Prolog.

17.7K 744 8
                                    

Pagi ini masih sama, sang mentari dengan malu-malu menapakan sinarnya, diselimuti hawa dingin yang menusuk Eksan menikmati bagaimana Tuhan menunjukkan kuasa indahnya.
Lengkungan indah di bibir itu mulai merekah, hangat dan damai. Disaat waktu seperti ini Eksan dapat menenangkan fikiranya walau hanya sesaat, ia dapat bernafas dengan ringan tanpa disertai beban. Setidaknya disaat seperti ini semua rasa sakit yang ia pikul sendiri masih enggan untuk menyapa.

Iksan menyaksikannya, bagaimana senyum itu mulai merekah, bagaimana binar itu dengan tulus menampakkan sinarnya. Ia suka namun di satu sisi ia membencinya.

Iksan dan Eksan si kembar dengan perbedaan yang amat ketara.
Jika Iksan dilahirkan dengan senyum yang indah, maka Eksan dilahirkan dengan senyum yang hangat,saat Iksan dilahirkan tanpa kata maaf,maka Eksan dilahirkan dengan beribu kata maaf. Adil bukan?

Iksan membenci Eksan, namun Eksan menyayangi Iksan teramat sangat.
Bagi Eksan, mentari akan terus menyayangi rembulan walau ia tau rembulan membenci mentari teramat sangat, mentari tak akan perduli dengan luka yang diberikan yang mentari tau hanya ia menyayangi rembulannya, ia sadar betul bahwa rembulan itu baik, namun mungkin saja sang rembulan hanya tersesat. Maka dengan senang hati mentari membawa rembulannya kembali.

"Tak peduli seberapa besar rasa bencimu kepada ku, yang ku tau kau adalah kakak ku, kau hanya tersesat kembali pulanglah walau hanya sesaat, karena kita tak tau kapan waktu akan berhenti untuk berjalan"

Eksan

Iksan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iksan

Iksan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ekshan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang