0.1

12.4K 575 30
                                    

Eksan menghembuskan nafasnya pelan, jarum jam menunjukkan pukul 06.00 itu artinya masih terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah, namun Eksan sudah bersiap dengan si merahnya untuk berangkat ke sekolah, Eksan bukan anak rajin yang datang pagi hari lalu membuka buku pelajaran, hanya saja hari ini kedua orangtuanya sedang dirumah ia sangat malas bertemu dengan keduanya, walau ia akui ia merindukan mereka, namun ia juga malas jika harus mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari mereka, jadi ia putuskan untuk berangkat pagi, sekali mencari udara segar pagi hari.

Pulang besar bertuliskan "SMA 3 HARAPAN NEGARA" sudah ia lewati, sedikit lagi ia sampai pada gerbang sekolahnya, memang sekolahnya sedikit masuk ke dalam namun plangnya berada di luar, sesudah tiba di parkiran ia memutuskan menunggu sekolah ramai, memejamkan mata sejenak mengatur api yang tiba-tiba membara dalam dadanya, menahan kuat agar cairan bening itu tidak jatuh dari mata indahnya.

"Kangen juga ya" gumamnya.

Ia dia rindu sangat malah, namun jika ia disana mungin paginya tidak akan secerah ini.

Setelah mengatur emosi ia putuskan untuk ke kantin sambil mengisi perutnya yang sudah minta diisi sejak tadi.

"Tumben udah nyampe jam segini"

"Eh, babang Didi"

"Jiji sat"

"Hehehe maaf"

Handy, Handy wilandika remaja berkulit putih pucat, disertai lesung pipi yang menawan adalah salah satu teman Eksan yang memiliki tutur kata kasar. Namun Handy juga yang tau bagaimana sisi lain dari Eksan yang mungkin tidak diketahui orang lain. Yang mereka kenal Eksan sosok ceria dengan sejuta tawa, namun yang Handy kenal Eksan adalah sosok rapuh dengan sejuta lara yang ia pukul sendiri tanpa mau berbagi.

"Tumben banget lo berangkat jam segini?"

"Lah ecan kan anak rajin bang"

"Lama-lama gua jahit juga itu bibir can"

Eksan hanya tertawa menanggapi perkataan temanya itu, menurutnya membuat Handy marah seperti ini adalah sebuah kesenangan tersendiri.

"Bang udah sarapan?"

"Udah"

Tidak menjawab, Eksan lebih memilih menghabiskan sarapannya, sesekali berbincang singkat dengan Handy.

"Woy pagi-pagi udah kencan aja lo berdua"

"Gak tau nih bang Didi udah kangen dedek ecan katanya"

"Mulut lo deketan sini can"

"Buat apa? Bang ini masih pagi jangan main kotor dong"

"Najis,Ar tugas sosiologi udah lo kelar?"

"Ud-"

"EMANG ADA TUGAS?!"

"Kebiasaan nih bocah, nih salin cepet, Han lo gak bawa kendaraan?"

"Nggak, lagi masuk bengkel, nebeng si Bagas gue tadi"

"Ohh"

Ardana wijaya orang yang dipanggil Ar oleh Handy tadi adalah salah satu teman Eksan yang paling rajin diantara semuanya, sifatnya yang tenang namun senang bergurau membuat Eksan nyaman berteman dengan nya, dibalik sifat tenangnya Ardana adalah remaja yang kesepian, namun bersama dengan teman-temannya ini ia merasa memiliki keluarga yang baru.

"Btw si adek tumben berangkat pagi, kesambet apa lo dek?"
Tanya Ardana yang keheranan melihat temanya yang satu ini berangkat sepagi ini.

"Gak papa bang, lagi kangen sekolah doang hehehehe"

Ekshan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang