Perasaan

49 4 0
                                    

Sejak kepergianya suaminya. Ibunya Irfan selalu kelihatan murung sawah satu- satunya peninggalan suaminya. di biarkan terbingkalai. kerjanya cuma di rumah termenung. Irfan yang paham kondisi ibunya. semua pekerjaan rumah irfan yang kerjakan.
Suri yang masih kecil hanya bertanya ke mana bapaknya pergi. tapi Irfan selalu punya jawaban buat adik kecilnya itu.

" cin, ku minta tolong ya," ucap irfan yang sore hari datang ke rumahku.

" minta tolong apa fan?" tanyaku penasaran.

" kamu bisakan cin?, memberitahu guruku. Kalau hari ini ku tidak masuk sekolah." Jelas irfan dengan duka yang tersimpan.

" tenang aja fan, aku akan memberitahu gurumu bila perlu ku beritahu satu desa kalau Irfan Fatur Wijaya. tidak turun hari ini. karna ada pertemuan penting dengan para penggemarnya" candaku di tengah kesedihannya Irfan.

Irfan yang mendengar candaku. tertawa.
ku dan irfan sahabat karna dari SD dan SMP. Kita selalu satu sekolah Umur irfan satu tahun lebih tua di banding aku. jadi saat irfan duduk di tiga SMA. Aku masih dua SMA Sebenarnya ada beberapa masih temanku tapi karna rumah ke rumah begitu berjarak kami jarang bersama- sama. hanya rumah Irfan yang begitu dekat dengan rumahku.

SekolahSMA jaraknya empat kilometer dari desa kami. terkadang jalanan yang kami laluai saat sekolah sering terjadi banjir dan longsor. Kondisi sekolah-nya juga memprihantinkan ruang kelasnya hanya terdiri tiga kelas.

setiap pergi ke sekolah. kami akan bangun lebih pagi untuk berjalan kaki ke sekolah. karna kendaraan barang masih langkah di desa kami.
tapi itu semua tidak menyurutkan niat kami mengejar semua impian kami.

" oh iya, fan bagaimana keadaan ibumu dan suri?" Tanyaku

" ibu masih sedih karna meninggalnya bapak, ini aja sawah tidak ada urus. ibu cuma duduk melamun, makanya beberapa hari ini aku tidak masuk sekolah dulu, kamu tahu sendiri ka, cin? Bagaimana juragan Kadir. bisa- bisa kalau sawahku tidak ada yang urus. nanti juragan Kadir mengambil menjadi punyanya. Kalau suri dia belum tahu apa-apa.

Pagi hari ku pergi sekolah. Titin dan ilmah menunggu di persimpangan desa. Titin dan ilmah adalah sepupu mereka sama denganku kelas dua SMA. Mereka biasanya menunggu aku dan Irfan di persimpangan desa untuk pergi sekolah bersama. rumah
mereka jaraknya jauh dari rumahku itulah sebab mereka hanya menunggu di persimpanan desa.

" mana irfan, cin" tanya titin

" Irfan tidak sekolah hari ini, karna dia masih menjaga ibunya," jawabku

" kasihan ya Irfan, semoga dia beri kesabaran " ucap ilmah yang lebih dulu jalan di depan.

" Amiiin" jawabku bersamaan dengan Titin.

Sepulang sekolah biasanya aku mengantar makanan kesawah buat ibu dan ayah yang membajak sawah juragan Kadir. setelah itu akan kita makan bersama di pondok tengah sawah.

ku melihat Irfan sedang istrahat di bawah pohon yang dekat sawah. sawahnya Irfan bersebelahan dengan sawah juragan Kadir yang di beri tali yang berwarna kuning sebagai pembatas.

" Irfan" panggilku, irfan yang duduk melamun tidak mendengar ku panggil

" ih....... fan, di panggil- panggil tidak menyahut juga" ucapku mendatangin Irfan.

" iya, tidak dengar ku cin kamu panggil" jawab irfan masih fokus memandang ke depan.

" ya...ya... tahu aku, apa yang kamu fikirkan? pasti kamu memikirkan, melati ya? ayo ngaku" ucapku dengan bercanda.

Irfan yang mulai tadi memandang kedepan, langsung melihatku.

" Melati?, kenapa dengan dia ?" Jawab irfan yang balik bertanya.

CINTA SEMENDUNG AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang