Carissa Puteri Tania, gadis cantik dengan bola mata indah tersebut sedang menatap lurus ke depan tatapan nya kosong, pikiran nya entah melayang layang kemana. Yang pasti ada satu hal yang saat ini mengganjal dalam pikiran nya. Ketakutan yang begitu besar ia rasakan saat ini. Sampai sampai ia tak tau akan melakukan hal apa.
"Hei." Sapaan seseorang berhasil membuat Carissa membuyarkan lamunannya dan langsung menoleh ke sumber suara. Di hadapan nya sekarang sudah ada seorang pria tampan dengan senyum manis yang terlontar dari bibir tipisnya tersebut.
Bukannya membalas sapaan lelaki tersebut, Carissa malah meneteskan air matanya dan hal itu sontak membuat lelaki dihadapan Carissa bingung dengan Carissa.
"Kamu kenapa?" Tanya lelaki tersebut sambil menghapus air mata yang terus berjatuhan dari mata Carissa.
Carissa tak menjawab pertanyaan lelaki tersebut, ia masih diam dan menundukkan kepalanya masih dengan air mata yang terus mengalir. Ia juga bingung bagaimana mengatakan hal ini kepada lelaki tersebut.
"Kamu kenapa nangis? Kalau ada masalah sini cerita sama aku. Jangan nangis aku nggak suka ngelihat kamu nangis gitu." Lelaki tersebut kembali menghapus air mata Carissa.
Ia tampak berpindah posisi duduk menjadi disebelah Carissa dan menarik tubuh mungil Carissa kedalam dekapan nya. Memberikan Carissa sedikit ketenangan
"Aku takut, aku nggak tau harus berbuat apa saat ini." Jawab Carissa dengan suara yang serak. Suara nya lemah seperti dirinya yang saat ini terlihat sangat kacau, bahkan wajahnya seperti mayat hidup. Pucat tanpa olesan make up sedikit pun.
"Kalau kamu ngomong nya nggak jelas kaya gitu, aku nggak akan pernah paham Carissa. Coba ngomongnya yang jelas, kamu takut kenapa? Tenang aja disini ada aku kok." Ucapnya lagi dengan suara lembut, tangannya terulur untuk mengelus pundak Carissa yang saat ini masih dalam pelukan nya.
Bukannya menjawab, Carissa justru melepaskan pelukannya dan mengambil sesuatu didalam tasnya. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Carissa langsung memberikan benda persegi panjang ke atas meja setelahnya Carissa hanya mampu menundukkan kepalanya.
Deg...
Lelaki dengan nama lengkap Raka Aditya itu menatap nanar pada sebuah benda yang ia ketahui benda tersebut untuk mengetes kehamilan seseorang.
"Ca ini punya siapa? Bukan punya kamu kan?" Tanya Raka mencoba untuk menenangkan pikiran nya, bahwa alat tersebut bukan milik Carissa.
Selanjutnya Raka hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika Carissa menjawab bahwa alat itu adalah miliknya. Raka tak tau ia bingung akan berbuat apa setelahnya, Raka saja tak berfikir jika hal tersebut bisa menghasilkan benih di rahim milik Carissa.
"Aku hamil Raka, aku hamil anak kamu." Langit Raka seakan runtuh saat itu juga saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Carissa.
"Ca, aku nggak tau mau ngelakuin apaan. Aku belum siap jadi ayah Carissa." Ucap Raka dengan suara pelan, lelaki itu menundukkan kepalanya sambil menatap alat pengecek kehamilan tersebut yang masih berada ditangannya.
"Maksud kamu apa Raka? Aku nggak ngerti." Raka membuang nafasnya kasar, setelah itu berdiri dan menarik tangan Carissa dengan lembut. Ia tak bisa membicarakan hal ini ditempat ramai seperti ini, Raka dan Carissa harus membicarakan hal ini di tempat yang lebih privasi pastinya.
"Kita cari tempat yang lebih nyaman buat ngomong ini ya? Kita nggak mungkin ngobrolin ini ditempat banyak orang seperti ini." Carissa hanya mengangguk, benar jika dia dan Raka berbicara ditempat seperti ini akan menganggu.
Raka meletakkan beberapa lembar uang di atas meja, setelah itu keluar dari dalam cafe dengan tangan Carissa yang masih ia genggam dengan lembut. Walaupun saat ini pikiran nya sedang kacau dan emosi nya sedang memuncak ia tak mungkin menyakiti wanita yang amat ia cintai tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little baby
Short StoryBerawal dari ketidaksengajaan kedua pasang remaja yang membuat mereka harus menikah di usia muda. Awalnya terasa sangat berat untuk mereka lalui, tapi lama kelamaan mereka terbiasa dengan kehidupan mereka. Namun semuanya tidaklah mudah untuk mereka...