Saat ini di ruang keluarga Carissa sudah kedatangan keluarga dari Raka juga. Mereka sama sama diam, membiarkan salah satu di antara Carissa ataupun Raka yang akan membuka suara mereka.
Tiga puluh menit berlalu tapi tak ada satu orang pun yang membuka suara. Hal itu membuat Carissa menjadi takut akan suasana yang menurut nya sangat mencekamkan apalagi dengan tatapan tajam ayahnya.
"Maaf om saya salah." Suara itu dapat membuat semua orang menoleh ke arah Raka. Sedangkan Raka ia yang seketika mendapatkan tatapan tersebut hanya dapat menundukkan kepalanya lagi.
"Kalian masih kecil, kalian tidak tau caranya mengurus keluarga. Bahkan masa depan kalian saja belum jelas. Mau membentuk keluarga seperti apa nanti kalian?" Suara berat itu keluar dari mulut ayah Carissa. "Saya sebagai orang tua dari Carissa tidak ingin masa depan anak saya hancur. Dia satu satunya harapan kami. Ayah kecewa sama kamu Carissa." Carissa meneteskan air matanya ketika mendengar ucapan ayahnya.
"Aku tau aku salah, maafin Carissa yah. Aku janji bakalan memperbaiki semuanya." Ayah Carissa menggeleng dan terkekeh pelan mendengar ucapan Carissa. Apa lagi yang mau di perbaiki dari semua ini?
"Mau memperbaiki apa lagi Carissa? Semua nya udah emang benar benar hancur. Kamu nggak salah Carissa, di sini yang salah ayah. Ayah yang telah gagal menjadi seorang ayah. Ayah telah gagal mendidik seorang anak." Ucap ayah nya dengan menggeleng kan kepala nya tak percaya, ia harap semua ini adalah mimpi dan ia akan kembali lagi dengan Carissa nya yang manja.
"Nggak ayah nggak salah! Ayah adalah seseorang yang hebat bagi Carissa, hanya saja Carissa yang bodoh yah. Maaf" Carissa memohon maaf di hadapan sang ayah, ia bertekuk lutut di kaki sang ayah.
Raka yang melihat itu tak tega melihat nya, namun apa boleh buat? Ia sama sekali tak tau apa yang harus ia lakukan.
"Jadi bagaimana?" Suara ibu dari Raka membuat semua menoleh kearah nya.
"Minggu depan kalian harus menikah." Keputusan final keluar dari mulut ayah Carissa setelah itu ia berlalu dari hadapan mereka semua di susul oleh bunda Carissa yang juga meninggalkan ruangan keluarga.
Setelah itu kedua orang tua Raka juga pamit pulang kepada Carissa, namun Raka lelaki itu tetap duduk diam di kursinya sampai kedua orang tuanya benar benar pergi.
"Udah jangan nangis, aku akan selalu ada di samping kamu." Ucap Raka sambari menarik lengan Carissa dengan lembut, memberikan nya pelukan hangat yang mungkin saja bisa meredakan tangisan Carissa.
"Aku takut bunda sama ayah bakalan kecewa sama aku." Ucap Carissa dengan air mata yang masih menetes, walaupun Carissa tau bahwa kedua orang tuanya tidak akan bisa lama-lama marah terhadap nya tapi tetap saja ia merasa menjadi anak yang tak berguna. Bisanya selalu menyusahkan orang tua, contoh nya ini dia memberikan kejutan tak terduga kepada orang taunya.
"Udah ya sayang. Jangan nangis lagi kasian baby nya nanti ikutan nangis." Ucap Raka berusaha untuk menenangkan gadis yang ada dalam pelukan nya. Sekali kali Raka mengecup puncak kepala Carissa.
Hampir lima belas menit tangis Carissa benar-benar reda. Dan hal itu membuat Raka tersenyum.
"Aku mau es krim." Ucap Carissa tiba-tiba dengan rengekan manja dan hal itu membuat Raka gemas lalu mencubit pelan pipi tembem milik Carissa.
"Ih jangan di cubit sakit tau." Rengek Carissa dengan wajah imutnya.
"Mana yang sakit? Sini aku cium kali aja bisa membantu." Pipi Carissa tiba-tiba memanas sudah dipastikan semburan merah sudah memenuhi pipinya dan hal itu membuat Raka tertawa.
"Yah pipi nya makin merah tu, makin sakit berarti ya?" Carissa memukul lengan Raka dan kembali menenggelamkan kepalanya didada bidang Raka, setidaknya ini mampu menyembunyikan rona merah di wajahnya.
"Jadi nggak beli eskrim nya? Kalau kamu mau gini terus ya nggak papa, aku nya senang juga." Carissa sontak melepaskan pelukannya dan menatap sinis kepada Raka yang sekarang sudah tertawa terbahak-bahak.
"Nggak ada yang lucu ya! Ayo kita beli eskrim nya. Pokoknya aku mau eskrim vanilla yang banyak terus di tambah dengan toping buah buahan yang segar." Ucap Carissa sambil membayangkan betapa enaknya memakan eskrim di tengah tengah matahari yang terik.
Setelah itu ia langsung menarik lengan Raka supaya lelaki itu cepat bergerak. Emang harus di paksa kalau tidak Raka tidak akan bergerak dan lelaki itu akan terus menggoda Carissa.
Didalam perjalanan menuju kedai eskrim, Carissa tak henti hentinya berceloteh layak nya seorang anak kecil yang sangat bahagia ketika mendapat balon. Itulah yang Raka suka dari Carissa, wanita itu sangat ceria lihat saja tadi ia menangis sampai sesegukan tapi sekarang? Wanita itu malah sangat ceria ketika apa yang ia inginkan sudah ia dapat.
Sesampainya mereka di kedai eskrim, Raka langsung memesan kan dua eskrim dengan rasa vanilla dan tak lupa dengan ditambah buah buah yang banyak di atasnya. Itu semua pesanan Carissa.
"Eh Raka?" Suara itu membuat dua sejoli itu menoleh dan yap melihat wanita di hadapan nya membuat Carissa mendadak tidak mood lagi.
"Fani? Kenapa disini? Bukannya dirumah kamu lagi ada acara tadi ya? Eh iya maaf aku tadi harus pergi karne ada masalah mendadak." Yap tepat sekali yang datang tadi adalah Fani. Tidak di kampus, tidak di tempat umum kenapa harus dia yang bertemu dirinya?
"Tadi nemenin ponakan aku beli eskrim, makanya aku keluar rumah bentar. Eh iya tio kemari sayang?" Seorang anak kecil menghampiri mereka, sangat lucu. Carissa tersenyum lebar melihat anak balita tersebut.
"Permisi ini eskrim nya." Salah seorang pelayan mengantarkan pesanan eskrim milik Carissa. Dengan sangat antusias wanita itu langsung memakan eskrim nya tanpa menghiraukan Raka dan Fani yang tampak asik berceloteh.
"Aunty aku mau eskrim." Mendengar hal itu Fani sontak memukul pelan dahinya, bertemu dengan Raka membuatnya lupa tujuan awalnya untuk membeli eskrim.
"Maaf ya, aunty lupa mesenin eskrim nya. Kalau gitu aunty beli dulu ya? Tio tunggu di sini." Setelah mengatakan hal tersebut Fani segera mengantri untuk mendapatkan eskrim yang Tio mau.
"Halo sayang? Mau eskrim? Ini anty ada satu lagi. Makan aja." Ucap Carissa memberikan satu eskrimnya kepada Tio, tampak anak itu tersenyum senang lalu dengan segera menyantap eskrim yang diberikan Carissa.
"Hai pelan pelan makan nya dong." Ucap Carissa sambil membersihkan ujung bibir Tio yang dipenuhi eskrim. Itu semua tak disaksikan oleh Raka yang sadari tadi tersenyum melihat interaksi antara Carissa dan Tio. Jadi tidak sabar menunggu anaknya lahir.
"Maaf ya Tio lama, eh kamu makan eskrim siapa" tanya Fani yang sudah datang dengan membawa bungkusan plastik, yang dapat ditebak isinya eskrim.
"Aunty ini yang kasih ke Tio, enak banget eskrimnya."
"Oh terimakasih ya." Carissa hanya tersenyum kecil sambari mengangguk pelan.
"Kamu udah selesai kan makannya? Kalau gitu ayo kita pulang. Hm Raka kalau ada waktu main main ya kerumah?" Raka hanya tersenyum sambil mengangguk, dan melambaikan tangan kepada Vani yang mulai menjauh.
"Gak usah ganjen sama cewek lain." Suara Carissa membuat Raka menoleh kearah wanita tersebut. Raka terkekeh pelan melihat wajah masam Carissa.
"Sayang udah berapa kali aku bilang, kalau Fani itu cuma teman aku. Jangan cemburu oke?"
"Siapa juga yang cemburu? Nggak ada ya!" Raka terkekeh dan mengacak rambut Carissa.
"Aku cinta kamu dan juga dedek baby-nya." Ucap Raka sambil mengelus perut rata milik Carissa. Seketika senyum Carissa mengambang. Sungguh harap kelak ia dan Raka akan membentuk keluarga yang bahagia.
"Me too." Ucap Carissa tersenyum manis kepada Raka.
°°°
Vote dan komen jangan lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little baby
Short StoryBerawal dari ketidaksengajaan kedua pasang remaja yang membuat mereka harus menikah di usia muda. Awalnya terasa sangat berat untuk mereka lalui, tapi lama kelamaan mereka terbiasa dengan kehidupan mereka. Namun semuanya tidaklah mudah untuk mereka...