Readers POV.Setelah membuat Nezuko pingsan, Tomioka terlihat memotong sebuah bambu kecil dan memberi tali merah di masing-masing ujung bambu itu.
Tomioka juga mengambil haori coklat tua yang tadi dipakaikan Tanjirou pada Nezuko. Dan melempar kedua barang itu padaku.
Aku meringis karena bambu itu tepat mengenai batang hidungku.
'Giyuu tidak santuy! Ittai desu!!'
"Pakaikan itu pada adikmu!"
Aku terus menatap Tomioka dengn tajam. Aku mengeram lemah karena terpaksa melakukan apa yang disuruhnya.
Aku mengikatkan tali merah bambu tadi kebelakang leher Nezuko lalu memasang kan haori coklat itu pada tubuh Nezuko.
Aku duduk diam disamping Tanjirou dan Nezuko sambil mengamati Tomioka yang berdiri menyandarkan tubuhnya kepohon.
"Ugh," aku mendengar suara lenguhan disampingku.
"Tanjirou!"
"Kau sudah sadar?"
Aku dan Tanjirou reflek melihat Tomioka yang berdiri tidak jauh dari kami. Tanjirou langsung memeluk Nezuko.
"Temuilah seorang kakek bernama Urokodaki Sakonji yang tinggal di kaki Gunung Sagiri. Katakan padanya Tomioka Giyuu mengirimmu. Karena kalian baik-baik saja karena saat ini sedang bersalju. Ingat jangan pernah membuat adikmu berada dibawah matahari, dan kau iblis perempuan."
Dia menarik kerah kimonoku mendekat padanya."Kau akan ikut denganku ketempat markas kisatsutai."
"Heh?!"
"Tu-tunggu dulu! Leher ku bisa ditebas kalau aku ikut denganmu kesana! Cho- Oi!! Kau dengar tidak tidak sih!" dengan mata berlinang karena panik aku masih berusaha untuk tersenyum memperingati nya. Urat-urat kecil didahiku tercetak jelas menandakan bahwa aku benar-benar marah saat ini karena dia tidak menjawab perkataan ku.
'Me-nye-bal-kaaaaannn!!! Kau beruntung punya wajah yang tampan, seandainya kau itu jelek aku tidak akan segan-segan memukulmu!'
Dia membawaku ikut serta meninggalkan Tanjirou dan Nezuko.
"Tanjirouuuu..... Nezukoooo..... AAAAAAaaaaaa"
"(Y/n)-saaaann...."
.
.
.Tomioka dengan cepat membawaku ikut serta. Dia berhenti sejenak saat tiba dipuncak gunung. Aku melihatnya dari balik tudung jubahku sedang menulis surat.
Aku menatapnya sambil berjongkok memeluk erat kedua kakiku.
"Jadi," ucapku. "Sekarang kita mau kearah mana?"
Perkataanku tidak berhasil menariknya untuk menatapku. Sebaliknya ia malah mengirim surat itu menggunakan gagak miliknya.
'Menjengkelkan. Pantas saja Shinobu sering menjahilinya. Dia pantas mendapatkan semua itu!'
"Kita akan pergi," perkataan Tomioka berhasil membuatku mendengus. "Kita akan ke markas besar pemburu iblis, dikediaman Oyakata-sama."
Dia menarik tangan kananku, membawaku ikut berlari bersamanya.
'Seandainya aku sedang tidak jengkel saat ini, bisa ku jamin akan banyak gambar hati berterbangan disekitar ku karena salah satu ikemen kimetsu no yaiba memegang tanganku.'
Aku juga ikut berlari disampingnya. Jubahku yang sedari tadi berkibar setiap kali aku meloncat dan melompati satu dahan kedahan lainnya.
Kami terus berlari hingga akhirnya malam pun tiba. Tomioka berhenti tepat dibawah pohon waru. Disana dia membakar dupa bunga wisteria yang memiliki aroma aneh yang menurutku sedikit memabukkan.
Dia terlihat duduk didekat dupa itu dengan memeluk pedangnya.
Aku mengambil inisiatif dengan memanjat pohon dan duduk disana. Tomioka menatapku dengan tajam seolah berkata "kalau kau kabur kau akan tahu akibatnya!"
"Aku tidak akan kabur, aku hanya sedikit menjauh dari dupa itu. Aromanya bisa membuatku mabuk!"
Aku memilih mengawasi sekitarku dari pada harus meladeni wajahnya yang kelewat santai bin menyebalkan itu.
.
.
.Aku merasakan sedikit hangat di punggung ku. Sepertinya matahari sudah terbit, aku harus berterima kasih pada Haru... Ngomong-ngomong soal Haru, dia tidak terlihat sejak tadi malam saat Tomioka tiba.
Sepertinya aku meninggalkannya lagi.
Aku merasakan pergerakan kecil dibawahku. Tomioka bangun lalu mematikan dupa wisteria itu.
Dia melirikku yang masih setia duduk diatas pohon tempat dia tidur tadi.
"Iya iya, aku turun sekarang."
Aku meloncat dan.mendarat tepat dihadapannya dan bersembunyi dibayangan pohon waru, aku memperbaiki jubah dan tudung nya dulu agar tubuhku tidak terkena matahari.
"Ayo pergi." ucap Tomioka yang melihatku sudah selesai memperbaiki jubah.
Kami terus berlari dan hanya berhenti ketika Tomioka ingin makan saja. Kami sampai di suatu kediaman yang terlihat seperti rumah tradisional Jepang pada umumnya. Disamping kanan dan kiri kediaman itu ada taman yang dan kolam ikan.
"Oyakata-sama telah tiba."
Seorang pria ditemani kedua gadis? Yang memiliki rambut berbeda. Yang satu putih dan yang satu lagi hitam.
'Itu Kiriya kan?'
"Selamat sore, bukankah langit terlihat indah kali ini?"
.
.
.T
B
CUwU sesuai janji San up.
🔥🔥🔥🔥🔥
Cuman mau bilang, jangan lupa vote dn komennya readers terjintahh😘😘
See next chapter yaa...
27 oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Kimetsu No Yaiba - After All
FanfikceKimetsu No Yaiba Series #1 Tangan pucat sialan! Tanggung jawab dong! Udah ditarik begitu saja eh, malah ditinggal! Kamu yang dulunya berusia 25 tahun tiba-tiba ditarik ke zaman dulu dimana iblis pemakan manusia masih hidup dan berkeliaran memakan ba...