Drabble-Miss

1.3K 160 12
                                    

Drabble is very short story. Bacanya cuman butuh sekedipan kek belek di mata.

Warning! No edit.

“Kau terlihat seperti orang yang hampir masuk ke rumah sakit dan perlu perawatan total.” Jennie menyilangkan tangan di dada, menatap Lisa dengan tubuh setegap perwira, serta mata elangnya yang menyempil diantara empuk pipi.

“Aku habis di operasi Jennie, jadi jangan mengatakan apapun tentang rumah sakit lagi. Aku benci mendengarnya.” Lisa merebahkan kepala pada sofa, memejam mata dengan rileks, mungkin ingin tidur saja sebab posisinya sudah enak.

“Apa ususmu masih bisa untuk mencerna setelah operasi?” Hanya bertanya, karena Jennie tidak punya usus tambahan hingga harus di putus dengan di operasi.

“Ini hanya usus buntu Jennie Kim, bukan korban setan pemakan organ dalam.” Lisa menjawab, mata masih terpejam. Ia tadinya ingin menghindari pembicaraan dengan siapapun hari ini, sebab rasa tak nyaman bekas jahitan, serta seluruh nyeri yang membuat apa-apa jadi tak nyaman sungguh sudah cukup membuatnya tak tidur hari ini.

“Ewh, kenapa kau harus menyamakannya dengan horor.” Jennie bergidig ngeri. Namun sesaat kemudian menendang kaki panjang Lisa untuk bergeser agar ia bisa duduk di sebelahnya.

“Kau tahu, mungkin usus buntu disebabkan oleh tekanan batin yang selama ini kau alami?” Jennie menopang sebelah kepala, dengan satu kaki terangkat ke atas meja demi menggeser toples cemilan untuk mendekat.

“Apa maksudmu Kim?” Lisa langsung menegapkan badan, sebab Jennie seolah membuat argumen yang membuatnya akan terus menjawab.

“Maksudku Manoban, mungkin kau mengalami gejala stress seperti pusing memikirkan dua pilihan?” Jennie melempar kacang mete masuk ke dalam mulut, mengangkat sedikit bahu jika itu hanya pendapatnya yang selama ini melihat tentang kenyataan yang Lisa tengah alami.

“Apa maksudmu aku yang dengan pusing dengan dua pilihan, Kim? Pfft.” Lisa memutar bola mata, mengibas telapak tangan ke udara seolah menyuruh bayangan seorang wanita berhenti menghantui pikirannya.

“Meskipun aku tahu kau punya dua pilihan. Tapi jelas aku tahu kau sebenarnya merindukan dia, kan?” Jennie menggoyang salah satu alis naik-turun menggoda Lisa yang kini bermuka merah.

“Aku tidak merindukan Rosie!”

Ups. Tutup mulutmu Lisa.

“Aku tidak bilang tentang siapa, Manoban. Hahaha ...” Jennie melempar segenggam kacang ke muka Lisa untuk kemudian berlari dari ruang tamu untuk menyelamatkan diri, serta menaburi gema tawa yang tentu membuat Lisa murka.

“Kim Jennie!”

Random ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang