Mikaella mendapat info kalau beberapa hari ini Orlando tidak masuk sekolah. Lebih tepatnya sejak malam party itu. Dibilang khawatir, Mikaella memang khawatir. Namun, dirinya hanya takut jika ia menghubungi Orlando terlebih dahulu, cowok itu akan menganggap maksudnya lebih. Dan cowok itu akan kembali ber-grilya atas dirinya lagi. Tidak, Mikaella tidak mau.
Namun, Mikaella benar-benar khawatir. Mikaella duduk dengan tidak nyaman di atas kasurnya. Sesekali ia menggigit bibirnya pelan tanda dirinya tengah bimbang.
Setelah berlama-lama berperang batin, akhirnya Mikaella memilih menelpon Orlando. Mikaella hanya khawatir kalau Orlando kenapa-napa mengingat saat itu ia beradu jotos dengan Keanu. Namun, menurut pandangan Mikaella, Orlando mendapat luka atau babak belur yang tidak jauh berbeda dengan Keanu. Dan saat ini babak belur Keanu sudah membaik walau belum 100% dan yang menjadi pertanyaan Mikaella, apa luka Orlando juga sudah membaik? Mikaella sejujurnya berharap iya, namun hatinya entah kenapa masih sangat khawatir.
Orlando tidak mengangkat panggilannya. Jantung Mikaella bertambah keras berdetak akibat pikirannya yang mulai aneh-aneh.
Apa Orlando masih merasa lemah akibat hari itu?
Setidaknya, pertanyaan sejenis itulah yang Mikaella tanyakan pada dirinya sendiri dalam otaknya. Mikaella bertambah khawatir setelah sadar bahwa Orlando tinggal sendiri di apartemennya. Bagaimana jika cowok itu kenapa-napa?!
Mikaella mencoba menelpon Orlando lagi. Namun, tidak ada perubahan. Hingga dering terakhir, Orlando tidak mengangkat teleponnya sampai operator-lah yang menjawab.
Sampai 5 kali Mikaella mencoba dan tetap sama, tidak ada respon Orlando. Hingga, pemikiran bahwa ia harus datang dan memastikan sendiri ke apartemen Orlando-lah yang hinggap di otaknya.
Namun, ada keraguan di hati Mikaella. Demi Tuhan, Mikaella pun merasa kalau dirinya terlalu bersikap plin-plan. Mikaella pun merasa kesal dengan dirinya sendiri.
Meneguhkan hatinya, Mikaella akhirnya memilih untuk mengunjungi apartemen Orlando.
Setelah mengganti pakaian sekolah menjadi dress sederhana, Mikaella meraih sling-bag miliknya yang berwarna senada dengan dress miliknya, krem kecoklatan. Lalu, Mikaella berjalan menuju luar kamarnya.
Begitu sampai diruang tengah, Mikaella mendapati Darella tengah menonton televisi masih lengkap dengan pakaian sekolahnya. Bahkan, kaos kaki pun belum ia lepas. Ia hanya melepas sepatunya saja.
"Lo mau kemana?" tanya Darella.
Mikaella yang baru saja melewati Darella berbalik pada gadis yang baru saja bertanya padanya itu.
"Ada urusan."
"Gue ikut, ya? Sumpah, gue gabut banget." Mikaella melihat wajah Darella berubah memohon.
Mikaaella berdecak. "Enggak buat kali ini, Dar. Urusan gue penting banget!"
"Yaelah! Kalo gue ikut gak mungkin kan berubah jadi enggak penting?" Darella membenarkan posisi duduknya yang sebelumnya terasa tak nyaman. "Lagian, gue jadi tambah pengen ikut gara-gara lo bilang penting banget."
"Intinya gak bisa!"
Mikaella akhirnya langsung meninggalkan Darella begitu saja karena taksi online yang ia pesan sudah tiba.
"BAWAIN GUE PIZZA!" teriak Darella agar Mikaella yang sudah agak jauh mendengar.
"ENGGAK YAKIN BAKAL INGET!" sahut Mikaella dengan nada yang sama.
*****
Mikaella sudah sampai di depan gedung apartemen milik Orlando. Keraguan hinggap di dadanya membuat Mikaella kesal sendiri akibat merasa plin-plan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEELINGLESS
Teen FictionApa yang akan kalian rasakan ketika cowok super ganteng tidur disebelah kamar kalian? Cowok yang membuat kalian tidak bisa bergerak hanya karena melihat mata dan wajahnya yang sempurna dan seperti ada daya tarik tersendiri. Itu terjadi pada Mikaella...