13.

98 8 0
                                    

Carissa duduk di cafe tempat mereka janjian, ya mereka Raka dan juga Fani. Entah apa yang kedua orang itu ingin katakan, Carissa hanya diam menatap kedepan. Sedangkan Ocha wanita itu rasanya sudah ingin mencakar wajah Raka, bagaimana tidak? Ia meminta untuk bertemu dengan Carissa dan dia malah membawa Fani ke sini? Kalau bukan Carissa yang menahan Ocha untuk tak langsung menyemprotkan Raka dengan kata-kata pedasnya yang sudah di ujung lidah mungkin saja saat ini mereka sudah menjadi bahan tonton menarik untuk pengunjung lain di sini.

"To the point aja, mau lo apa?" Ucap Ocha yang sudah kesal karena diantara mereka hanya diam tak ada yang membuka suara.

"Ca, aku minta maaf." Suara Raka membuat semua orang dimeja tersebut langsung menoleh. Ocha wanita itu menatap sinis kearah Raka dan Fani secara bergantian.

"Maaf mulu yang lo ucapin, enek gue lama-lama dengarnya. Lagian ngapain juga lo minta maaf? Lo senang kan kalau Carissa pergi dari rumah? Jadi lo bisa mesra-mesraan sama ini cewek." Carissa menatap Ocha dan menggelengkan kepalanya, kode supaya Ocha tak lagi membuka suaranya. Ocha hanya membuang nafasnya kasar.

"Nggak ada yang perlu dimaafin Raka." Ucap Carissa dengan pelan namun dapat didengar oleh mereka semua.

"Ca, apa yang kamu lihat nggak semuanya benar. Aku bisa jela--"

"Nggak ada juga yang perlu di jelasin. Semuanya udah jelas." Potong Carissa ketika Raka ingin menjelaskan semuanya.

Carissa berdiri siap untuk pergi namun suara Fani menghentikan langkah nya.

"Gue sakit, maka dari itu gue minta tolong sama Raka buat jagain gue sebentar. Setidaknya sampai kedua orang tua gue pulang. Dan untuk ciuman ini, gue sama sekali nggak bermaksud untuk mencium Raka. Gue minta maaf sama lo kalau kehadiran gue mengganggu ketenangan rumah tangga lo berdua. Kalau gitu gue bisa pergi dari hadapan kalian untuk selamanya, atau mungkin meninggalkan dunia ini untuk selamanya." Ucap Fani dengan lantang namun suaranya tampak lemah dengan sorot mata yang memohon kepada Carissa. Hal itu membuat Carissa rasanya tak tega melihatnya.

"Gue minta maaf sama lo. Cuma saat ini gue butuh Raka, gue nggak tau lagi mau pergi ke siapa lagi. Orang tua gue? Mereka bahkan jarang sekali ada di samping gue. Kalau lo mau gue ninggalin Raka gue bakalan ninggalin dia lo tenang aja." Ucap Fani lagi membuat Carissa mau tak mau duduk kembali di kursi semula.

"Baiklah kalau gitu, lo tinggalin negara ini. Jangan pernah datang lagi ke kehidupan gue dan Raka." Carissa tau dia egois namun mau bagaimana lagi? Carissa hanya wanita biasa yang tidak bisa melihat Raka nya yang harus berbagi untuk wanita lain.

"Ca, kamu nggak boleh egois gitu. Fani lagi sakit, dia nggak boleh kecapean." Protes Raka tak setuju dengan apa yang diucapkan Carissa.

"Dia sakit apa sih sampai kamu sama sekali nggak mau dia kenapa-napa?" Ujar Carissa dengan suara dingin nya.

"Nggak terlalu penting penyakit gue. Yaudah besok gue bakalan pergi dari kehidupan lo dan juga Raka." Fani ingin beranjak namun lengannya dicekal oleh Raka membuat Fani mau tak mau duduk kembali.

Air mata Fani menetes dapat Carissa lihat bahwa dimata itu terdapat kerapuhan ditambah dengan wajahnya yang tampak sangat pucat. Carissa sangat tidak tega melihatnya.

"Kamu tetap disini." Carissa menggeleng mendengar ucapan yang keluar dari mulut Raka. Jadi Raka lebih milih mempertahankan Fani daripada dirinya? Baiklah mungkin pernikahan ini hanya berumur seperti jagung.

"Kamu jangan egois, Fani sakit tapi kamu? Kamu malah mikirin diri kamu sendiri. Coba kamu yang sedang diposisi Fani, gimana perasaan kamu disaat semua orang pergi ninggalin kamu dan nggak ada yang peduli lagi sama kamu?" Suara Raka meninggi membuat Carissa terlonjak kaget. Ayolah Carissa jangan menangis, ini bukan yang pertama kali Raka membentak dirimu bukan? Tapi air mata sialan itu malah menetes tanpa Carissa sadari.

Little babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang