Chapter III: The Canteen.

58 7 5
                                    

Rabu, 5/10/2011 adalah hari dimana Aku dan kawan kawan dari OSIS memecahkan kasus 'Kode Kematian' . Kami sudah berhasil menangkap tersangka. Tapi disini aku akan menceritakan bagaimana kita bisa memecahkan kasus tersebut.

Senin, 3/10/2011 adalah hari dimana kita menemukan ke janggalan pada kantin sekolah. Jam menunjukkan pukul 11.32 siang.
Itu artinya semua kelas sedang beristirahat, dan kebanyakan menuju ke kantin.

"Kalo ramai begini, bagaimana kita bisa menyelidiki kantin dengan tenang ya?" Tanya Gista dengan ekspresi yang ingin menyerah.

Teman dia pun menjawab sambil terlihat tersenyum kebingungan. "Iya yah, tapi mau bagaiman lagi, kita harus mengakhiri kasus ini sekarang juga."

Sementara Gista dan teman teman nya diperintah oleh Ketua OSIS untuk menyelidiki kantin. Aku dan salah satu rekan Ketua menyelidiki ruangan UKS. Letaknya tidak jauh dari kantin, hanya perlu berjalan beberapa langkah untuk sampai.

"Ngomong ngomong..." kata ku sambil berwajah datar dan cool. Ia pun memotong dengan berkata. "Hmm, ada apa?"

"Aku belum tau namamu." Kata ku.

"Oh benar! namaku adalah Tony Egio, Panggil saja Egi. Mohon bantuannya ya!" kata dia sambil tersenyum semangat.

"Oh." Kata ku dengan datar.

"Kalau begitu, mari kita coba bertanya pada salah satu pengurus PMR yang ada disana."

Aku dan Egi pun menghampiri salah satu pengurus PMR yang sedang menuangkan teh.
Egi pun bertanya padanya.

"Permisi, apakah disini pernah ada kejadian aneh, seperti contohnya menemukan kertas berisi tulisan tergeletak di depan ruangan?"

Dia pun menjawab. "Kalau diingat ingat lagi sih.. Sepertinya kejadian seperti itu tidak pernah terjadi deh di UKS. Maaf ya kak."
Dia akhiri dengan senyuman.

Egi pun tetap bertanya kepada pengurus lainnya, tetapi dia tetap tidak menemukan apa apa. Dia pun bergumam sendiri sambil terlihat sedikit kecewa dan kesal. "Apakah benar disini tidak terjadi apa apa ya? tidak, tidak mungkin, pasti ada sesuatu yang terjadi."

"Lalu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya Egi? Menuju ke kantin?" Tanya ku sambil memotong dia bergumam. Egi pun menjawab sambil terlihat sedikit senang.

"Wah, ide yang bagus, daripada disini kita tidak mendapatkan hasil yang memuaskan, sebaiknya kita cek keadaan Farah dan teman temannya."

Kita pun berjalan menuju kantin. Sambil berjalan aku pun bertanya kepada Egi.

"Hei Egi, kalau Farah tuh yang mana ya?"

"Oh Farah, Farah itu yang paling pendek diantara Gista dan teman satu laginya. Memangnya ada apa?"

"Tidak apa apa, hanya sedikit penasaran."

Sesampainya kita di kantin, Egi pun terlihat sangat terkejut melihat ke sesuatu di salah satu meja pedagang.
Dia pun berbisik ketakutan sambil menunjuk ke arah sesuatu.

"I-itu kan, Kertas itu kan.. "

Karena kebingungan aku pun bertanya padanya dengan pelan.

"Kau kenapa? Apakah karena tumpukan kertas yang ada di meja itu, ada apa dengan kertas kertas itu?"

"K-kertas itu sama persis seperti kertas yang aku temui waktu itu di kamar mandi. Apa maksudnya ini, Octo?" Kata dia sambil terlihat panik.

Aku pun terkejut mendengar kata kata Egi. aku pun mencoba untuk menenangkannya.

"Tenang dulu Egi, bisa saja kau hanya salah lihat."

"Tapi Octo, aku sangat yakin bahwa kertas itu adalah kertas yang aku temukan waktu itu."

Aku pun menjawab nya dengan tenang.

"Baiklah, kau duluan saja menuju ke tempat Ketua berada! lalu laporkan ini kepadanya. Aku akan tetap disini untuk mendapatkan info lebih lanjut."

"A-apa kau akan baik baik saja?" Tanya nya sambil terlihat khawatir.

"Tenang, mulai dari sini serahkan semuanya padaku ya, kau sudah membantu banyak kok Egi." Kata ku sambil tersenyum menyemangati nya.

Egi pun langsung meninggalkan kantin dan berlari. Aku pun menghampiri dan bertanya kepada pemilik tempat dagang atau lebih tepatnya pemilik tumpukan kertas tersebut.

"Permisi." sapa ku kepada si Pendagang.

"Iya, apakah kau ingin membeli sesuatu kak?" Jawab dia sambil tersenyum.

(Perempuan ini memang terlihat sedikit mencurigakan). Ucapku dalam hati.

"Tidak, sebenarnya aku ingin bertanya tentang sesuatu mbak, apakah boleh?" Tanya ku.

"Oh boleh, tentang apa ya?"

"Mbak kan disini hanya berjualan susu, kopi, dan berbagai macam minuman lainnya. Lalu apa fungsi tumpukan kertas yang berada di meja itu?" Tanya ku sambil bermuka serius.

Dia pun melihat ke tumpukan kertas tersebut sambil merasa sedikit terkejut dan kebingungan.

(Ekspresi nya berubah). Ucapku dalam hati.

"Ohh, maksudmu kertas kertas ini ya? Aku baru saja mau membuang nya. Tadinya kertas kertas ini dipakai untuk menuliskan pesanan Guru guru yang biasanya ingin membeli dari sini." Jawab dia sambil tersenyum gugup.

Keadaan mulai terasa tegang disana, untungnya aku bisa membalikan keadaan dengan cara ber akting.
Aku pun tersenyum padanya dan berkata.

"Oh begitu ya. Yasudah, kalau begitu aku beli segelas susu deh mbak. Sama kalau boleh, aku minta kertas nya satu boleh tidak mbak?"

Si Pedagang pun terlihat lebih lega dan menjawab ku.

"Iya tentu saja boleh, lagian sehabis ini aku akan membuangnya. Kalau begitu tunggu sebentar ya."

Aku lihat dia langsung membuang seluruh kertasnya dan hanya menyisakan satu. Kebetulan aku berdiri di sebelah tempat sampahnya.
Tiba tiba gerombolan cewek cewek datang memesan minuman kepada Si Pedagang, Aku pun berfikir.

(Selagi dia sedang sibuk melayani Pelanggan yang baru datang, inilah kesempatan ku).

Aku pun dengan cepat mengambil kertas kertas yang sudah dibuang, lalu aku lipat lipat kecil sampai kira kira bisa masuk ke baju ku. Setelah aku selesai melakukannya, Si Pedagang pun menyodorkan minuman dan kertas nya padaku sambil tersenyum. Aku pun membayar nya. Lalu aku pergi dengan tenang ke arah pintu keluar kantin sambil meminum susu pesanan ku.

Saat aku ingin menuju ke ruangan OSIS, tiba tiba saja HP ku bergetar. Lalu aku cek, ternyata aku mendapat pesan dari Ketua OSIS. 'Temui aku besok, aku sudah mendapatkan petunjuk. Untuk sekarang pergilah ke kelas masing masing, sekian.' Itulah pesan yang dia kirim. Setelah itu aku pun kembali ke kelas sambil berfikir.

(Ehh, sejak kapan aku memberi nomorku padanya yaa, jangan jangan Gista yang memberikan nomorku padanya. Hah, ya sudahlah biarkan saja, siapa juga yang peduli).

Setelah aku belajar sedikit di kelas, bel pulang pun berbunyi. Lalu aku pun pulang ke rumah.

Jam menunjukkan pukul 18.56. Aku sedang asik menonton TV di sofa rumah. Tiba tiba aku di rangkul dari belakang oleh kakakku. Dia pun tersenyum manis dan berkata.

"Selamat datang, Arthur."

"Kak, berhenti lah untuk tiba tiba merangkul ku, aku itu cowo tau!"
Balasku sambil tersipu malu.

"Abisnya kamu terlihat sangat lucu jika sedang menonton TV, jadi nya aku tidak tahan untuk ingin memeluk mu deh, hehe."

(Malaikat, dia adalah seorang Malaikat, tidak salah jika aku mengajaknya tinggal bersama satu rumah dengan ku). Ucapku kesenengan dalam hati.

Chapter III: end.

Selasa, 4/10/2011 adalah hari dimana aku dan kawan kawan sudah ingin mendekati kebenaran, tetapi ada yang ber khianat diantara kita. Siapakah pengkhianat tersebut?

Tunggu kelanjutan ceritanya di chapter selanjutnya...

UNSOLVED (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang