KEKECEWAAN GANA

44 9 0
                                    

"Selamat ya. Udah jadian sama Mentari. Semoga kalian awet." kataku sewaktu bertemu dengan Gana juga pacarnya di kantin. Mentari lagi-lagi tersenyum mengejek. Merasa dialah pemenangnya.

"Makasih. Btw cepet nyusul dong! Biar kita bisa double date," ucap Mentari. Cewek itu bergelayut manja di lengan kiri Gana.

"Emm. Aku duluan." balasku hendak melangkahkan kaki jauh dari hadapan mereka. Aku membenci kejadian barusan. Gana bahkan tidak meresponku sama sekali.

Saat itu aku menenangkan pikiran ke perpustakaan. Ngadem sambil baca cerita fantasi.

Duduk sendirian dan membuatku tenang. Yah setidaknya jauh dari Gana juga Mentari.

"Gue mau denger." kata seseorang yang baru saja duduk di sebelahku. Aku meliriknya kaget. Gana datang dengan membawa buku fiksi ilmiah.

"Lo ngomong apa gue ke kelas?" ujarnya lagi. Lamunanku buyar. Mood ku sedari kemarin memang sedang buruk. Bahkan sekarang lebih buruk.

"Kamu mau denger apa dari aku?" tanyaku pada akhirnya.

"Apa aja."

"Kamu brengsek Na! Kamu nggak perlu ngejauh. Aku sendiri yang bakal pergi kalo kamu nggak nyaman sama pertemanan kita." mataku memerah panas. Menahan agar bulirannya tidak terjatuh.

Gana mengerutkan alis kemudian mengangguk.

"Ternyata sampe detik ini lo nggak paham. Kecewa gue ada di sini," Gana beranjak. Secepat mungkin aku mencekal tangannya agar dia tetap berada di sini sebentar.

"Bahagiain Mentari ya? Cewek nggak suka di kasih harapan palsu. Aku seneng akhirnya kamu bisa buka hati buat dia," setetes air mataku jatuh dan Gana melihatnya.

Aku bukan ingin menarik perhatiannya. Demi tuhan aku sudah menahan agar tidak jatuh lagi. Tapi hasilnya nihil. Aku terlalu lemah.

"Korban bucin." setelah mengatakan itu dia pergi begitu saja.

Saat itu juga air mataku turun dengan derasnya. Badanku lemas, aku memilih untuk menaruh kepalaku di meja beralaskan kedua tanganku. Buku yang tadinya ku baca ada di sampingku. Aku tidak niat untuk membacanya kembali di saat aku sedang banyak pikiran seperti sekarang.

Sampai semua menggelap. Aku terbawa ke alam bawah sadarku.

(Sulit mengikhlaskan akan memperhambat waktu melupakannya. Pada dasarnya jika seseorang ingin melupakan, maka yang harus ia lalukan terlebih dahulu yakni mengikhlaskannya)

Cerita Luna - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang