Trial Run | 4

147 18 1
                                    

Suara jeritan meronta-ronta memekik gendang telinga. Tangan-tangan penuh nanah keluar dari jeruji besi berusaha menggapai-gapai. Bahkan sekarang, Marlos dan kedua temannya memutuskan untuk berjalan satu barisan saja, takut jika tangan-tangan mengerikan itu berhasil meraihnya.

Tiba di persimpangan pertama, Marlos menyempatkan diri menoleh ke kanan dan ke kiri. Menakjubkan, masih ada sekitar 10 deret jeruji lagi kearah kanan dan kiri. Persimpangan ke 2, 3 dan seterusnya. Jika ditotal, bisa jadi ada seribu orang lebih disini. Mengingat dalam satu jeruji berisi lebih dari 2 orang.

"Apa mereka tidak menular?" tanya Marlos di tengah tour mengerikan mereka.

"Mereka menular jika kita melakukan kontak kulit dengan mereka." jawab lelaki berjas putih dengan santai.

Setiba diujung ruangan, mereka kembali melewati pintu besi yang sama seperti sebelumnya. Namun, kondisi didalamanya sungguh berbeda 180 derajat dari yang sebelumnya. Bukan jeruji besi lagi, melainkan sebuh ruangan mirip aula dengan meja alumunium panjang yang berjajar diseluruh ruangan, diatasnya terdapat berbagai macam alat laborat. Gelas-gelas lab, lengkap dengan berbagai warna cairan didalamnya. Beberapa ada yang nampak mendidih, berbusa, dan mengeluarkan uap. Di sisi kanan ruangan, terdapat beberapa layar monitor berjajar rapi menampilkan beberapa tulisan aneh yang tidak dimengerti, sedang layar yang paling besar menampilkan sebuah hologram yang nampak seperti rancangan sesuatu. Bersebrangan dengan layar-layar itu, ada beberapa komputer dan perlatan IT yang mengontrol jalannya praktikum.

Marlos terus digiring untuk semakin masuk kedalam aula. Di ujung kanan ruangan, terdapat sebuah ruangan dengan pembatas kaca transparan. Didalamnya ada seseorang yang juga memakai jas lab sedang duduk dikursi kerjanya. Sedang serius menatap lembaran kertas-kertas yang berserakan dimejanya. Bersebrangan dengan meja kerja itu, terdapat tiga kursi berderet yang telah di sediakan. Marlos dan kedua temannya duduk berjajar didepan Prof. Goerge, Begitu yang mereka baca dari name tag nya. Sepertinya pria tua dihadapannya ini adalah kepala laborat.

"Selamat datang di Laboratorium of human resource and teknologi. Aku tau sejak kedatangan kalian kemarin, kalian pasti memiliki banyak sekali pertanyaan, mengingat penyambutan kalian yang tidak mengenakkan. Ku harap kemarin tidak ada diantara kalian yang memuntahkan isi perut." ucap Prof. George yang nampak setengah bercanda. Namun, siapa yang akan tertawa jika mengingat beratus-ratus manusia penuh nanah sedang memaki untuk upacara penyambutan mereka kemarin. Baik Marlos atau kedua temanya, tetap diam ditempat dengan wajah datar.

"Baiklah, maafkan orang tua ini, nak. Bukannya kami tidak mau menyambut kalian. Hanya saja kondisinya tidak memungkinkan. Sebelum kalian salah paham, maka akan kujelaskan sedikit tentang orang-orang diluar sana." jelas Prof. George.

"Sekitar 2 tahun yang lalu, ada sebuah kejadian aneh di Virginia. Seorang pekerja cleaning service hotel tiba-tiba jatuh sakit hingga menggemparkan tetangga-tetangga dilingkungan rumahnya. Pekerja itu sakit seperti manusia di jeruji besi diluar sana atau yang terikat di tiang-tiang di pabrik. Singkat cerita, wabah itu menyebar keseluruh kota dan membuat kepolisian bersama dengan medis segera melakukan penanganan. Sampai sekarang kepolisian tidak tau pasti dari mana asal mula penyakit pekerja itu dan pihak medis angkat tangan untuk menanganinya. Untuk itulah mereka mengalihkan tanggung jawab kepada kami untuk melakukan kajian menyeluruh. Kabar buruknya, hingga kini kami tidak menemukan obat penangkalnya. Maka para terinfeksi pun hanya bisa kami tahan disini supaya tidak ada lebih bnyak korban diluar sana."

Prof. George mengambil sapu tangan dimejanya seraya menyapukan pada dahinya yang berkeringat setelah bercerita. Marlos menundukkan kepalanya. Penjelasan Prof. George memang masuk akal. Itulah kenapa laboratorium ini di penuhi manusia mengerikan.

"Bagaimana dengan tugas kami?" tanya Anthony setelah ruangan sedikit lenggang.

"Oh ya, tugas kalian. Pak Ron akan memberitahu kalian." jawab Prof. George seraya menunjuk kearah luar kaca.

Nampak seorang lelaki paruh baya dengan seragam serba oranye sedang melambai kearah Marlos, Anthony dan Reon. Nampak kontras dengan jas lab para laborat yang berwarna putih. Tidak perlu menunggu lama, Prof. George pun segera mengijinkan Marlos dan kedua temannya untuk segera mengetahui tugasnya disini. Kini ketiganya berjalan mengikuti pak Ron. Menurut Marlos, tidak ada yang ganjal dengan ucapan Prof. George selain ia tidak menceritakan mengenai jamuan makan seperti yang disinggung pak sopir sore itu.

***

First Published © 4 Des 2019

Revision © 8 June 2023

Trial Run (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang