Selama kelas berlangsung Jimin tak benar-benar menyimak materi apa yang sedang dijelaskan oleh gurunya di depan sana. Pikirannya mengawang, karena seseorang yang entah siapa itu. Si Secret Admirer.
Mau sampai kapan?
Iya. Mau sampai kapan sosok dibalik note warna-warni di dalam loker Jimin itu bersembunyi? Jimin bertanya-tanya. Ya selalu sih, tapi hanya kepada dirinya sendiri. Mau tanya kepada siapa juga tidak tahu, kepada Taehyung? jangan diharap.
Ia lihat bungkusan kukis ditangannya, itu dari si penggemar rahasia. Hanya ditatap begitu saja, tidak ada niatan bagi Jimin untuk memakannya.
"Kalau tidak mau, untukku sajaa" Taehyung yang entah darimana datang dan hendak mengambil bungkusan kukis ditangan Jimin. Yang sudah pasti langsung ditepis dengan empunya.
"Galak."
·Secret Admirer·
Hari ini, lagi-lagi Jimin tidak membawa motor kesayangannya. Jadi ya begitu, ia harus naik bus untuk sampai ke rumahnya. Jangan tanyakan lagi kemana Taehyung, anak itu sekarang tidak akan bisa diminta tebengan karena sudah dan selalu membawa Jungkook.
Dan kebetulan lagi, ia bertemu dengan Yoongi seniornya yang juga sedang menunggu di halte. Ia nampak duduk tenang dengan telinga tersumpal earphone, asik dengan dunianya dan tidak begitu terganggu oleh ramainya anak-anak yang lain.
"Hei?"
Tepukkan pelan Jimin berikan pada bahu, Yoongi otomatis menoleh menatap pada si penepuk bahu yang cengar-cengir saja tanpa rasa bersalah setelah membuatnya sedikit kaget.
Tanpa melepaskan earphone Yoongi bertanya, musik dari ponsel sudah dipause sehingga ia dapat mendengar suara dari lawan bicara.
Jimin menggeleng pelan, "Ramai sekali ya, di sini.." katanya.
"Ya begitulah, sudah biasa kok. Kau mana tahu karena pulang-pergi sekolah pakai motor."
Aduh, Jimin kok merasa tertohok ya?
"Hehehe, iya.."
Eh, tunggu–
"Sunbae, kau tahu aku biasa ke sekolah menggunakan motor?"
Jemari yang menari di atas layar ponsel tersebut spontan berhenti. Teringat bahwa ia dan Jimin sebenarnya tidaklah begitu dekat sampai mengetahui kebiasaan membuat Yoongi diam-diam merutuki mulutnya.
"A–anu, ah! Bus nya sudah datang!"
Batin Yoongi sujud syukur karena kebetulan sekali bus yang mereka tunggu sudah lebih dulu datang, dengan begitu ia tidak ada kesempatan untuk menjawab Jimin.
"Ah, iya.. sudah datang."
·Secret Admirer·
Yoongi merebahkan tubuhnya di atas ranjang, earphone yang selalu menempel selama perjalanan pulang itu ia lepas. Yoongi menghela napas, jantungnya berdegup kencang tak keruan, seperti mau lepas dari tempatnya.
Pandangannya lurus ke atas, pikirannya mengawang teringat kejadian yang baru saja lewat membuat pipinya bersemu, merah sampai telinga.
Beberapa puluh menit yang lalu, saat ia dan Jimin berhasil menaiki bus yang sama, sudah sangat wajar rasanya kalau tidak kebagian tempat duduk yang terbatas. Di tambah ada peraturan tak tertulis bahwa perempuan harus di dahulukan. Alhasil, Jimin maupun Yoongi harus berdiri sembari bertumpu pada pegangan yang disediakan oleh bus.
Keduanya diam saja selama perjalanan, bising terdengar oleh suara obrolan random anak-anak Sekolah Menengah lainnya. Dua puluh menit, bus tiba di pemberhentian pertama, ini adalah kawasan rumah Yoongi. Berbondong-bondong penumpang hendak turun di tempat pertama, membuat Yoongi harus bertahan sebentar dari desakkan dan tabrakkan siswa lainnya. Karena banyak yang tidak sabaran, Yoongi jadi kena imbasnya. Pegangannya melemah, dan tanpa sengaja tubuhnya oleng, terdorong ke belakang.
Dan mungkin saat itu ia sudah jatuh menghantam lantai bus, jika saja tidak ada Jimin yang berdiri tepat di belakangnya.
"Sunbae, tidak apa-apa?"
**
Senyumnya tanpa aba-aba telah mengembang, lebar sekali. Yoongi berguling-guling, ia berteriak namun tertahan karena bantal yang menutupi wajah. Sikapnya persis sekali gadis yang sedang dimabuk cinta.
"Heh, ngapain kamu?"
"Astaga! Bunda, kebiasaan tidak mengetuk pintu kamarku!" Buru-buru Yoongi bangun, duduknya tegap di atas kasur. Memandang kaku pada sang bunda yang entah sejak kapan, berdiri melipat tangan di depan pintu kamarnya. Ah, malu sekali Yoongi kalau ketahuan bertingkah konyol seperti tadi.
"Ih, pintunya terbuka sendiri kok. Kamu tuh, ngapain guling-guling di atas kasur? Sembelit ya?"
"A-apaan, mau tahu saja!"
"Eih, dasar anak ini. Ya sudah, cepat mandi sana lalu turun untuk makan malam."
"Iyaaa bundaku."
Baru satu langkah ke luar, seakan teringat sesuatu, bunda Yoongi kembali menengok ke dalam kamar, "oh ya, kamu sibuk gak? Nanti bantu bunda di toko ya." Ujarnya.
"Okee!" Dengan menaikkan kedua jempol tangan Yoongi mengiyakan permintaan sang bunda.
Yoongi bernapas lega, setidaknya ia tidak diteror pertanyaan macam-macam karena tingkah anehnya tadi.
"Ah, gila. Ini gara-gara Park Jimin. Sudah deh, aku mandi saja."
Tbc–
a/n:
Hai? Ahahah, akhirnya aku coba buat lanjutin ini😭
Adakah yang masih simpan book ini? Mungkin kamu udah keburu kesel, karena aku ninggalin gitu aja cerita ini di tengah jalan :"Dan setelah aku lihat-lihat, mungkin akan aku rombak, ku edit ulang biar lebih rapi. Tapi, setelah ini selesai, hehe.
Baiklah, sampai jumpa di chp berikutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Post-it : Secret Admirer [On Going]
FanficJimin menyukai Seokjin, tapi Seokjin sudah menjadi milik Namjoon! Ah, sial. Jimin patah hati mendengarnya. Tunggu, tiba-tiba saja ada notes yang selalu menyemangati hari-hari Jimin. Dari siapa? Jimin punya penggemar rahasia? Minyoon/Jimsu! Top! Jimi...