Bang Eksan nginep di apartemennya bang Handy ya, bang Iksan jangan lupa makan!
Pesan singkat yang Eksan kirimkan kepada Iksan, setelah itu ia memasukkan benda pipih itu kedalam saku celananya.
"Abang-abang gue mau pergi bentar"
"Kemana san?"
"Dih bang Dimas kepoan dih"
"Bodo san"
"Hehehe, dah mau pamit. Bubay"
"Jangan pulang malem-malem dek,Lo jadi nginep sini kan"
"Iyaaaaa."
Setelah itu Eksan pergi, jujur saja teman-teman Eksan sedikit ragu, namun jika seperti ini lebih baik mereka membiarkan Eksan menenangkan dirinya sendiri.
Malam ini Eksan memacu motornya dengan kecepatan sedang, sembari menikmati udara malam, pikirannya kalut sekarang, jujur ia lelah.
Tempat ini, tempat yang selalu Eksan tuju saat pikirkannya kalut seperti sekarang, gedung tua yang tak digunakan lagi, disini sepi. Setelah memarkirkan motornya Eksan meloncati pagar, lalu masuk menuju atap gedung. Disini Eksan dapat melihat kota saat malam hari, banyak gedung bertingkat dan lampu-lampu sebagai teman. Eksan duduk di tepi, memejamkan mata, menghela nafas sejenak. Memikirkan bagaimana kelangsungan hidupnya, apa ia akan memilih terus menerima kebencian yang Eksan sendiri tak tau sebabnya apa, atau justru melawan dan pergi. Opsi ke dua sepertinya tidak begitu menyakinkan, tapi opsi pertama malah menyakitkan. Jika sekarang ia bisa maka ia akan berteriak dengan keras didepan semua orang bahwa dia sedang kesakitan, tapi Eksan bukan orang bodoh yang melakukan hal gila seperti itu.
Terlalu lama memikirkan hidupnya hingga ia lupa waktu, tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul 01.00 malam, ia yakin teman-temannya masih menunggunya pulang. Dengan segera ia kembali pulang dengan perasaan yang sedikit lega. Sesampainya ia disana ternyata dugaannya benar, teman-temannya masih menunggunya pulang ternyata.
"Halo abang-abang ku sekalian nungguin adek ya?"
"Dibilang jangan pulang malem juga!" Sembur Bagas, ia kesal Eksan ini batu sekali diberi tau.
"Maaf bang hehehehe"
"Yaudah san, lo tidur sama gue ayok cepet udah ngantuk gue"
"Siap bos"
Setelah itu mereka bergegas tidur, Eksan menyusul Handy ke kamarnya.
"Bersih-bersih dulu dek, ganti baju bentar gue cariin baju buat lo"
"Iya bang"
"Nih pake, abis itu cuci muka, gosok gigi terus langsung tidur"
"Lo pikir gue anak kecil apa?"
"Nyadar umur dong, diantara kita semua yang paling muda kan lo san"
"Serah bang serah"
Setelah itu Eksan pergi ke kamar mandi melakukan apa yang Handy bilang tadi, tak lama ia keluar dengan kaos dan celana selutut, lalu tidur di dekat Handy yang masih bermain dengan laptopnya."Ngerjain apa sih bang?" Tanya Eksan
"Ada laporan kantor dari ayah"
"Dih mentang-mentang calon CEO"
"bacot san, mending lo tidur deh"
"Lo gak tidur bang?"
"Dikit lagi, lo duluan aja"
"Gak mau ah, mau nunggu abang"
"Ck,udah ayo tidur"
Kata Handy lalu mematikan laptop nya,"Good night bang"
"Hmm"
Setelah itu mereka pergi ke alam mimpi masing-masing.
Jam masih menunjukkan pukul 04.00 dan Eksan sudah bangung,ia duduk di ranjang, melihat pantulan dirinya di kaca, mukanya semakin tirus, dan badanya juga semakin kurus, akhir-akhir ini Eksan memang tidak memiliki nafsu makan, entah sudah turun berapa kilo berat badannya.
Eksan melihat Handy yang tidur dengan nyenyak, ia sadar masih banyak yang sayang dengannya, masih banyak yang mau menerima kehadirannya, namun jika keluarganya sendiri engga menerimanya ia bisa apa?
Sibuk dengan pikirannya sampai Eksan tidak sadar bahwa Handy terbangun dan sedang melihat dirinya."Dek?"
"Eh? Kebangun gara-gara Eksan ya bang?"
"Engga, ngapain bangun jam segini?"
"Mau ngeduluin ayam jago bang"
"Bodo san"
"Hehehe"
"Lo kenapa?"
"Ha?"
"Lo kenapa? Ada masalah?"
"Engga"
"Jangan bohong san, dosa!"
"Heum"
"Kalo lo ada masalah cerita sama gue, atau sama lainya, lo taukan kalo kita udah nggangep lo tuh kaya adek kita sendiri, jadi kalo emang ada masalah lo bisa bagi ke kita, jangan dipendem sendiri"
"I-iya bang"
"Masih gak mau cerita?"
"Bukan gak mau cerita bang, cuma gak bisa aja, takut ngebuka luka lama,maaf"
"Gue ngerti kok, sekarang lo mau lanjut tidur apa gimana?"
"Udah gak bisa tidur"
"Yaudah pergi jalan-jalan keluar yok?"
"Yok!"
"Tolong ingat, bukan mereka tidak mau cerita atau tidak percaya, hanya saja untuk membuka luka lama butuh waktu yang panjang, mereka diam bukan berarti tak kesakitan, justru mereka sedang menahan sakit yang siap membunuh saat itu juga." -dame
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekshan [COMPLETED]
Teen FictionDia Eksan. Manusia yang pandai tentang bersandiwara, manusia yang pandai untuk menutup lara, dan manusia yang pandai untuk berbagi tawa. Ada lara dibalik binar itu Ada duka dibalik tawa itu Namun ia hanya diam, menikmati bagaimana lara menusuknya, m...