~'maklum, aku pernah benar-benar patah karena seseorang, pernah di kecewakan sama seseorang, pernah benar-benar berjuang namun di kecewakan juga oleh orang yang sama.
jika aku rada was-was, akan ku pastikan kau tidak sama dengan dia.
yang datang membuat luka lalu pergi begitu saja'~
-Venya"Kemarin lo kemana anjir, ke toilet kaga balik balik dah" ujar Kaline setelah meminum es jeruk yang baru di antar mang abdi.
"Kan gue udah bilang gue di cari sama ortu gue, gimana sih lo" jawab Venya sambil mencomot kentang milik Ayna.
"Tapi Eca bilang kemarin dia ketemu lo sama Rafan di starbuck" ujar Kenya membuat, Venya melotot ke arah eca yang sedang makan takoyaki dengan tampang watados, lalu ia kembali melihat ke arah teman teman nya yang sedang menatap nya meminta penjelasan.
"Gue.. Emmm" gugup Venya bingung mencari alasan.
"Apa?" Penasaran Sisi.
"Gue ketemu sama dia, iya gue ketemu sama dia di starbuck" ucap nya cepat membuat teman teman nya semakin curiga.
"Tapi kenapa Rafan malah pergi ke starbuck, dan kenapa ketemu lo lagi, waktu mobil lo di sekolah juga berangkat bareng Rafan terus itu lo ketemu lagi sama Rafan, semua itu ga mungkin kebetulan kan Ven?" Cerca Sasa pada Venya.
"Lagian juga kemarin Rafan ga bilang apa-apa ke kita, ga mungkin dia tau-tau ke starbuck sendiri padahal hari itu juga kita lagi di mall, gue tau Rafan orang nya ga se-gabut itu" Tambah Ayna semakin membuat Venya panas dingin, saat ini ia merasa terpojokan oleh teman-teman nya sendiri.
"Ven, lo ga lagi nyembunyiin sesuatu kan dari kita?" Tanya Bluecy dengan nada rendah, Venya tau kalau teman-teman nya sudah begini mereka sedang dalam serius mode on.
"Gue ga tau kenapa bisa ketemu Rafan, gue kemarin di telfon emang sama ortu gara-gara ada adik sepupu gue dan pada nitip starbuck" alibi Venya setelah lama diam.
"Tapi kan di mall itu ada" ucap Sasa yang masih penasaran dengan Venya.
"Mereka baru bilang pas gue di jalan" bohong Venya lagi.
"Tapi kemarin Venya ga bilang gitu ke Eca" celetuk Eca setelah dari tadi diam.
"Ya Elah sekali nya ngomong bikin orang serangan ginjal :v" gerutu Venya dalam hati
"Oke, kita rasa lo emang belum siap ya untuk cerita ke kita?" Tanya Vione yang sejak tadi menyimak.
"Mungkin emang lo masih butuh waktu, tapi tolong Ven, kita berteman udah lama, kita udah kaya keluarga, kita ga masalah kalo emang lu belum mau cerita, tapi tolong kita cuma mau lo terbuka, sesulit apapun masalah lo kita harus sama-sama, itu Ven gunanya sahabat, kita tau yang sebenernya, tentang lo backstreet sama Rafan, kita tau, lo gausah kaget gitu, lo gausah fikir kita marah sama lo, kita cuma kecewa, apa gunanya kita kalo lo masih main rahasia-rahasia an kaya gini? Kita bakal tunggu sampe lo sendiri yang cerita ke kita, sekarang ini mungkin emang lo butuh waktu" Vion berbicara dengan senyum namun bukan senyum ceria yang biasa ia tunjukan, wajah nya sulit di artikan begitu juga teman-teman nya yang lain kecuali si Eca.
Venya tau sekarang teman-teman nya sangat kecewa dengan nya, ia hanya bisa menggeleng dan terus begitu.
"Maafin gue, gue belum bisa cerita" cicit Venya dan tertunduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rafan
Teen FictionMasa masa SMA itu bisa di bilang masa masa yang paling indah, gatau kenapa. sama seperti masa SMA Rafan yang tadinya hanya lurus aja hanya berwarna netral hitam putih, eh bukan sekolah nya ya maksudnya tuh kehidupan nya, okey back to topic, masa SMA...