8. Party is (not) a good thing

50 8 2
                                    

Sore sudah mulai berubah menjadi malam. Mikaella disibukkan dengan Darella yang memburu-buruinya. Demi Tuhan, Mikaella tidak yakin untuk tidak membatalkan bantuan pada Darella! Darella seperti orang kesetanan yang tidak bisa menunggu lagi untuk pergi ke acara yang Darella sebut sebagai party. Padahal, ini masih pukul 6 lebih beberapa menit! Dan acara party itu dimulai pukul 8 atau 9 Mikaella lupa.

"Sabar dikit bisa gak sih, Dar?! Jadi males gue ikut!" Mikaella memotong matanya kesal.

Tatapan Darella memelas lalu terkekeh sedikit canggung, "Iya-iya, sori. Yaudah, makanya cepetan gue takut papa keburu pulang."

"Lah? Bukannya kita izin dulu sama papa?"

"Gak jadi deh! Nanti lewat telepon aja. Nggak yakin gue papa bakal izinin kalo misalnya kita izin langsung. Lagian, besok kan hari sekolah."

"Udah tau besok hari sekolah kenapa masih mau pergi, Darella!"

"Ya karena acaranya malem ini, Mikaella!"

"Kenapa sih, komunitas lo itu nggak ngadain malem sabtu atau malem minggu aja?"

"Karena malem minggu nanti acaranya beda lagi."

Darella membuat Mikaella cengo dengan jawaban santainya. Yang ada di pikiran Mikaella, kenapa cewek-cewek bar-bar itu gemar sekali membuat acara seperti party?! Walaupun Mikaella tidak yakin kalau malam minggu nanti mereka akan mengadakan party atau acara lainnya.

"Dan gue bukan anak RedBlue," sambung Darella.

Mikaella menutup resleting tasnya. "Ya...ya, whatever. Yuk, berangkat."

*****

Mikaella tidak menyangka akal bulus Darella berjalan lancar walau ada sedikit kendala seperti Papa mereka yang memberikan ribuan pertanyaan yang sepertinya masih merasa tidak yakin dengan apa yang disampaikan kedua putrinya. Atau mungkin hanya sebatas khawatir? Entahlah.

Mikaella memandang sekitar. Mobil dikendarai oleh Winny yang merupakan teman dekat Darella dan Mikaella sedari kecil. Well, walaupun Winny cenderung lebih dekat dengan Darella mengingat mereka berdua sejenis—memiliki banyak kesamaan maksudnya.

Mikaella menatap bangunan yang ada di hadapannya melalui kaca mobil. Hanya ada rumah besar yang bisa disebut sebagi Villa.

Ah, mereka pasti gila! Siapa yang mau villanya disulap menjadi tempat seperti ini? Mikaella yakin kalau dirinya pemilik villa ini, dirinya akan jantungan mengingat party ini benar-benar untuk anak muda. Well, kita semua tahu muda-mudi senang melakukan hal-hal baru tanpa berpikir panjang.

"Btw, tempat ini nggak jauh beda dari diskotik. Atau mungkin ini germo-nya diskotik?" ujar Mikaella yang lebih pada sindirian untuk Darella yang duduk di kursi penumpang depan.

Darella terkekeh pelan lalu menatap kearah belakang, tepat dimana Mikaella berada. "Sekali-sekali sister gue ini harus tau tempat begini."

"Tau lo, Mik! Harusnya bersyukur bisa nikmatin acara yang walaupun gue yakin gak ada yang istimewa, tapi bakal lebih dari sekedar istimewa kalo lo bener-bener nikmatin!" sela Winny seolah membela Darella.

"Demi Tuhan Winny! Nggak ada yang perlu disyukurin!"

Darella berdecak. "Dah nggak usah ribut. Let's enjoy the party."

Mikaella menghela nafas, lalu mengikuti Darella dan Winny yang sudah keluar dari dalam mobil mendahuluinya. Darella terlihat begitu berseri-seri wajahnya begitu ia keluar dari dalam mobil. Tak berbeda jauh dengan Winny. Mikaella merasa kalau hidup Darella dan Winny begitu mudah untuk bahagia. Ada party, dan mereka bahagia. It's that simple!!!

FEELINGLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang