~'sesuatu hal yang kita lakukan, belum tentu hal yang sama akan kita peroleh,
Cobalah untuk terus belajar, bagaimana cara berdamai dengan harapan'~
-Venya"Jawab fan, lama lu" ketus Rafa tidak sabar.
"Ish, gue ga ada apa apa sama Venya" jawab Rafan akhirnya membuat Venya bernafas lega.
"Tapi gue tau lo, gue tau gimana lo, gamungkin lo se care itu sama cewe, padahal biasanya lo cuekk se cuek cuek nya sama makhluk berjenis cewe" cerocos Rafa panjang lebar membuat Rafan kembali dilanda rasa gugup.
"Dasar sepupu sialan"umpat Rafan dalan hati
"Eh tapi bener juga tuh kata Rafa, pasti ada apa apa nih" tambah Anta membuat Rafan semakin memaki teman nya dalam hati.
"Anjing se anjing anjing nya maneh sia" -Rafan
"Emmm, ya gue kasian aja ngeliat muka nya" jawab Rafan enteng membuat Venya menatap tajam ke arah nya, sedangkan yang di tatap hanya mengangkat bahu acuh.
"Emang kenapa sih lo ga minta anter sama supir lo aja Ven?" Pertanyaan Kenya berhasil membuat Venya yang bernafas lega kini menahan nafas lagi.
"Emm, ya lagi pengen aja" ucap Venya agak gugup.
"Bohong ya? Lu janjian kan?" Selidik Sisi dan di dukung yang lain nya.
"Ih apa dah, gue mau ke toilet dulu deh kalo gitu" alibi Venya untuk menghindari pertanyaan teman teman nya, tanpa menunggu persetujuan teman nya ia cepat cepat bangkit dari duduk nya dan menuju ke toilet.
"Ih, bego kali tu ya si triplek, bukannya ngasih jawaban yang bener biar gue ga kena imbasnya ini malah main main, mana muka nya sok datar lagi, awas aja nih harus gue maki maki kalo gini!" Gerutu Venya sepanjang jalan menuju toilet.
Sesampai nya dekat toilet ia segera mengabari teman teman nya kalau ia harus segera pulang karena di cari orang tua nya, tentu saja Venya berbohong karena sejujur nya ia ingin pergi dari mall itu dan mengajak Rafan bertemu di lain tempat.
"Oke yo"
Tutt
Sambungan telefon dari teman nya terputus, kini tinggal menelfon biang nya yang sudah membuat nya kesal seperti ini.
"Halo" sapaan dingin dari seberang sana membuat Venya berdecih dalam hati.
"Cih, sok dingin pasti masih kumpul nih anak" batin nya
"Halo" ketus Venya.
"Emm" gumaman dari seberang sana membuat nya semakin gondok setengah mati.
"Ih udah deh fan cepet sini temuin gue" ketus Venya terhadap lawan bicara nya di telfon, ya Rafan.
"Di mana?" Lagi, hanya satu kata jawabannya.
"Starbuck" singkat Venya mengikuti gaya bicara Rafan berharap Rafan merasakan bagaimana menjadi diri nya namun lagi lagi harus dia yang menahan kesal karena ulah nya.
"Kan banyak" jawaban Rafan membuat Venya menepuk kening nya dan mengumpat untuk diri nya sendiri.
"Oiya bego" batin Venya
"Duh iya iya ntar gue share lokasi" ucap Venya tanpa menunggu balasan dari Rafan ia langsung memutus sambungan nya sepihak.
>~<
Sedangkan di lain tempat..
"Siapa fan" tanya Tiger.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafan
Roman pour AdolescentsMasa masa SMA itu bisa di bilang masa masa yang paling indah, gatau kenapa. sama seperti masa SMA Rafan yang tadinya hanya lurus aja hanya berwarna netral hitam putih, eh bukan sekolah nya ya maksudnya tuh kehidupan nya, okey back to topic, masa SMA...