Aku terdiam.
Pada diriku yang masih terdiam.Aku, si bisu
Yang terus berpura pura
Menatap langit merah.
Atas permintaan untuk mematikan eksistensi kehidupanku sendiri.Aku marah akan waktu
Yang masih belum bisa menyembuhkanku pada tekanan yang malah semakin membuatku ingin melompat kan tubuh ini ke air.
Membiarkannya mati layaknya yang mereka harapkan.Aku hanya diam saat ragu menghantuimu.
Dan juga aku.Saat aku paham bahwa jika aku terus diam maka kesalahpahaman akan terus bermunculan.
Hari hariku lewati.
Rasanya tetap berat.
Aku mencari orang yang mengerti.
Aku mencoba untuk berkata dalam jiwa pengecut.
Namun kau,
Belum menangkap maksudku.Aku.
Ini masalahku.
Ini bukan tentang kita.
Aku tak bosan.
Aku tak menjadikanmu pelampiasan.
Aku tak ingin meninggalkanmu.Namun aku.
Aku sudah tak kuat akan diriku sendiri.
Yang terus berbohong
Akan rasa yang semakin merusak jiwaku.
Aku...Taukah kau,
Tiap kali aku ingin memulai cerita,
Aku ragu untuk menulis rangkaian pahit kisah hidup yang inginku sampaikan.
Ketika kau masih pusing memikirkan dirimu sendiri...
Aku tak mau menjadi beban.Namun menumpuknya rasa membuatnya menjadikanku racun yang mematikan.
Membunuh jiwaku dari dalam.
Aku berteriak dalam hati
Atas kata terus mencoba peduli padamu.Aku menatap dirimu dan yang lain lantas bisa bercerita secara bebas, tanpa memikirkan beban yang akan semakin di tanggung bersama.
Sedangkan aku
Si penakut
Yang takut bahkan kisahku tak di baca oleh siapapun..Bahkan di sini sekalipun.
Aku takut
Jika bahkan kisahku membuat orang semakin sedih.Aku,
Aku yang...
Yang bahkan ingin terus menangis dalan diam
Aku,
Aku yang bahkan tak bisa mengatakan apapun pada siapapun.
Si pengecut
Dengan segudang trauma yang terus menekan diriku untuk tetap diam.Ketika kau terus mengatakan
"Aku ada di sini."Aku tak merasa kehadiranmu.
Maaf...
Aku kesepian selama ini...
Aku tak bisa merasakan kehadiran siapapun pada hidupku.Siapapun.
Bahkan 'orang' yang kau anggap sebagai penggantiku?Aku sudah cukup lelah akan hidupku.
Aku sudah menyerah pada segala mimpiku yang aku sendiri mengerti aku tak akan bisa meraihnya.Saat aku,
Yang...
Sudah mulai menyerah pada segalanya.
Kau,
Kau yang masih bisa terdorong bangkit.
Kau yang masih memiliki seorang teman bercerita.Aku...
Aku selalu merasa sendirian.Aku...
Aku tak suka saat aku memikirkan dirimu daripada aku memikirkan diriku.Aku tak suka saat...
Aku tidak mau menambah apapun lagi.
Aku tak mau memburuk suasana jika aku katakan segalanya.Bahkan aku yakin...
Kau... Tau...Aku.
Aku...Bisakah...
Kau... Aku.
Saling mengerti?
Aku... Aku lelah.
Aku terlalu lelah menghadapi segalanya ini.Aku mengerti...
Aku mengerti kau juga memikirkan dirimu...Maaf.
Saat ini, aku hanya bisa memikirkan diriku sendiri secara egois.Aku lelah.
Aku yang terus di tekan.
Tidak di sini.
Tidak di dunia sialan ini.
Tidak ada tempatkah bagiku untuk tenang?Aku tak bisa...
Aku ingin menghapus segalanya.
Jika saja...
Jika saja aku bisa mati.Aku.
Aku sudah tak kuat lagi.Jika saja aku benar benar bisa mencari seorang teman sungguhan...
Aku tidak tau lagi.
Jika kau lelah.
Aku tak akan menahanmu untuk pergi.
Kali ini...Aku sudah tak bisa menyakiti siapapun lagi.
Jika kau...
Untuk kedepannya...
Apakah aku bisa tetap menjadi diriku sendiri?Aku lelah.
Aku lelah.
Aku lelah atas penghinaan yang terus ku dengar.Aku tak mau tau lagi...
Aku sudah tak peduli lagi.Aku sudah lelah.
Aku sudah cukup tertekan.Di tambah dengan segala ini...
Aku sudah lelah...Lalu...
Aku ingin jujur...
Namun aku takut memperparah.Mengertilah.
Aku mohon.
Aku tak mungkin sembuh begitu sajakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa
Poetry[T R A S H] Mengasah asa. Lelah akan keputusasaan. Hingga aku memilih untuk mengasahnya Mengasah realita pahit tak berujung. "Apapun itu, asaku tak akan padam." ©Katarina_294