14.

99 5 0
                                    

Raka tersenyum, melambaikan tangan kepada Fani yang akan pergi jauh setelah ini. Ya, setelah memutuskan Fani lebih baik pergi dari kehidupan rumah tangga Raka dan Carissa. Sejujurnya Fani tak ada niatan untuk menghancurkan semuanya, saat itu pikiran nya kalut rasa takut menguap didalam dirinya membuat dia tak tau harus bagaimana, yang ia tau hanya Raka yang dari dulu selalu berada disampingnya. Dan rupanya meminta bantuan kepada Raka adalah hal salah, seharusnya ia tak meminta bantuan kepada lelaki yang sudah memiliki istri. Apalagi soal perasaan nya yang memang sudah sangat lama memendam rasa untuk Raka.

Jujur saja, dulu Fani memimpikan sebuah pernikahan bersama dengan Raka. Namun ternyata itu semua hanya mimpinya dan mungkin tak akan pernah menjadi nyata. Fani dapat melihat dari mata Raka bahwa terdapat cinta yang sangat besar disana dan cinta itu di tunjukan kepada Carissa bukan dirinya.

Fani mundur saat itu, ia berusaha untuk tak mengusik kehidupan Raka. Namun masalah penyakit nya membuat dirinya mau tidak mau harus melibatkan Raka dalam hal ini. Fani sangat merasa bersalah atas kehilangan anak yang di kandung oleh Carissa. Bagaimanapun itu adalah salahnya walaupun Raka selalu mengenang kan nya dan selalu berkata bahwa semuanya sudah menjadi jalan takdir. Namun Fani tidaklah bodoh, didalam ucapan Raka yang begitu tenang dalam menyikapi dirinya, di mata itu terdapat luka yang besar. Fani tau bahwa Raka sangat sedih ketika darah dagingnya harus meninggal tanpa melihat dunia terlebih dahulu.

Mungkin inilah jalan takdir nya. Fani ikhlas dengan semua yang terjadi. Ia sudah menyerahkan seluruh kehidupan nya ditangan tuhan. Fani siap jika suatu saat tuhan mencabut nyawa nya. Setidaknya itulah yang lebih baik daripada dirinya harus menahan sakit bukan?

°°°

Raka kembali ke rumah sakit ingin menjenguk Carissa walaupun Raka tau bahwa dirinya akan di usir oleh Carissa. Namun ia tak peduli akan hal itu, ia akan kembali berusaha untuk mendapatkan hati Carissa. Bagaimana pun caranya.

Keadaan ruang inap Carissa sangat sepi, hanya ada Carissa yang sedang duduk sambil menerawang kedepan. Entah apa yang wanita itu pikirkan. Yang pasti tatapan wanita itu sangat menyedihkan, ditambah dengan wajahnya yang pucat. Semua orang juga bakalan tau bahwa Carissa sedang menanggung beban yang sangat berat.

"Hei." Sapaan Raka bahkan tak dihiraukan oleh Carissa. Wanita itu tetap tak bergeming, menoleh kearah Raka pun tidak.

"Kamu udah makan?" Lagi tak ada jawaban dari apa yang di lontarkan oleh Raka. Dan hal itu membuat Raka membuang nafasnya kasar. Ternyata benar kata orang, begitu sulit mengembalikan kepercayaan yang sudah hancur. Dan Raka merasakan hal itu.

Raka kembali diam, membiarkan suasana hening tercipta ditengah tengah mereka. Jika dulu mereka tak kehabisan kata-kata kalau sedang bersama namun sekarang berbanding terbalik. Mereka layaknya dua orang asing yang sama sama canggung dan bingung akan berbicara apa.

"Setelah aku sembuh, Ayah akan ngurus surat gugatan cerai dari aku." Suara Carissa memecahkan keheningan. Dan ucapan itu membuat Raka menoleh capat kearah Carissa.

"Kamu becanda kan? Aku minta maaf sama kamu. Jangan pergi dari aku, aku nggak bisa hidup tanpa kamu." Mohon Raka menggenggam tangan Carissa.

Carissa hanya diam, membiarkan Raka menggenggam tangannya sambari mengucapkan kata maaf. Lelaki itu menitihkan air mata, ya Carissa tau itu. Karena tangannya yang kian basah sebab air mata lelaki itu.

"Aku nggak bisa mempertahankan semua ini. Bagi aku semuanya udah hancur, nggak ada yang bisa di pertahankan. Percuma dipertahankan kalau semuanya nggak bisa kembali seperti dulu. Kamu tau? Ini sakit banget dan aku rasa kamu tidak akan pernah tau rasanya." Ucap Carissa dengan wajah datarnya. Air matanya sudah tak menetes, mungkin sudah sangat banyak ia menangis sehingga air matanya menjadi kering.

Little babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang