Story Telling

455 26 8
                                    

Foto di cover buku “Sebuah Jalan Menuju Sepi,” saya ambil di sebuah halte busway bernama PGC. Ketika itu, saya hendak menuju ke Jakarta Pusat. Dari terminal Rambutan, biasanya saya tidak transit dulu di halte itu—sebab jika waktu masih sedikit sore, busway jurusan Kp. Rambutan-Harmoni masih beroperasi. Akan tetapi karna waktu itu saya sedikit telat tiba di Kp. Rambutan, saya terpaksa harus transit terlebih dahulu di PGC, lantas beralih menuju coridor PGC-Harmoni. Di sela-sela menunggu, dengan perasaan yang cukup kelelahan sebab menghadapi beberapa titik kemacetan, saya duduk di batang besi pembatas, sejujurnya itu tidak di peruntukan tempat duduk, akan tetapi sudah menjadi sebuah hal yang lumrah di lakukan oleh pengguna busway, “kalau tidak kebagian tempat duduk.”
Saya memeluk sebuah botol minuman mineral berisi 600 ml yang hanya tinggal sekitar 200 ml saja isinya. Saya menunduk dan menghempaskan nafas lega, saya beristirahat sejenak dari segala kebisingan di sekitar saya.

Pukul 23 kurang beberapa menit, busway yang saya tunggu akhirnya tiba. Perjalanan kembali berlanjut. Saya semakin merasa kesepian, semakin jauh meninggalkan rumah, saya semakin merasa kehilangan diri saya. Saya di kelilingi banyak orang asing, saya menatap keluar jendela, laju kehidupan kian cepat terasa di kota.

Setelah satu tahun kemudian, saya akhir berani memajang foto itu di media sosial saya. Seorang kawan perempuan saya berseloroh “Wah Bapak ganteng juga yah.” Kira-kira begitu candanya.

Saya bahagia tapi tentu lebih bersedih, ucapan itu mengingatkan saya kepada banyak cerita pelik di balik perjalannya.
Dan pada akhirnya setelah saya selalu gagal menghapus foto ini dari memory telepon saya, saya memilihkannya tempat terbaik di buku perdana saya. “Sebuah Jalan Menuju Sepi.” Saya yakin, di sana hidupnya akan lebih abadi. Mewakili seluruh isi puisi-puisi saya yang memang biasa saja.

Terlepas dari segala kekurangannya, saya bahagia—pada akhirnya buku ini terlahir juga. Buku ini lahir dari sebuah terbit gratisan selama 1 bulan yang diadakan penerbit @Guepedia, bersanding dengan ratusan bahkan mungkin ribuan naskah lainnya. Beruntung, ia terpilih jadi salah satu yang bisa di lahirkan tanpa banyak peraturan.

Saya memang kurang puas dengan design covernya, tapi saya tidak mau banyak minta ina inu, sebab saya tahu, itu butuh proses dan dana. Sementara mereka sudah sangat berbaik hati mau menerbitkan naskah saya.

Jadi, untuk kawan semua, semoga berjumpa dengannya.

Pergi dan berlayarlah Nak, temui siapa pun yang memiliki dermaga di hatinya. Abadilah bersamanya, melabuhlah di sana.”

#Sagilinding
#CandraLesmana
#anddralesmana
#kalimtrasa
#koalajantan
#SebuahJalanMenujuSepi
#puisi
#bukupuisi

☆SUDAH TERBIT☆ "Sebuah Jalan Menuju Sepi" Buku PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang