Not the One part 6

981 162 4
                                    

Once again, No Edit. Mo lanjut nulis soalnya




“Mommy,” sang anak memegang tangan dengan erat. Sementara Rosie berbicara lewat pandangan mata, sedikit menggeleng hingga gadis kecil itu hanya bisa diam tanpa berani lanjutkan kalimat yang ingin sekali ia lontarkan.

“Kau sudah menikah lagi?” Lim bertanya, menatapi gadis cantik yang tengah memeluk sang bunda tanpa ingin menatap dirinya. Mungkin pertanyaannya sangatlah terus terang, sebab ia tak bisa sembunyikan bagaimana Rosie bisa menikah lagi sementara ia masih mencintai hingga saat ini masih sendiri.

“Apa kau mengajakku minum kopi hanya untuk bertanya seperti itu?” Rosie bahkan tidak menyentuh kopinya, atau bahkan cookies coklat di atas meja yang wanginya menguar dan ia sebetulnya suka sekali. Namun semua itu jadi terasa hambar dan ia tak berselera bahkan untuk menyentuhnya saja.

“Maaf,” Lim menunduk, mencoba tutupi pandangan mata sayu yang tampakkan bahwa ia kini pria yang mudah sedih bahkan ketika ia melihat seorang kekasih yang tengah berpelukan di bandara kemarin. “Aku pikir membawamu kemari karena aku ini sudah sangat lama melihat dirimu, aku kira aku hanya ingin sedikit menyapa dan mengobrol sebentar. Tapi rasa penasaran tumbuh saat melihat betapa gadis kecil yang menyebutmu ibu sangatlah cantik dan begitu mencuri perhatian. Yang membuatku jadi ingin tahu siapa gerangan lelaki beruntung yang mendapatkanmu setelah kita berpisah.”

Lim tarik napas, rasanya sesak bukannya lega setelah ia ungkap apa isi pikiran. Namun semua itu dirasa tak perlu sembunyikan. Ia jelas penasaran. Dan rasa itu begitu menggerogoti. Berapa umur gadis itu? Berapa lama Rosie menikah hingga mendapat seorang anak hingga sekarang sebesar ini? Butuh waktu berapa lama Rosie mendapatkan pengganti dengan mudahnya?

“Daddy—“

“Baby, no!” Rosie menutup mulut sang anak, melarang untuk tak berkata karena ia tahu akan jeritan menahan apa yang bakalan gadis kecilnya teriakkan.

“Daddy?” Lim mendongak untuk melihat ke arah sekitar, melempar pandang ke segala arah demi mencari Daddy yang dimaksud. Lelaki jenis apakah dia yang bisa mendapatkan si cantik Rosie selain dirinya. Namun tak ada lelaki yang datang hampiri meja mereka, yang ada hanya mereka sibuk sendiri dan jelas orang asing.

“Aku pikir kau memanggil Daddy-mu, apa dia ada disini?” Lim bertanya dengan nada halus, menatap sang gadis yang kini makin erat memeluk, serta getaran bahu yang membuat ia jadi terheran. Kenapa gadis kecil ini menangis?

“Chaeyoung?” Lim menatap Rosie dengan pelupuk penuh air, memantulkan kaca yang hampir pecah. Lalu tangannya yang kini gemetar beranikan diri meraih tangan Rosie.

“Is that my kid?” bukan jawaban kalimat yang ia dapatkan, tapi sebuah tangisan yang kini mengeras dari sang gadis kecil. Yang membuat instingnya jadi yakin.

Rosie melepas genggaman Lim, buang muka karena tak lagi sanggup bertatap mata, atau berpura-pura tersenyum ramah.

“Dia anakku, aku mengandung dan melahirkannya.” Tidak berkata bahwa ia menikah atau punya suami lagi, Rosie justru membuka kartu dengan terbuka.

Jawaban Rosie makin memperjelas kecurigaan Lim bahwa gadis kecil itu adalah anaknya. Jika gadis itu berumur 6 tahun, sedang mereka bercerai tidak sampai 7 tahun. Berarti anak itu ... anaknya.

“Chaeyoung-ah. Aku mohon, beritahu aku, beritahu aku yang sebenarnya.” Jika bersujud di depannya diperlukan, Lim akan melakukannya hanya demi sebuah jawaban.

“Saat Umma dan Mommy menyuruh kita untuk saling bercerita dan mengungkap kejujuran waktu itu. Yang terakhir kamu ucapkan hanya menginginkan sebuah perpisahan, Limario. Jadi inilah memang yang kau inginkan.” Rosie tak bisa bertahan disini terlalu lama, sebab sang anak, tak hentinya menangis dan ia pun kini ingin melakukannya juga. Ia tak ingin semua pertahanan, serta kekuatan menjalani runtuh begitu saja lantas menangis penuh duka hanya karena manusia dari masa lalu kembali menatap muka.


Random ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang