ISI HATI GANA

48 12 2
                                    

“Luna, gue suka senja.” kata Gana sewaktu kita di puncak kala itu.

Aku juga suka. Suka kamu. Tapi aku nggak bilang, takutnya merubah suasana yang  kutunggu selama aku menyukaimu.

Duduk berdua menikmati secangkir kopi juga senja, rasanya benar-benar sempurna.

Asal ada kamu, tanpa senja dan kopi soreku terasa sempurna. Tapi kali ini aku seperti bermimpi. Apa yang tuhan berikan lebih dari sempurna dan aku bersyukur karenanya.

“Luna? Kenapa tutup mata? Lo liat deh langitnya bagus tuh. Lo nggak suka ya?”

Aku menggeleng sambil tersenyum.

"Suka kok. Aku cuma lagi ngerasain hawanya aja. Enak tau mejamin mata kaya gini. Terus bayangin yang indah-indah..” Gana tertawa. Hingga dia pun ikutan memejamkan matanya.

Kesempatan bagus, Gana. Kalo gini aku bisa ngeliatin kamu sepuasnya!

Aku terbuai oleh wajah kamu yang sedekat itu. Sampai kamu mengajakku bicarapun aku masih tetap menatapmu.

“Luna, lo inget kan? Kita temenan udah lama, sampai sedeket ini. Selama ini lo tau tentang gue dan gue juga. Gue tau semua tentang lo,”

“Tapi nggak semua tentang gue lo tau, Lun.”

“Lo nggak tau isi hati gue, siapa orang yang gue suka, dan gue cinta.”

Ya, Gana... Benar...

“Gue nunggu lo nanya, tapi lo diemin gue terus.”

Gana masih bercerita dengan memejamkan matanya.

“Dan kalo gue jujur sekarang, takutnya ke--”

“Gana! Kamu tau kan aku nggak suka basa basi!”

Jelas aku kepo Gana! Tubuhku mendadak kaku. Bibirku enggan untuk bicara, aslinya. Tapi terpaksa! Demi aku tau SEMUA TENTANG KAMU.

“Kebiasaan! Iya deh gue jujur. Sebenarnya dari dulu gue suka sama manusia kaya lo. Bener-bener lo! Haluna Miracle. Persis nama belakang lo, lo itu keajaiban tuhan yang datang untuk gue jaga dan gue sayang. Maka dari itu gue cinta sama lo.”

....

....

....

“Luna! Maghrib-maghrib malah bengong. Mau kesambet setan lo?”

Suara Gana mengintrupsi lamunanku. Rasanya seakan mati rasa semua anggota tubuhku tidak bisa ku gerakkan sama sekali.

Apa, perkataan Gana tadi itu..

“Lo bantuin gue mau?”

“B-bantu apa?”

“Ck. Gue cerita panjang lebar lo malah ngelamun sih. Gue ulang lagi deh, gue suka sama manusia kaya lo. Bener-bener lo! Haluna Miracle. Persis nama belakang lo, lo itu keajaiban tuhan yang datang untuk gue jaga dan gue sayang. Maka dari itu gue cinta sama MENTARI, LUNAAA!”

“Jadi? Lo mau nggak bantuin gue biar deket sama Mentari?”

***

Kenyataannya memang pahit. Jika kembali diingat rasanya sama. Selama ini aku hanyalah teman Gana. Teman spesial atau bisa juga jadi teman bayangan? Tapi tetap saja Gana punyaku!

Sebenarnya capek dengan semua drama ini. Tapi sampai sekarang pun aku malah masih mencari jawaban atas tebakan-tebakan yang Gana buat.

Harusnya sih gampang. Tinggal nanya ke Gana aja pasti langsung di kasih tau. Tapi situasi kali ini beda. Jarak, sikap, dan perilaku saat kita dekat dulu beda dengan saat ini.

Harusnya perasaan ini tidak ada dan kita akan menjadi pasangan sahabat utuh tanpa adanya jarak.

Andai waktu kembali terulang. Aku memilih untuk tetap jadi orang asing daripada kenal Gana, susah ngelupain rasanya.

Cerita Luna - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang