02. Bad or good wife?

2.8K 168 3
                                    


Di pagi buta ini, ketika semua orang masih terlelap dari tidurnya, kecuali pada Kim hanbin, Ia sudah siap dengan kemeja putih yang berbalut jas hitam dan dasi yang tersusun rapih, keluar kamar menuju dapur, melihat sekilas pintu kamar jennie, berdecak kesal karna ia belum melihat tanda tanda jennie sudah bangun. "Ck! dasar."

Terputarnya gagang pintu kamar milik jennie, menampilkan jennie dengan mata yang belum terbuka sempurna, rambut yang sudah ia kuncir lebih dulu, berjalan perlahan mendekat ke arah hanbin. "Kenapa kau tidak bilang jika hari ini kau masuk kerja? aku kan bisa bangun lebih awal untuk memasak."

Hanbin memutar bola matanya malas, berjalan melewati jennie begitu saja.

"Heii! tunggu, aku akan membuatkan makanan sebentar."

Seru jennie membuat langkah hanbin terhenti, lalu menatap arlojinya. Ia menghela nafasnya kasar, merasa amarah memuncak seketika.

"Kalau tak mau makan di sini tak apa, kamu bisa membawanya ke kantor, nanti kamu sakit jika tak sarapan."

jennie mengambil beberapa helai roti dan menyiapkan tempat makan untuk hanbin yang berwarna pink, di oleskannya selai pada roti tersebut.

Hanbin mengambil tas'nya di kamar, lalu beranjak keluar kamar, tak menghiraukan bagaimana jennie memanggilnya berkali kali, beranjak pergi menjauh dengan mobilnya dari perkarangan rumah. Menyisakan Jennie yang terus bergumam kesal.

"Aiissh, kenapa dia keras kepala sekali sih, pantas saja tidak pernah punya pacar." gerutu jennie, lalu melahap sendiri roti yang baru saja ia buat tadi.

•••

Jennie menonton variety show kesukaannya di televisi, mulutnya tak henti hentinya mengunyah ciki yang ia ambil di dapur, kaki yang beralas kaos kaki pink ia taruh di atas meja, bermalas malasan sejenak walau ini adalah hari pertamanya menyandang status sebagai seorang istri.

Ponselnya berdering, segera saja ia mengelap tangan yang kotor karna bubuk dari ciki, pada bajunya yang ia pakai berwarna gelap.

"Hallo.."
Seru jennie saat telfon itu tersambung.

"Bagaimana kabarmu nak? sehari ayah tak melihatmu sudah di buat kangen."

Suara lelaki paru baya, terdengar sangat menyedihkan, menyayat hati jennie dengan perlahan.

"Ayah.. aku baik baik saja yah.. tidak usah khawatir." air mata jennie menumpuk.

"baguslah kalau begitu, jennie.. bagaimana'pun kini hanbin sudah menjadi suami mu, jadi perlakukan dia dengan baik, ya?." 

"Pasti yah.. aku tidak akan melewatkan nasihat ayah." jennie menarik bibirnya membuat lengkungan di wajahnya, tersenyum adem menatap ubin.

"Gadis pintar, jagalah dirimu baik baik, ayah akan selalu bersamamu."

Menghela nafasnya kasar, terdengar suara beratnya yang menahan tangis. "Eummm, aku mencintaimu.."

"Aku lebih dari itu, baiklah sampai jumpa."

Telfon itu terputus, jennie mengelap air mata yang jatuh di pipinya dengan lembut, sesekali memperlihatkan senyum paksanya agar tak terlalu dalam akan kesedihan.

Benar kata ayahnya, ini hari pertamanya tetapi seperti sudah satu abad bagi jennie, karna jennie biasanya menghabiskan waktunya dirumah bersama ayahnya, ibunya? kini ibunya sedang koma di rumah sakit, karna beberapa tahun lalu telah terjadi kecelakaan, mengingat bagaimana sedihnya ia dan ayahnya untuk menyelamatkan nyawa ibunya, membuat jennie semakin terpukul, ia pasti enggan untuk membahasnya.

✨-✨

Jennie yang sedari tadi sedang berusaha untuk masak, menjadikan dapur berantakan seperti kapal pecah, kini berhasil membuat jennie mendengus kesal. "Bagaimana caranya memasak?!."

Dilihatnya kembali layar ponselnya yang menampilkan vidio orang sedang memasak, ia mengikuti beberapa cara aturannya, sepertinya ini sudah yang ke3 kalinya ia gagal, lebih melelahkan dari apa yang di bayangkannya, dengan keringat yang bercucuran sesekali jennie mengelapnya dengan bajunya yang berlengan panjang.

Dipotongnya bawang bombai dengan perlahan, tak di sengaja, air mata mulai menumpuk di mata indahnya, beberapa kali mengedip dan mengelap mata yang sangat perih karna bawang bombai.

meletakan kembali pisau yang ia pakai untuk memotong bawang, lalu menatap ayam di wadah besar dengan air. "Huufftt, jika aku punya sihir, aku mau menyihir semua barang barang ini untuk melakukan sendiri." menghela nafasnya kasar.

Mencuci beberapa potong ayam dengan hati hati, dan memotongnya sesuai selera, kompor yang sudah ia siapkan dengan minyak di atasnya kini sudah terisi bumbu dengan sedikit percikan percikan kecil dari minyak tersebut.

Sesekali matanya menatap jam yang terpasang rapih di dinding, jika hanbin pulang lebih dulu sebelum masakan selesai, jennie takut hanbin jadi tak selera, ia mempercepat dan segera merapihkan noda noda yang tadi tak sengaja tumpah.

Suara mobil terdengar dari garasi, hanbin pulang tepat masakan jennie sudah selesai, menghela nafasnya lega, menyambutnya dengan senantiasa, membuka kan pintunya dengan melempar senyum manis.

Hanbin terkekeh saat ingin menarik gagang pintu, lebih dulu terbuka menampilkan wanita cantik dengan rambut terikat dan sedikit berkeringat, menatapnya lembut dan menyapanya halus. "ingin ku bawakan tas mu?."

Berjalan begitu saja lalu memasuki kamar, membuat jennie lagi lagi harus bersabar, menutup kembali pintu dan menghampiri suami'nya.

Mengetuk pelan pintu kamar hanbin, tak ada suara dari dalam, ia mencobanya sekali lagi dengan sedikit seru'an. "Apa kau sedang mandi? aku sudah membuatkan makan malam untukmu, setelah mandi ke meja makan ya.."

Pintu terbuka, hanbin yang kini sudah memakai boxer dan tsirt berwarna putih menerawang menampilkan abs dan tato cantiknya, membuat mata jennie membulat sempurna dan menelan slivanya kasar. "Euuummm.., aku sudah membuatkan makanan, kau lapar kan?."

Tak menghiraukan, hanbin segera menuju dapur lalu duduk di kursi meja makan, mengambil nasi di piringnya dan mengambil lauk yang baru saja jennie masak.

Melahap satu sendok nasi dan mengunyahnya, wajahnya berubah dengan sangat drastis, bukan senyuman, tetapi wajah yang terlihat kecewa, melepehkan kembali makanan tersebut pada tong sampah yang berada dekat situ, lalu minum tanpa henti hingga habis. "Kalau tidak bisa masak jangan masak! mengerti?!." bentaknya dengan mata yang hampir keluar.

Hahbin melangkahkan kakinya, tetapi langkahnya seketika terhenti saat jennie mencoba meraih lengannya. "Maaf.. aku baru belajar." wajah nya menunduk.

Menepis kasar lengan jennie, lalu meraih dagu jennie dengan kasar, mengangkat wajah jennie tinggi setara dengan wajahnya, ia menatapnya dengan sangat kejam. "Kenapa kau tidak pergi saja dari sini?!."

Jennie menelan slivanya kasar, menatap mata hanbin dengan sendu, tangannya meremas bajunya sendiri karna takut, kemudian di lepaskan kembali wajahnya. Tubuhnya menjadi kaku seketika, merasakan sayatan di bagian hati yang terasa sangat menyakitkan.







To be continued

Get marriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang