"Istirahatlah, Rin."
Aku menoleh, mataku menatapnya dengan tatapan kosong. Aku terdiam, perlukah aku beristirahat sekarang? Aku hanya menggelengkan kepalaku.
"Tidak. Aku tak apa."
Dia menghela nafas. Seakan tau aku berbohong padanya bahwa aku nyaris gila akan segala hal yang terjadi. Dia mendekatiku dan mengelus kepalaku perlahan. Namun aku tak merasakan apapun.
"Istirahatlah. Aku mohon."
Dari suaranya tersirat rasa sedih yang benar benar perih. Aku kembali terdiam. Kepalaku menggeleng, aku tak bisa.
"Tidak-- semuanya yang terjadi harus aku jalani. Itu tuntutan. Aku tak pantas istirahat-- semuanya selalu--"
"Rina."
Aku terdiam. Aku lelah. Aku butuh istirahat. Namun, semuanya seakan tak membiarkanku untuk melakukannya. Seakan tak ada yang mengijinkanku untuk terus beristirahat.
"Aku lelah--"
Aku menangis. Aku sudah kuat. Aku benar benar lelah. Semuanya adalah tekanan. Semuanya membuatku muak. Dia hanya tersenyum dan memelukku erat, aku ikut memeluknya.
"Istirahatlah, Rin."
Entahlah, seakan ada sihir yang merasukiku aku menutup mataku. Membiarkan dia memelukku erat, meringkuhku hangat, menahan semua hal yang mencoba menusukku.
Ya.
Diriku sendiri. Mencoba melindungi diriku. Agar aku bisa beristirahat dalam tenangnya dunia keabadian...
Walaupun hanya sementara.
©Katarina_294
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa
Poetry[T R A S H] Mengasah asa. Lelah akan keputusasaan. Hingga aku memilih untuk mengasahnya Mengasah realita pahit tak berujung. "Apapun itu, asaku tak akan padam." ©Katarina_294