Perasaan Yang Terpendam -33

7.3K 1.2K 132
                                    

"(Y/n)!! Kau kemana saja?! Kukira kau menghilang ditebas Sanemi! Atau diceburkan kekolam racunnya Kochou!"

Aku terkikik mendengar ucapan Haru yang sudah seperti ucapan seorang ibu kepada anaknya.

Aku melambaikan tanganku, "Sanemi tidak mungkin berbuat sejahat itu padaku, dan kochou? Aku yakin di lebih memilih menyuntikkan racun-racun itu ketubuhnya hanya demi membalaskan dendam kematian kakaknya." ucapku tersenyum.

Aku berjalan kedalam kamar dan memilih untuk melanjutkan tidurku dan meninggalkan Haru yang sedang asik menceramahiku tetang kebiasaanku meninggalkannya.

Diam-diam aku tersenyum mendengar kata-katanya yang melambangkan kekhawatiran padaku. Ah, aku benar-benar menyayanginya.

.

.

.

Normal POV.

Manik merah itu terbuka, udara yang mendingin pertanda matahari telah kembali keperaduannya dan digantikan oleh sang bulan yang memancarkan cahaya keperakan.

Mata merah itu menatap keluar ruangan. Baginya yang setengah iblis malam terlihat indah. Kunang-kunang berterbangan dan beberapa kupu-kupu dengan warna yang berbeda saling terbang beriringan. Berbeda bagi mata manusia biasa yang hanya mampu melihat kegelapan ketika malam hari tiba.

(Y/n), pemilik manik mata merah itu keluar dari ruangan dan berdiri ditengah lapangan luas yang ditumbuhi berbagai pohon rindang.

Bulan purnama yang menggantung di langit dengan bintang-bintang sebagai hiasan nya. Dan kupu-kupu berbagai corak yang berterbangan kesana kemari. Seekor kupu-kupu hinggap di bahu perempuan itu seolah sedang mencari tahu apa yang hendak dilakukan perempuan itu.

Kupu-kupu itu kemudian kembali terbang bergabung dengan kupu-kupu lainnya.

(Y/n) berjongkok melihat beberapa bunga mawar yang tumbuh rendah mendekati tanah. Warna merah terang, merah muda dan putih seolah berkumpul menjadi satu corak abstrak pada setangkai bunga yang menjadi perlambangan cinta ini.

"(Y/n)."

Panggil seseorang dengan suara datar. (Y/n) yang dipanggil menoleh kebelakang melihat pemilik dari suara yang memanggilnya tadi.

Mata biru tajam menatap tepat dimanik merahnya.

"Tomioka-san. Ada apa? Kenapa memanggilku?"

Tomioka Giyuu tidak menjawab pertanyaan perempuan dihadapannya dan memilih untuk ikut berjongkok disamping (y/n).

Melihat lawan bicaranya enggan untuk berbicar membuat (y/n) memilih untuk mengalihkan pandangannya kearah bunga mawar tadi.

"Sewaktu kau pergi menyelamatkan Rengoku, kau seharusnya sedang pergi misi." ucap Tomioka. "Bagaimana kau bisa tahu kalau Rengoku dalam bahaya? Kau.... Seolah tahu kapan kematiannya."

Duar...

Bagai disambar petir pas malam hari. (Y/n) tidak menyangka Tomioka bisa bertanya atau mungkin berspekulasi seperti. Dengan wajah yang memucat dan keringat dingin yang mengalir dipuggung, (y/n) baerusaha mencari-cari alasan untuk menghindari pertanyaan Tomioka.

Readers POV.

Ugh... Kenapa Giyuu jadi sepeka ini? Aku jadi bingung harus menjawab apa.

"Insting." jawabku gamblang karena otakku membeku tiba-tiba karena mendengar ucapan Giyuu.

Giyuu menatapku datar seolah baru saja melihat alien. Aku secara spontan mengalihkan wajahku darinya. Air mata imajiner seolah mengalir deras dari kedua mataku.

'Godjima-sama, tasukete!' batinku berteriak karena ditatap aneh oleh Giyuu.

Tanpa sengaja jariku malah memegang tangkai mawar dengan erat hingga membuat jariku terluka.

"Au..."

Giyuu yang melihat jariku terluka langsung mengambil jariku itu. Dia menghembus jariku yang terluka itu.

Blush....

Wajahku terasa panas saat ini. Melihat wajah tampan Giyuu dari dekat. Mata birunya seolah terlihat seperti kedalaman laut yang mengundangku untuk mengekspos isinya. Rambut hitam pekatnya yang diikat kebelakang membingkai wajah tampan miliknya.

"Lu-lukanya pasti bakal sembuh nanti." ucapku gugup karena aku bisa mencium aroma Giyuu yang manis karena jarak kami yang sangat dekat.

Mulutnya yang sedari tadi menghembus lukaku segera berhenti. Darah dari jariku sudah berhenti mengalir dan mulai menutup lukanya.

Dengan gugup, aku menarik tanganku yang sedari tadi digenggamnya.

Giyuu kemudian memilih duduk ditanah dan menatapku untuk memberinya penjelasan.

"Apa mungkin kau bisa tahu kematian para pilar lainnya juga? Apa itu juga bagian dari kekkijutsumu?"

Aku menggigit bibir dalamku sambil menunduk menatap kearah bunga mawar dihadapanku. Aku menggeleng, sebagai jawaban. Aku lebih memilih berbohong karena aku takut jika terlalu banyak ikut campur dalam cerita aslinya bisa berdampak buruk pada karakter original didalam cerita asli.

Giyuu terlihat menghela nafas. "Baiklah, aku hanya ingin tahu tentang itu. Anggap saja kejadian yang menimpa Rengoku kali ini adalah sebuah kebetulan."

Aku mengangguk dan membiarkan Giyuu berjalan menjauh. Aku masih menunduk saat Giyuu sudah tidak terlihat lagi oleh mataku.

Aku beralih dari bunga mawar ke bintang-bintang dilangit. Mereka terlihat kecil tapi sangat indah. Tidak bisa kupungkiri alasan banyak orang menyukai bintang adalah karena keindahan kerlap-kerlipnya.

Purnama yang menggantung dilangitpun turut ambil jatah dalam menghias langit malam. Sinar perak hasil pantulan cahaya matahari itu terlihat indah.

Indah. Tapi tidak seindah akhir dari cerita dunia ini. Dulu sebelum aku pindah kesini ada rumor yang mengatakan bahwa author dari cerita demon slayer ini akan membuat ending yang buruk. Seandainya, aku mati setelah cerita itu tamat. Mungkin aku benar-benar bisa mengambil langkah tegas untuk mengubah seluruh jalan cerita demon slayer.

Dadaku terasa sakit setiap kali mengingat siapa saja yang akan mati ketika pertempuran akhir nanti. Bahkan tanpa kusadari air mata telah mengalir dengan deras dari kedua mataku.

Aku terisak, ini terlalu menyakitkan. Kejam. Mengerikan.

Aku seolah kembali diingatkan bahwa aku hanya orang yang menumpang hidup didunia orang lain.

Srek.

Seseorang menyentuh dan mengusap bahu. Mata hijau meneduhkan langsung menyambut penglihatanku.

"Haru..."

Aku terus terisak dan menggigit bibi dalamku. Air mata seolah tidak mau berhenti mengalir.

Haru duduk disampingku dan membiarkanku memeluk tubuhnya dari samping. Aku membenamkan wajahku didadanya dan menangis meraung tertahan.

Bolehkah aku.... Mengubah jalan ceritanya lebih jauh lagi?

.

.

.

UwU update tengah malam.

Btw, ada yang sadar nggak, peringkat cerita ini di tagar #kimetsunoyaiba jadi nomor 3 terakhir...

Miris yaa.... (T▽T)
Kok bisa jatuh gitu ya? ╥﹏╥
Bikin badmood buat lanjutin nih cerita...

(T▽T)

5 Desember 2019.

[END] Kimetsu No Yaiba - After AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang