Chapter IV: Who is without Sin?

42 8 5
                                    

Selasa, 4/10/2011 adalah hari dimana aku dan kawan kawan hampir memecahkan kasus Kode Kematian. Tapi pada hari itu juga aku merasa sangat dikhianati.

Pagi pukul 06.14, aku sedang sarapan bersama kakakku sambil mengobrol.

"Apakah Kakak tau, di sekolah ku terjadi kasus besar loh."

"Wahh benarkah? Yang disuruh memecahkan pasti kamu. Jadi, kasus besar apa yang terjadi?"

Saat kakak berbicara, aku pun melihat ke arah jam dan langsung terkejut. Aku pun cepat cepat menyelesaikan sarapanku.

"Ah sial, sudah jam segini saja. Aku pergi dulu ya kak."

"Eh tunggu! Kau belum mengasih tau aku tentang kasus nya... Yah dia sudah pergi."

Aku pun menuju ke sekolah menaiki motorku dengan kecepatan tinggi.
Sesampainya aku di kelas, Jam menunjukkan pukul 06.43. Semua sudah duduk rapih di kelas, yah tetapi tidak semuanya sih, beberapa kursi masih kosong. Hanya aku saja yang datang terlambat pada waktu itu.

"Yaampun October, mau sampai kapan kau akan telat terus seperti ini?" Tanya Wali kelas ku sambil tersenyum.

"Ah iya maafkan saya pak, saat sarapan tadi saya terlalu santai." Jawab ku.

(Lagian gila banget nih guru agama, jam 6 sudah harus masuk) Ucapku dalam hati.

"Ya sudah, kalau begitu silahkan duduk."

Saat aku sudah duduk di kursi ku, tiba tiba ada sebuah pengumuman.

"Panggilan kepada Gista Andrea, Tony Egio, dan Arthur October. Ditunggu di ruangan OSIS sekarang juga! terima kasih."

(Ya ampun, aku baru saja duduk) Ucapku dalam hati.

"Seperti nya sekarang kau adalah orang yang sibuk ya Octo?"
Tanya wali kelas ku dengan tersenyum.

Aku pun berkata dengan tersenyum kecil.

"Yah begitu lah pak. Kalau begitu saya permisi dulu ya pak."

Saat aku keluar kelas sambil membawa kertas kertas yang aku ambil kemarin, wali kelas ku melihat ku dengan tatapan tajam nya dan tersenyum. Sesampainya aku di ruangan OSIS, aku pun langsung disambut oleh Gista dengan nada galak nya.

"Kau terlambat!"

"Tidak, aku tepat waktu loh."

"Tepat waktu apanya! kita semua sudah berkumpul dari tadi dan kau baru datang!"

"Karena memang itulah tujuan ku."

Gista pun terdiam kesal. Ketua pun memotong pembicaraan aku dan Gista.

"Hentikan! October, aku dengar dari Egi kau menyelidiki salah satu pedagang kantin ya?"

Aku pun menjawabnya sambil mengasih kertas kertas. Egi pun terlihat terkejut saat aku memberikan  kertas kertas nya kepada Ketua.

"Iya benar, dan inilah yang aku temukan."

"Ini kan?"

"Iya, kertas yang Egi temukan pada kamar mandi. Aku mengambil semua kertas nya bertujuan untuk mengetes. Apakah benar tersangka nya adalah Pedagang kantin atau bukan."

"Tunggu dulu, bagaimana caranya kau bisa tau kalau Pedagang itu tersangka atau bukan?" Tanya Gista.

"Simpel saja. Aku sudah mengambil semua kertas yang ia punya, kita tinggal menunggu. Jika Kode kematian yang dituliskan pada kertas kertas ini berhenti terjadi, itu artinya
Si Pedagang adalah tersangkanya."

"Dan jika tidak berhenti bagaimana?" Tanya Egi dengan muka kebingungan.

"Maka ada orang lain yang mempunyai kertas kertas tersebut atau bisa saja bahwa Si Tersangka ingin menjebak Si Pedagang. Apakah aku benar, Octo?" Tanya Ketua.

UNSOLVED (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang