang sudah lima tahun berjalan, Yoongi yang hobi memasak dan Jimin yang lebih suka olahraga di luar terutama sepak bola.

Sampai mereka harus mengakhiri obrolan karena toko yang mulai ramai dan Yoongi harus membantu ibunya lagi juga Jimin yang memilih segera pulang karena merasa sudah terlalu lama ia meminjam sepeda tetangganya.

Sampai mereka harus mengakhiri obrolan karena toko yang mulai ramai dan Yoongi harus membantu ibunya lagi juga Jimin yang memilih segera pulang karena merasa sudah terlalu lama ia meminjam sepeda tetangganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc—

a/n:
Sepertinya ada kemajuan nih Jimin sama Yoongi?? 👀

Post-it : Secret Admirer [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang