17: Lelah

8 1 0
                                    

Aku lelah.
Tidak,
Kita semua lelah akan realita
Akan ekspetasi
Akan segalanya.

Kita lelah akan pekerjaan.
Akan sekolah
Keluarga...

Kita semua lelah.
Kita tak bisa mengatakannya.
Karena hanya akan ada tuntutan yang lebih membuatmu tertekan dan semakin lelah...

Maka diam adalah hal yan g sangat tepat saat kau lelah.

Tak mengatakan apapun...
Tak peduli bagaimana balasan yang terlihat.
Jika sudah lelah, maka kau akan terus lelah...

Kantung mata yang menebal.
Stress tak berujung
Tubuh semakin kurus dengan penurunan berat badan nan drastis.

Tak ada yang bisa menyalahkannya.
Dia hanya lelah.
Tapi mengapa kau begitu menghakiminya?

Dan ketika dia mencoba mengambil jalan pintas untuk bertemu malaikat kematian.
Kau menyuruhnya untuk dekat dengan Tuhan.
Kau harus terbuka.
Kau harus kuat.
Lebih banyak orang lemah.

Dan di telinga mereka...
Itu hanyalah Bullshit.

Dia sudah sujud berdoa meminta ampun pada-Nya
Sudah mencoba bercerita pada siapa saja dengan balasan tawa dan berujung penyebaran kisah dengan toxicnya orang.
Mencoba tetap kuat dengan terus tersenyum dan tertawa namun dalam rapuh dan bisa meledak kapan saja.

Dan terus membandingkan dirinya dengan kisah orang yang memang lebih lemah darinya.

Ketahuilah kawan...
Mereka punya caranya sendiri untuk menangani rasa lelah mereka....
Jangan hakimi...
Jangan paksa...

Dia sudah terlalu lelah pada hidupnya.
Jangan kau tambah dengan penghakiman...

Dia butuh istirahat...
Dia tidak ingin di tanya "ada apa?" dengan secara paksa.
Dia berbohong karena dia tak mau ada orang yang mengkhawatirkannya, walaupun dia sangat membutuhkan itu.
Dia hanya bisa diam, sia butuh peluk dan pendengar. Dia tak butuh tuntutan dengan penghakiman...

Dia lelah.
Dia juga manusia...
Tidak...
Aku juga manusia.

©Katarina_294

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang