10

5.1K 489 5
                                    

"san mau ketempat biasa gak?"

"Gak deh bang, capek pengen langsung pulang aja"

"Mau dianter?"

"Lo kata gue bocah bang, udah lah gue duluan, Bubay abang-abang nya Eksan yang ganteng tapi masih belum laku"

Teriak Eksan lantas berlari keluar kelas sebalum para teman-teman nya itu ngamuk.

"Itu bocah di rumahnya gak ada kaca apa ya?"

"Udahlah han, keburu ujan nunggu lo ngomel-ngomel mulu"

Setelah itu mereka berjalan keluar kelas, menuju kerpakian.

'ini mau ujan?'
Gimana Eksan melihat langit yang sudah mendung, hari ini Eksan lupa membawa jaket, dia hanya menggunakan seragam sekolah biasa.

"Yaudah deh kalo hujan kan gampang tinggal hujan-hujanan hehehe"

Setelah itu Eksan lantas melajukan motornya dengan kecepatan sedang, tak lama rintik-rintik air perlahan turun menyirami bumi, semakin lama semakin deras, Eksan lantas menambah kecepatan laju motornya.
Tak memakan waktu lama, Eksan sudah tiba dirumahnya dengan keadaan yang bahas kuyup, muka pucat, bibir membiru, dan badan yang mengigil. Eksan itu tidak bisa terkena hawa dingin sebenarnya. Tak mau membuang waktu Eksan lantas langsung masuk kedalam rumahnya, dilihat nya Iksan yang sedang membaca sebuah buku di ruang tamu.

"Adek pulang"

Tak ada jawaban Eksan lantas berjalan cepat menuju kamarnya. Membersihian diri lantas membaringkan tubuhnya pada kasur kesayangannya itu. Seperti biasa tak lupa ia menyetel lagu untuk penemuan sepi.

••Spaces-One Direction••

Merasakan pening yang menyerang kepalanya, Eksan lantas tertidur.

Jam menunjukkan pukul 22.00, itu berati Eksan tertidur cukup lama. Mengingat besok masih ada tugas yang harus ia kerjakan, lantas ia berjalan turun menuju dapur untuk mengambil makanan dan juga membuat kopi. Setelah dirasa cukup ia kembali ke kamarnya, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Tak la ponsel yang ia letakkan disampingnya menyala. Menunjukkan chat dengan nama 'Ardha' sebagai pengirimnya.

Ardha
Dek dirumah?
    
                                                        Eksan
                                            Iya, kenapa?
Ardha
Biasa ke apartemen Handy gak? Dia lagi ngamuk kita gak tau cara nenanginnya gimana, Bagas juga udah tepar.
                
                                                      Eksan
                                                          Otw.

Tak butuh waktu lama Eksan sudah siap dengan motornya, dan langsung menjalankannya dengan kecepatan diatas rata-rata menuju apartemen Handy. Setibanya ia disana lantas memencet tombol, tak lama ada Dimas dengan muka khawatir menyambut nya.

"Bang Handy mana bang?"

"Dikamarnya san, lo liat gih gue sama Ardha lagi ngobatin Bagas"

"Ada masalah apa sih bang?"

"Kita juga gak tau san, tadi dia pamit ke supermarket bentar eh pulang-pulang udah ngamuk aja"

"Yaudah gue temuin dia dulu"

Eksan lantas berjalan menuju kamar Handy, mengetuk pintu, namun tak ada jawaban.

"Bang? Ini Eksan"

Tak ada jawaban lagi. Ia lantas membuka pintu tersebut, dan melihat Handy yang sedang menatap jendela dengan tatapan kosongnya.

"Abang kenapa?".

Eksan mulai berjalan mendekat Handy, setelah itu ia duduk dibawah Handy yang sedang duduk diatas kasur.

"Abangggggggggggg"

"Berisik san"

"Lo kenapa bang?"

Handy diam, ia memilih melihat keluar dari pada menjawab menjawab Eksan, merasa diabaikan Eksan lantas naik, menidurkan dirinya diatas kasur dan paha Handy sebagai bantal.

"Bang ngantuk"

"Huh, yaudah ayo tidur"

Handy berjalan memutari kasur dan berbaring didekat Eksan.

"Kesambet dengan apaan lo tadi bang?"

"Kuntilanak deket supermarket"

"Aminnn"

"Sialan"

"Hehehe, ada masalah ya?"

"Hmmm"

"Cerita gih"

Handy lantas memutar tubuhnya mengahap Eksan. Eksan sedang melihat langit-langit kamarnya, Handy memperhatikan Eksan, rahang itu semakin tirus.

"Lo kurusan dek"

"Emang, baru njadar lo?"

"Hmm"

"Gak mau cerita nih jadi?"

"Papa ngamuk besar, ada salah satu tangan kanannya yang korupsi, papa minta supaya gue balik ke Jerman terus ngebantu dia buat ngurusin semuanya"

"Gitu doang lo sampe ngamuk kaya gitu?"

"Gitu doang gundulmu, lo emang mau gue balik ke Jerman?"

"Enggalah, lo udah coba ngomong baik-baik sama papa lo?"

"Belum, abis papa nelfon gitu gue langsung tutup telefonnya"

"Yeu si goblok"

"Bibir mu san"

"Yaudah lo coba omongin ke papa lo baik-baik, dia pasti juga ngerti kok secara lo anak tunggal, apapun yang lo mau pasti bakal dikabulin sama dia"

"Ia juga ya san"

"Ya iyalah, udah ah ngantuk mau bobo"

"San"

"Apa?!"

"Jangan ngegas elah"

"Apa?"

"Makasih"

Tak ada jawaban, Eksan memejamkan mata, pening itu kembali menyerang. Sepertinya Eksan melupakan fakta bahwa tubuhnya itu sedang manja membutuhkan perawatan extra tadi. Tak lama Eksan sudah berlarut ke dalam alam mimpi.

Handy memperhatikan Eksan dengan seksama, raut wajah damai Eksan saat tertidur. Eksan seperti bayi. Dalam hati Handy bersyukur karena Tuhan mempertemukannya dengan Eksan, teman sekaligus adek yang lucu untuk Handy. Sungguh ia berulang kali mengucap janji bahwa ia akan terus melindungi temanya yang sudah ia anggap sebagai adeknya itu.



"Kau terus-terusan menjadi cahaya bagi mereka yang di sekitar mu, namun sepertinya kau lupa bahwa kau sendiri membutuhkan cahaya untuk dirimu. Mari ku ingatkan tak selamanya manusia kuat, tak selamanya manusia mampu. Kau hanya perlu sedikit berbagi, hingga Tuhan memintamu untuk kembali" (-dame)


Ekshan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang