Bab 13

2.3K 86 4
                                    

Fengying yuwen pov

"Aku sadar akan posisiku sekarang."

"Aku tidak boleh bersedih begini terus apa yang di katakan oleh fang xiu itu memang benar aku harus membantu kakak dalam menjalankan pemerintah."

"Aku tau kejadian yang menimpaku itu sangat mengerikan tetapi ada juga banyak orang diluar sana yang mungkin akan mengalami hal yang lebih kejam dari apa yang aku alami jika aku tidak bergerak."

Pagi ini aku menemui kakak di aula kerajan,  diiiringi oleh suluo.

Aku berjalan dengan langkah yang pasti, dengan sopan aku membuka pintu aula dan langsung saja duduk di tempatku sedangkan kakak duduk di tempat dimana yang biasanya ayah tempati dulu.

Disamping kirinya berdiri panglima hao sekaligus sang pujaan hati kakak sedangkan di disisi kanannya berdiri jendral yu yang tampan dan juga hebat.

Membungkukan kepala itulah hal pertama yang aku lakukan saat kedua bola mataku melihat kakak yang tengah tersenyum puas melihatku.

"Aku senang melihatmu kembali fengying" ucapnya.

"Hmm.... Iya kak" balasku gelagapan.

Jujur saja aku tidak enak dengan kakak padahal sebelum dia di nobatkan menjadi ratu akulah orang yang paling banyak cakap akan membantu kakak menjalankan pemerintah tapi nyatanya tidak.

"Baiklah silahkan duduk di tempatmu adikku, kita akan membahas sesuatu" ucap kakak seraya mempersilahkan aku untuk duduk.

"Sebelum itu aku punya sesuatu untukmu fengying, ini hadiah dari ibu untuk ulang tahunmu yang ke 17"

Ujar kakak seraya mengambil benda yang berbungkuskan kain putih dari tangan panglima hao.

"Ini hadiahmu dari ibu" ujarnya seraya menyodorkan bungkusan kain putih tadi ke tanganku.

Dengan hati hati aku membukanya secara perlahan ,ternyata.

"Sebuah pedang!" ujarku gembira

"Terima kasih kak telah menjaganya" tambahku lagi.

Hari ini tepat dimana aku dilahirkan kedunia umurku 17 tahun bisa dibilang sangat muda, biasanya ayahanda yang memberikan kado dari ibu tapi berhubung ayahanda sudah tiada kakaklah yang memberikannya.

Kakak memelukku kedalam dekapannya ,mengelus rambutku pelan seraya mengeluarkan sebuah kata-kata yang menurutku sangat indah.

"Selamat ulang tahun, semoga apa yang kau inginkan di kabulkan oleh tuhan, semoga hidupmu bahagia sayang"

Aku hanya mengangguk ceria seraya melepaskan pelukanku dari kakak.

"Nah sekarang apa yang kau inginkan sebagai hadiah ulang tahunmu dariku?" ucap kakak menepuk bahuku pelan.

Ini kesempatan yang bagus, aku sangat berpikir dengan keras karena ini satu satunya yang hanya bisa kuminta dari kakak satu satunya.

Sebenarnya aku menginginkan seorang pengawal pribadi yang selalu ada disampingku seperti aku dengan suluo kalau kami berjalan bertiga itu kelihatannya ide yang bagus.

Sebenarnya aku menginginkan pengawal seperti panglima hao tapi alangkah tidak baiknya diriku memisahkan kakak dengan panglima hao, jendral yu lumayan cekatan dan juga gesit selain itu dia juga tampan.

"Umm... Kakak bolehkah aku memiliki pengawal pribadi?" ucapku ragu-ragu.

"Tentu saja boleh, lagipula kau kan seorang tuan putri, sudah sepantasnya kau memiliki seorang pengawal pribadi" balas kakak

"Kalau begitu apakah boleh jendral yu bersamaku dalam menjalani pemerintahan?, bolehkah?"

"Kalau itu terserah dengan keputusan dari jendral yu sendiri kakak tidak bisa berbuat apapun kalau dirinya saja tidak mau"

Kakak menoleh kearah jendral yu, begitupun dengan diriku menunggu jawaban dari jendral yu,  menatap matanya dengan kilauan agar dia berkata iya.

"Sudah semestinya hamba menerima tawaran dari tuan putri, hamba akan menjagamu tuan putri fengying dan memastikan bahwa hamba tidak akan menjadi bebanmu, dan izinkan saya menjadi pengawal pribadi tuan putri fengying" ucapnya seraya menundukan kepala.

"Kau yakin yu? Kalau kau menjadi pengawal fengying maka posisimu sebagai jendral akan hilang dan di gantikan oleh hao" ucap kakak.

"Hamba sangat yakin yang mulia, hamba sangat senang bisa dipilih langsung oleh tuan putri fengying untuk menjadi pengawal pribadinya"

"Baiklah dengan ini kau kunyatakan menjadi panglima dari fengying dan hao sebagai jendral yang akan menemaniku" ucap kakak yao chi.

* * *

Author pov

Fengying, panglima yu, dan suluo sekarang tengah duduk bersama sama di gazebo seraya meminum teh hijau yang dibuat oleh suluo.

"Mulai sekarang kalian harus terbiasa memanggilku feng" ucap Fengying seraya merangkul kedua orang itu dan melepaskannya.

"Bukankah tidak baik memanggil tuan putri dengan sebutan nama saja? Apalagi kalau di tengah keramaian" sahut panglima yu.

"Benar juga, baiklah kalau begitu, jika hanya ada kita kita saja kalian harus memanggilku feng!" tukasnya sekali lagi.

"Baiklah tuan....maksud hamba feng" ujar yu dengan terbata bata.

"Tenanglah kau nantinya akan terbiasa, seperti aku, awalnya memang agak susah tapi lama kelamaan terbiasa" ucap suluo tersenyum.

"Baiklah terima kasih suluo"

"Rencana kita hari ini apa panglima yu?, apakah kita akan keluar istana melihat lihat keadaan rakyat?" ucap fengying bersemangat.

"Kalau menurut hamba alangkah baiknya kita melihat cara meracik obat , hamba dengar dengar sekarang di desa ada sebuah wabah aneh yang menyerang sebuah desa, para tabib kewalahan dibuatnya, hamba mempunyai sedikit kekuatan penyembuh tapi itu tidak terlalu membantu, yeowang (ratu) sudah tau hal ini dan dia memerintahkan agar seluruh para tabib membantu desa itu.

"Aku baru tahu itu, baiklah mari, aku cukup lihai dalam hal obat obatan seperti itu" ucap fengying.

"Kau memang sangat mirip permaisuri dulu feng" bisik yu.

Thanks for reading, koreksi yah kalau ada yang typo hehehe 😅😅

I love you all ❤❤

She is My Soulmate [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang